|

SEKEDAR INFO

Assalamu’alaikum warahmatullah  wabarakatuh,

Di Indonesia Matters ada perdebatan saya dengan seorang yang menggunakan inisial  “Dragonwall” dan yang lain. Setelah beberapa kali jawab-menjawab, saya berniat untuk membuka perdebatan menanggapi berbagai tulisan  tentang saya, yang dibuat oleh penulisnya, yang bernama Patung. Beliau ini seringkali menyerang seseorang dalam kaitannya dengan  Islam dalam nada provokatif dan sinis. Saya ingin mengajaknya berdiskusi secara akademis di blog saya. Sebagai latar belakang, silahkan Anda buka Indonesia Matters.

Terima kasih,

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Cetak artikel Cetak artikel

Short URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=23

Posted by on Nov 16 2007. Filed under Online. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

95 Comments for “SEKEDAR INFO”

  1. @Parvita. Pendaftaran untuk memperoleh sesuatu hak dalam Hak Kekayaan Intelektual, diajukan langsung ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, tidak ke Menteri Kehakiman dan HAM. Ada pendelegasian wewenang kepada Dirjen untuk memproses suatu permohonan hak. Dirjen pula yang menandatanganinya atas nama Menteri Kehakiman dan HAM.

    Kalau saya boleh bertanya kepada anda, hak apa yang dimintakan oleh Bupati Ponorogo atas Reog Ponorogo sebagai budaya daerahnya, di tahun 2004 itu? Apa klaim yang dilakukan orang Malaysia tadi?

    Mohon maaf saya tidak mengikuti lagi perkembangan masalah ini. Sudi kiranya Anda menjelaskannya untuk saya pelajari.

  2. @YIM:
    Pak Yusril.

    Saya tidak pernah menuduh demikian, maaf jika terkesan begitu. Walaupun hal tersebut bukanlah maksud saya, hal itu mungkin adalah sepenuhnya kesalahan saya.

    Saya cukup mengerti gaya bahasa dan sebagian pemikiran Anda.
    Hal itu dikarenakan saya sudah membaca sebagian tulisan Anda di blogosphere. Walaupun demikian, saya masih belum berani memastikan bahwa suatu tulisan atau komentar adalah 100 persen dari Anda, kecuali jika itu tertulis sebagai posting di website Anda. Keraguan dan skeptisisme adalah pendirian standar saya.

    Hal itu hendaklah kiranya tidak dianggap sebagai suatu prasangka buruk, anggap saja sebagai bagian dari realita bahwa karakter dan upbringing setiap orang adalah berbeda.

    Berkaitan dengan moderasi pada situs-situs lain, saya menganggap masing-masing pemilik situs internet tersebut memiliki alasan-alasan mereka sendiri yang mungkin kita tidak tahu. Kita tidak perlu berburuk sangka terhadap motivasi mereka, sebagaimana kita tidak perlu menganggap mereka sepenuhnya benar atau salah. Orang baik terkadang melakukan kesalahan, dan tidak jarang orang yang berhati buruk melakukan hal-hal baik.

    Saya telah membaca tulisan Anda yang baru. Untuk itu saya “angkat topi” untuk Anda. Keberanian Anda mengakui kesalahan, betapapun itu sebenarnya hanyalah kesalahpahaman bahasa, menunjukkan kebesaran jiwa Anda.

    Namun patut dicatat, bahwa komentar-komentar terhadap Anda tidaklah patut dibiarkan lewat begitu saja. Hal itu dikarenakan ada kemungkinan sebagian dari komentar-komentar dan artikel tersebut merupakan pendapat yang diterima umum. Sebagaimana yang kemudian saya sadari ketika membaca tulisan-tulisan Anda, pendapat saya mengenai Anda sedikit banyak dipengaruhi oleh pendapat umum. Walaupun demikian, membalasnya satu persatu diarena penyerang-penyerang Anda bukanlah merupakan hal yang efektif, dan tidaklah elok melakukan itu dengan emosi yang tinggi. Situs Anda merupakan sarana yang lebih efektif, cukup tunjukkan kepada penyerang Anda, kemana harus mencari pencerahan.

    Sebagai penutup, saya masih menunggu tulisan yang lebih berbobot dan membahas hal-hal aktual dari Anda. Saya masih melihat tulisan Anda sebelumnya di situs ini barulah pembukaan dan basa-basi. Sungguh berbeda jika dibandingkan dengan tulisan-tulisan Bapak Juwono Sudarsono di situs pribadinya. Saya cukup optimis Anda akan segera menulis sesuatu yang menggigit, menggugah pemikiran, mungkin kontroversial, dan memberikan manfaat.

  3. Pak, ente makin ganteng aja jadi artis? ente mah orangnya fleksibel ya bos.. diculasin didunia perpolitikan beralih ke dunia enetertaint…smoga sukses selalu bos… akademik ok, karir politik ok… skrg entertaint..hehehe sip lah setuju….

  4. @Bonar
    yeah, tell me about it ^_^ I love blogwalking..but am still have no adequate knowledge to argue myself. nice to know you, I’ve read your comments here and there and I guess some point is ‘pencerahan’ for me too.

    @YIM
    Pak Yusril, saya masih nunggu tulisannya yang tentang issue terkini yang bukan curhat :)

  5. Yusril Ihza Mahendra

    @Pretty

    Saya belum dapat menulis lebih rinci tentang kebijakan visa on arrival, karena saya sedang mengumpulkan berbagai arsip berkaitan masalah itu. Saya harus memintanya di Dep Hukum dan HAM, karena saya tidak memilikinya secara pribadi. Kalau bahannya sudah terkumpul, Insya Allah, saya akan menulisnya.

    Saya sedang menata kembali ribuan buku koleksi dan bahan-bahan tertulis lain, agar memudahkan saya mencari rujukan dalam menulis. Saya ingin menulis dengan data dan rujukan yang jelas. Kalau asal nulis saja, saya khawatir hanya akan menjadi bahan tertawaan rekan-rekan.

    Terima kasih atas perhatiannya.

  6. #Pretty, mudah-mudahan harapan ini bisa lekas didapat :-D. Mungkin untuk menulis sesuatu yang sifatnya formal (seperti VoA itu) butuh data yang mesti didapatkan dari lembaga-lembaga yang memegangnya.

    Sebagai contoh, untuk menyatakan bahwa VoA tidak mengganggu arus wisatawan ke Indonesia tentu harus didukung fakta berapa banyak wisatawan sebelum dan sesuah VoA diterapkan dan dibatalkan. Kira-kira begitu.

    Meski demikian, karena latar belakang Pak Yusril dari akademik, paling tidak kita bisa berharap ada posting-posting yang komprehensif mengenai hal-hal yang lebih fokus ;-)

  7. Biasanya orang indonesia kalau bikin blog dasarnya adalah untuk sharing intelektual dan narsis, dan sepertinya pak yusril ada kecenderungan itu(narsis). dalam debat dengan si temboknaga keliatan ciri narsisnya, merasa paling benar!padahal sebagai bekas pejabat publik, anda dilengserkan karena ada salah. sebenarnya publik maya itu mendebat kebijakan bapak dulu. kalau sekarang saya ingin meresensi film anda, tapi belum nonton! ada dvd-nya pak?
    mending kita di blog ngurusin topik yang sangat duniawi (kuliner, dugem, mobil, golf…dst).
    setuju, bos?

  8. #57 Pak Abdul Kadir, saya sendiri tidak tahu salahnya apa, semuanya hanya hipotesis yang sulit dibuktikan kebenarannya. Karena itu saya berpikir normatif saja, menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan Presiden. Jadi kapan saja Presiden mau berhentikan, tanpa alasan pun, boleh saja. Dalam suratnya yang dikirimkan kepada saya, Presiden SBY menjelaskan bahwa beliau terpaksa mengambil keputusan itu karena “adanya desakan publik”. Saya tidak ingin menafsirkan apa yang beliau maksud dengan kata-kata itu. Ketika saya bertemu Presiden SBY di rumahnya di Cikeas, beliau menjelaskan kepada saya berbagai hal tentang desakan publik itu. Saya hanya mengatakan, sudahlah Pak Bambang, saya tidak ingin mempersoalkannya.

    Kalau soal “uang Tomy di Paribas” dan kasus AFIS, saya telah menjelaskan hal itu baik di rapat Polkam maupun dalam rapat kabinet terbatas. Juga telah saya jelaskan kepada aparat penegak hukum. Saya sedang kumpulkan bahan untuk nanti saya tulis di blog ini.

    Saya tidak merasa paling benar. Kalau saya salah, ya, saya akan mengakui salah, tetapi kalau benar, saya akan bertahan dengan argumen yang saya yakini. Kalau tidak bisa meyakinkan orang lain, saya diam saja. Biarlah waktu yang mungkin akan membuka tabir kebenaran. Siapa tahu saya yang salah.

    Saya mengakui ada kesalahan saya ketika menjawab Dragonwall. Hal itu telah saya nyatakan di dalam posting saya di blog ini. Saya telah meminta maaf kepadanya.

    Sekian dulu tanggapan saya. Terima kasih atas perhatiannya.

  9. untuk pak yusril. perkenalkan saya aang (nickname tapi nickname baik di dunia nyata dan maya) 21 tahun dan sekarang mengabdi di salah satu instansi pemerintah di bidang pengawasan keuangan.
    menurut saya sudah jadi resiko sebagai publik figur, tokoh politik, atau pejabat untuk menerima kritikan pedas, menyudutkan, tidak adil, bahkan sudah sangat melanggar batas kesopanan. dan saya rasa bapak sudah tahu dan sadar akan resiko hal ini.
    namun, saya tidak menyangka komentar bapak di blog tersebut. rupanya bapak sudah terpancing. dan sepertinya lain kali tidak usah ditanggapi pak. bukannya menggurui karena saya masih jauh muda dan pengalaman masih sedikit. tapi menurut pengalaman saya, yang juga pernah populer di dunia politik kampus, bapak yang rugi karena telah terpancing dengan komentar pedas orang lain. karena bapak publik figur dan seorang tokoh politik tentunya orang akan menyorotkan lampu-lampu perhatian mereka pada anda dibandingkan dengan dragon wall, dragon naga, dan dragon-dragon lain (maaf bercanda).
    kalau istilah anak muda neh “words never bring us down. so hell yeah! just say whatever you want to say!”
    jika kita memiliki itikad baik dan mempunyai tujuan untuk kebaikan ummat. maka komentar pedas sebanyak apapun tidak akan menggentarkan kita.
    saya tunggu kiprah bapak ke depan!!

  10. salam,

    Jika memang Yusril sepakat untuk berdebat tentang suatu topik, maka silakan saja bahas topiknya. dengan siapapun itu. kenapa mesti bergeser membahas orangnya? itu akan menggeser substansi diskusi.
    jika memang yusril sudah memberikan bantahan, belaan, dan klarifikasi….maka biarkan halayak yang jadi juri. menimbang dan menilai sesuatu yg Yusril kemukakan.
    jangan terpancing untuk menjauhkan subtansi diskusi…

    wassalam,

  11. Yusril Ihza Mahendra

    #60 Bambu. Terima kasih atas sarannya. Seperti saya katakan, nanti saya akan menulis masalah “uang Tomy Suharto” dan masalah “AFIS”, setelah bahannya saya kumpulkan kembali. Saya pindah-pindah tempat tinggal, karena itu banyak dokumen terserak. Sebagian dokumen masih ada di DephukHam dan di Sekneg. Kedua masalah ini berkaitan dengan hukum, karena itu saya harus menulisnya secara cermat, jangan sampai salah. Kalau tulisan ini nanti telah saya posting, saya harap, barulah rekan-rekan menyampaikan komentarnya. Untuk itu, saya mohon kesabarannya.

    Terima kasih atas perhaitannya.

  12. Assalamu Alaikum wR.wB.

    Sebelum bung Yusril menjadi menteri, saya merasa salut dengan basic keilmuan yang bung miliki. modal ini pula ditambah kendaraan partai dapat mengantarkan bung menjadi menteri. namun, dunia politik itu lain, penuh intrik. ada yang menyanjung, namun tidak sedikit yang mencerca. karena namanya manusia – ya bukan malaikat – pasti memiliki kelemahan, sepintar-pintarnya bung yusril.

    Yang menjadi permasalahan buat saya bukan masalah pemecatan bung dari struktur pemerintahan, namun pada spektrum yang lebih luas. Etika politik di negeri kita rupanya tidak disandarkan pada profesionalitas, tetapi lebih pada untung rugi secara pribadi dan kroni, bukan seberapa besar andil untuk bangsa, dan bung Yusril termasuk orang yang kurang beruntung di penghujung cerita sebagai “pembantu” raja dan kerajaan yang namanya “Indonesia”.

    Namun, menurut saya masih banyak kalangan yang menghendaki bung tetap “bersuara” dalam kapasitas keilmuan yang bung yusril miliki. saya tunggu.

    Wassalam

  13. assalamualaikum,

    sejak ada berita bapak bikin blog, saya penasaran pengen liat dan baca. maklum, kadang orang cuma ikutan trend semata lalu pergi gitu aja.

    semoga bisa tahan pak di dunia maya, aneh memang, kadang dunia maya bisa jadi satu tempat di mana kita bebas berekspresi tanpa harus takut satu apapun.. bisa menjadi tempat di mana kita bisa jadi orang lain atau malah jadi diri sendiri, saking sulitnya jadi orang jujur di dunia nyata. tapi menanggapi cerita bapak ttg dragonwall, sama seperti para blogger lain, tarik napas aja pak.. ga usah bikin susah diri sendiri. :) orang-orang kayak gitu, dimana-mana sama.. gak peduli kita udah menjabarkan kebenaran yang ada.. jadi, sudahlah..

    diluar hal itu,, cuma bisa bilang semoga bapak bisa terus konstan isi blog nya. lumayan, ilmu pengetahuan saya ikutan bertambah jg kalau bapak nulis, hihihi.. oh iya pak, ibu saya titip salam. dia fans berat bapak. (ini saya serius loh pak)

    salam untuk istri dan keluarga pak, semoga sehat selalu.

    groetjes,

  14. […] anonymous. Sungguh menghabiskan tenaga. Tapi akhirnya memang semua itu harus dilalui. Berbagai masukan teknis diberi oleh teman teman untuk Pak Yusril yang semangat sekali dengan dunia yang baru dikenalnya […]

  15. Sedikit komentar ttg polemik di IM dan ‘sambutan2 hangat’ utk sdr YIM di blog ini. Beberapa ‘points’:
    1. Polemik IM sayang menjadi “off-topic” walaupun dgn kontribusi anda (YIM). Betul keluar hal2 lain yg interesant tapi, inti utama kenapa anda ‘dicopot’ dari kabinet tidak terjawab. Biar itu hak prerogative presiden, fitnah tentunya bukan alasan utk mencopot anda. Kalau memang anda di fitnah, kenapa anda tidak bawa mereka yg memfitnah kemeja hijau?
    2. Beberapa jawaban anda ttg korupsi sangat ‘typical’. Bagi saya (40+) spt ‘de ja vu’, sayang … Saya beri dua contoh utk illustrasi:
    a) jawaban anda thd Janma yg nyoggok aparat imigrasi soal visa. Ini masuk kategori ‘wrong-answer’. Karena apa? Karena anda tidak memecahkan persoalan dgn jawaban spt itu yg dianggap ‘intimidasi’oleh sebagian org. Jadi ingat ‘pasal subversi’. “Fear, .. don’t let your power be based on fear’. Anda cuma akan mendapatkan penjilat pantat.
    b) Jawaban ttg bukti vs fitnah. Ini susahnya “negera hukum”. Cuma satu perbedaan: integritas pejabat khususnya dan ‘civil servant’ umumnya. Maling ayam atau pembunuh hrs terbukti ‘beyond reasonable doubt ..’ Tapi pejabat yg tersangka terlibat korupsi bagaimana kalau buktinya dibalik? Jawaban yg sudah tersedia: semua orang sama dimata hukum, juga pejabat. Tidak sama sekali benar. Mereka2 ini punya posisi dan akses2 yg orang lain atau pembukti tidak atau susah mendapatkanya. Dalam hal ini aparat hukum yg bersih, selalu ketinggalan langkah. Krn mereka hrs minta ijin ini-itu. Semantara itu semua potensial bukti2 udah putih atau lenyap. Ini umum, tidak cuma di Ind. Makanya film2 a la Dirty Harry sangat populer… Kalau di Amrik ada Dirty Harry di China tugas itu dilakukan pemerintah (lepas dari human right issue).

  16. Yusril Ihza Mahendra

    Pak H Subur,

    Terima kasih atas tanggapan Bapak. Saya telah menjelaskan panjang lebar sikap saya selanjutnya mengenai polemik di Indonesia Matters di dalam posting saya yang berjudul “Saya Dapat Memetik Hikmah dan Pelajaran”. Kalau sekiranya Bapak belum membacanya, kiranya sudi membaca artikel itu. Kalau sudah membacanya, ya tidak apa-apa.

    Blog saya ini terbuka untuk kita berdiskusi atas dasar saling menghargai pendirian masing-masing. Karena itu, saya tidak memoderasi, apalagi tidak menampilkan suatu komentar. Selama blog ini ada, baru sekali saya mendelete sebuah kalimat dalam komentar, yang berisi dukungan terhadap penggunaan narkotika. Kalimat yang lain saya biarkan.

    Saya tidak menggalang dukungan agar orang lain menyokong pendapat saya. Sebaliknya juga tidak menghalangi orang lain untuk menyampaikan kritik dan pendapat yang berbeda. Semua saya biarkan mengalir di blog ini. Saya berpendapat, demokrasi harus saya mulai dari diri saya sendiri.

    Sekali lagi terima kasih atas komentarnya.

  17. Pak Yusril yth,

    Terima kasih atas rapid-reply dari anda. Tersirat niat anda yg tulus utk ‘belajar’. Barusan saya baca tulisan anda di posting: “Saya Dapat Memetik Hikmah dan Pelajaran”. Mungkin jawaban ini lebih tepat dipindahkan ke ‘thread’ diatas, terserah anda.

    Well, ‘first impression’: koq panjang amat ya … Tetapi kalau boleh saya coba meringkas intinya dalam satu atau dua kalimat, tanpa bermaksud mengecilkan bagian2 yg lain, ‘kan saya coba dibawah.

    Anda ‘belajar’ dunia cyber, mengakui ‘terbawa arus’ emosi dalam berpolemik dan malah berbesar hati meminta maaf pada salah satu responden. Sebagai pengamat yg berusaha netral saya hanya bisa katakan: perbuatan yg terpuji. Go on and you will learn more …

    Anda menuliskan ttg kebebasan, etika dan hukum. Pada intinya, bila anda serius dgn apa yg ada tulis disitu, saya banyak setuju dgn yg pendapat anda. By the way: dalam internet-traffic ada juga “netiquette”. Artinya ‘kebebasan’ itupun relatif. Tergantung taraf ‘kedewasaan’ masing2. Personal-attack, caci-maki etc. sebenarnya diluar netiquette tsb. Dalam anonimitas dunia cyber, semua jadi berlebihan (exagerated). ‘Kan aman, anonim. Jawabannya bukan ikut terpancing emosi atau represif, tapi “ignorance”. Sampai yg bersangkutan lebih dewasa dan bisa berkomunikasi tanpa makian. Dgn demikian kita bisa saling mendidik.

    Saya tidak setuju dgn pendapat anda, kalau yg dimaksud anda dalam mengontrol keseimbangan segitiga Kebebasan – Hukum – Etika, kaidah agama hrs dipaksakan oleh pemerintah dalam hukum tatanegara. Karena bagaimanapun juga akan timbul konflik. Ini bukan berarti negara marxis atau komunis (lagi2 ‘de ja vu’). Saya bangga dgn Indonesia dan sebagai warganegaranya. Kenapa? Karena praktek sila pertama. Ekses2 seperti Ambon, Poso dsb. bukan cermin Ind yg saya kenal. Saya malu utk itu. Jgn buat Indonesia seperti Malaysia yg sekarang dalam krisis identitas. Demikian juga negara2 barat terutama US yg tidak bisa mengambil sikap. Jadikanlah ‘Cool Indonesia’ contoh bagi negara2 lain yg lagi pusing ini. Bahwa kita bisa hidup rukun bersama berdasar Pancasila & Bhineka Tunggal Ika, yg tidak hanya dibuku2 SD-SMP/U atau pidato2, tapi dikehidupan tiap lapisan penduduk RI.

    Sebelum saya sendiri ber-tele2; akan saya akhir tanggapan ini dgn menyatakan pendapat pribadi saya ttg “penyakit no. 1” di INd: Korupsi stukturil. Kapan ini diakhiri??? Lagu lama ini benar2 melumpuhkan RI intern maupun extern. Orang2 (terutama kader2 muda) jadi skeptis/sinis atau ‘mumpung’. Dua2nya tidak berguna buat RI. Yg skeptis/sinis tapi tidak punya kekuasaan jadi anarkis atau ‘silent-majority’. Yg mumpung dan lewat koneksi dapat & salah gunakan jabatan jadi kecoak bangsa. Unfortunately, both are well educated. What a waste …

  18. Yusril Ihza Mahendra

    Pak H Subur,
    Assalamu’alaikum,

    Sejak dari dulu saya berpendapat bahwa negara ini akan menjadi baik, termasuk mengatasi korupsi, kalau kita membangun sistem yang kuat dan didukung oleh sb.dsb. Notaris di mana saja, walau di kepualauan Kei atau di Biak dapat segera mengakses website Depkeh, tanpa repot-repot terbang ke Jakarta menghabiskan waktu dan biaya untuk urus pengesahan PT. Sistemlah, Pak Subur, yang membuat orang jadi baik. Namun Pak Haji, ketika sistem ini mulai saya bangun alangkah banyak yang menentang, bahkan menyebarkan rumors? Yang menentang itu justru pegawai Depkeh sendiri, para calo dan juga kalangan notaris. Mengapa?. Jawabannya sederhana, mereka akan dirugikan secara finansial dengan berlakunya sistem ini. Dengan kata lain, orang tidak bisa lagi memungut biaya ekstra, pungli dsb.

    Saya sebenenarnya telah melangkah membangun sistem keimigrasian kita yang sangat canggih. Permohonan pasport dilakukan online. Orang hanya perlu datang ke kantor imigrasi untuk ambil sidik jari dan tandatangan setelah diberitahu melalui e-mailnya. Biaya langsung di setor ke bank yang ditunjuk. Begitu juga sistem rekording, penyimpanan data yang online ke seluruh kantor imigrasi di tanah air. Saya dibantu Pak Mahatir Mohammad membangun “electronic pasport”, sehingga orang dapat berangkat dan pulang melalui counter imigrasi di bandara tanpa berhubungan dengan petugas imigrasi lagi. Sistem itu sudah diuji coba oleh Pak Mahatir sendiri di Bandara Ngurah Rai. Alat itu merekam semua aktivitas lalu lintas pemegang paspor ybs. Kalau suatu ketika dia melakukan kejahatan, dia tidak mudah membuat alibi, dengan alasan misalnya dia sedang di LN, dsb. Rekod akan menunjukkan bahwa dia tidak ke LN pada waktu kejadian.

    Kalau sistem tidak online ke semua kantor imigrasi, orang bisa punya dua paspor atau lebih. Orang keluar masuk negara kita tanpa terekod. Datang dari Polonia, pergi lewat Denpasar, jejaknya tidak diketahui. Ini menyangkut sistem yang terkait dengan intelejen dan pertahanan negara.
    Sistem dengan database tinggi itu berhubungan dengan sidik jari. Semua terkait dengan sistem pencegahan dan penaggulangan kejahatan. Photo orang di pasport bisa diganti dengan photo orang lain. Para penjahat di Thailand sudah mampu melakukan itu dengan canggih. Sudah banyak kejadian spt itu. Tetapi kalau tiap kaunter punya alat pembaca sidik jari yang online ke pusat, maka dalam waktu hanya 6 detik sisidk jari itu bisa dibaca milik siapa. Seketika itu juga pemegang pasport itu bisa ditahan. Walau photonya sama, namun sidik jari menunjukkan dia bukan pemilik paspor itu. Ini mencegah trans-national organized crime, termasuk jaringan narkotika dan terorisme. Saya tidak mau menjawab pertanyaan bagaimana sistem ini bekerja, waktu kami menangkal dan membongkar jaringan teroris, sebagaimana diminta oleh komentator di Indonesia Matters. Ini sudah menyangkut rahasia operasi intelejens yang tidak boleh saya buka. Saya harus hati-hati Pak Haji. Toh, siapa yang membuat komentar itu, dan apa nawaitu mereka dibalik semua itu, kita tidak tahu, Pak haji. Saya tidak boleh su’uzzon (berburuk sangka), tetapi sikap hati-hati perlu. Pak Haji Subur, saya pun tidak tahu siapa Bapak, tapi saya tak mempersoalkannya. Saya hanya menanggapi pendapat Bapak dengan sikap “huznuzzon” (berbaik sangka, seperti disebutkan dalam hadits Nabi), dan saya yakin akan hal itu. Tetapi Bapak tahu pasti yang menjawab komentar Bapak ini saya, Yusril Ihza Mahendra, manusia kongrit yang benar-benar wujud di dunia nyata. Lain halnya kalau saya memiliki blog, tapi nama saya bukan pakai nama saya, Yusril Ihza Mahendra. Namanya Sapujagat misalnya, he he… Tidak ada risiko apa-apa.

    Saya telah melangkah untuk membangun sistem AFIS dan pengambilan sidik jari dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya akte kelahiran. Data sidik jari itu disimpan di drektorat daktiloskopi dan berlaku seumur hidup. Dari situlah dapat dipastikan penerbitan KTP, SIM, permohonan ke bank, penerbitan akte perkawinan, pasport dsb. Sekarang Pak Haji Subur, orang bisa kawin dua kali di tempat berbeda dan dua KUA akan mengeluarkan surat nikah bagi ybs. Pertama dia ngaku bernama Amat terus nikah di Kecamatan Kebob Jeruk. Minggu depan dia ngaku bujangan bernama Samin, dan kawin lagi di KUA Kecamatan Kebayoran Lama. Pasti bisa, karena sidik jari tidak online. Orang yang sama yang sudah dihukum di Cipipang, ketika bebas melakukan kejahatan lagi di Jayapura, polisi tidak tahu rekam jejak kejahatan orang ybs. Jaksa juga tidak dapat menuntut dia sebagai residvis, hakim juga bisa keliru menjatuhkan vonis. Ini semua berkaitan dengan sistem sidik jari. Tapi Pak Subur, ada blog namanya Indcoup yang menaci-maki dan bilang AFIS itu sama dengan mesin Clocktime untuk pegawai kantor, yang harganya cuma 150 dolar. Ketika pendapat ini dikritik dan dibantah, dan menyerang penulisnya hanya sok tahu, komentar itu masuk ruang “moderasi” dan tak pernah ditampilkan. Saya tidak marah, itu hak ybs dan dia bebas mengelola blognya. Hanya saja dalam hati saya ada kesan, blog Indcoup itu hanya mau menang sendiri, hanya mau benar sendiri. Mau bebas mengkritik orang lain, tetapi ketika balik dikritik, tidak mau menampilkan di blognya. Ini pertanda ybs belum menjadi demokrat sejati dalam arti yang fair. Belum jadi pejabat saja sudah begitu kelakuannya. Bagaimana kalau ybs suatu ketika jadi Menteri Kehakiman? Jangan-jangan setiap orang yang mengkritik langsung ditangkapi.

    Saya telah melangkah membangun sistem keimigrasian, namun sayangnya Pemerintah tidak punya duit untuk membiayai proyek itu. Itulah sebabnya saya mengubah permohonan visa di LN menjadi visa on arrival, dan biayanya disetor ke bank menjadi PNBP. Uang itulah yang kita harap akan menyumbang pembiayaan pembangunan sistem keimigrasian kita.
    Saya mulai melangkah memulai proses pembangunan sistem keimigrasian kita. Langkah ini akan disusul dengan training, perbaikan insentif bagi pegawai dsb. Agar Pak Haji tahu, disamping gaji yang ukurannya sama bagi setiap pegawai negeri, insentif untuk pegawai imigrasi di Bandara Sukarno-Hatta, hanya Rp.5000/hari. Untuk bayar tol saja sudah tidak cukup. Belum lagi untuk makan. Bagaimana orang tidak terdorong melakukan pungli. Untuk menaikkan insentif itu, saya harus berdebat panjang dengan Bappenas dan Dep. Keuangan. Saya harus memperbaiki semua ini, walau sampai saya berhenti jadi MenkehHam belum semua masalah tertangani. Supaya Pak haji tahu juga. Di LP Cipinang, 30 orang petugas jaga/keamanan, harus mengawasi 2100 narapidana. Senjata mereka cuma karaben, yang kalau ditembakkan barangkali pelurunya mampet. Uang kopi yang dibayarkan ketika jaga malam Rp. 3500/malam. Tiap kali saya minta tambahan pegawai, selalu dijawab Menpan kita menganut “zero growth”. Lama saya berkelahi soal ini, ahirnya uang kopi dinaikkan sedikit. Untuk beli sebungkus rokok saja tidak cukup. Sistem harus diperbaiki, pegawai harus ditraining terus-menerus, dan sistem penggajian juga harus diperbaiki. Saya telah bekerja keras membangun sistem untuk memperbaiki imigrasi dan penjara, tentu hasilnya masih jauh dari yang diharapkan.

    Pak Haji, itulah sebabnya saya enggan melanjutkan debat dengan Janma, Dragonwall dll di Indonesia Matters. Kalau berdebat titik tolaknya a-priori dan ingin benar sendiri, lebih baik saya tidak meladeninya. Saya ingin berdiskusi secara jernih, empati dan saling hormat-menghormati. Kalau pikiran sudah kusut-masai, apalagi disertai kemarahan, tuduh-menuduh dan kata-kata kasar, diskusi takkan menghasilkan apa-apa. Untuk hal seperti itu, saya cukup menangkap esensi masalah yang mereka kemukakan, tanpa perlu saya ikut terlibat atau melanjutkan perdebatan.

    Kalau bicara undang-undangnya Pak Haji, jangan lupa sayalah yang merevisi UU Korupsi sehingga isinya begitu keras seperti sekarang ini. Saya juga yang memimpin penyusunan RUU pembentukan KPK, membahasnya dengan DPR hingga jadi UU. Bahkan saya juga memfasilitasi seleksi pimpinan KPK sekarang ini di Depkeh dan HAM. Begitu juga saya pula yang menyusun RUU Pencucian Uang, dan menyeleksi calon-calon pimpinan lembaga itu. Saya juga ikut menyusun konvensi PBB tenang korupsi, dan menandatangani konvensi itu di markas PBB di New York. Mudah-mudahan orang tidak lupa bagaimana saya berdebat sengit dengan Menkeh Swiss dan Singapura waktu membahas draf konvensi itu. Saya menganggap mereka inkonsisten dan hanya ingin untung sendiri.

    Makanya saya heran, belakangan ada suara-suara yang menuduh saya menghambat pemberantasan korupsi. Barangkali inilah politik… Celakanya, walau saya Ketua Parpol waktu itu, gaya saya tidak seperti gaya politikus. Saya masih nampak seperti akademisi, mungkin sampai sekarang masih begitu.

    Mudah-mudahan suatu ketika nanti, saya dapat menuliskan gagasan saya mengenai pembangunan sistem ini, agar diketahui oleh pembaca di blog ini.

  19. #68,
    Mudah-mudahan suatu ketika nanti, saya dapat menuliskan gagasan saya mengenai pembangunan sistem ini, agar diketahui oleh pembaca di blog ini.

    Menurut saya ini sudah merupakan bagian mukaddimah tulisan K’ Yusril tentang ” sistem “. Maaf kalau salah.
    Wah, mukaddimahnya aja udah panjang apalagi isinya yah.

  20. Pak Yusril, Assalamu’alaikum,

    1. sistem ke

  21. Yusril Ihza Mahendra

    #70 Pak H Subur Walujo,

    Apa ada masalah sehingga komentar Bapak hanya sepotong kalimat seperti di atas? Kalau ya, tolong dikirim sekali lagi.

    Saya juga ingin bertanya pada Bapak, apakah ada saya berpendapat bahwa “untuk mengontrol keseimbangan antara kebebasan, hukum dan etika, maka kaidah agama harus dipaksakan Pemerintah melalui hukum tatanegara” seperti Bapak katakan? Seingat saya, saya tidak pernah berpendapat demikian. Saya mohon penjelasan.

  22. berdakwah tidak hanya dpt dilakukan di dunia nyata, maka sy sangat merespon & salut kpd YIM yg berani bergabung dalam dunia maya u/ menyampaikan pemikiran2nya sangat brilian, krn setahu sy beliau sangat menguasai ajaran2 agama Islam & mampu menyampaikan dengan sangat sederhana serta mudah dipahami terkadang menggunakan analogi yg mudah dicerna………..truslah berdakwah…………..kami siap menampung ilmu anda…………..

  23. Pak Yusril, Assalamu’alaikum,

    Maaf, tadi keburu terpencet tombol ‘send’….

    Sebelum saya menaggapi tulisan anda ttg korupsi akan saya jawab dulu pertanyaan anda #70 diatas.

    Saya menafsirkan atau menarik kesimpulan itu waktu membaca uraian anda. Maaf kalau tidak tepat. Cuplikan2:

    [Quote] … Ajaran agama-agama, kecuali Buddhisme, mengkaitkan kesadaran terhadap norma dengan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, serta keyakinan akan adanya kehidupan yang kekal di akhirat. …[End Quote]

    [Quote] … Di dalam Islam, manusia disuruh mendekatkan diri kepada Tuhan atau taqarrub ilallah. Semakin dekat manusia … Semua ini berkaitan dengan sanksi terhadap pelanggaran norma moral. Sanksi itu …[End Quote]

    [Quote] … Kita kembali ke soal norma. Oleh karena sanksi terhadap pelanggaran norma moral itu hanya ada di dalam hati – atau paling jauh kecaman masyarakat terhadap seeorang yang melakukannya – maka tidak jarang norma-norma moral itu kemudian ditransformasikan menjadi norma hukum, tertulis maupun tidak tertulis. … …[End Quote]

    Memang bukan bapak yg berpendapat seperti itu tapi saya tidak setuju dgn transformasi ‘norma moral’ yg diajarkan banyak agama atau etika menjadi ‘norma hukum’. Saya banyak melihat tendens di negara2 seperti Malaysia dan Turki dimana beberapa kelompok ingin menerapkan “transformasi” yg anda sebut tadi, sebagai reaksi dari sikap yg tidak simaptik dari Barat terutama Amrik. Karena sperti anda katakan sendiri:
    “Penegakan norma-norma hukum dilakukan oleh sebuah otoritas yang memiliki kewenangan untuk itu”. Kalau otoritas yg bersangkutan bukan negara, ya tentunya aparat lain yg mempunyai wewenang setaraf dgn yudisial formal (polisi/jaksa, hakim). Semoga anda tidak berpendapat seperti itu (…maka tidak jarang …). Ini bisa bikin kacau RI tercinta.

    Uraian anda ttg pmberantasan korupsi sangat menarik. Di beberapa bagian saya maklum utk dilema yg dimiliki eksekutif kita ttg “ayam atau telur” (soal dana) dan prioritas.

    Soal gaji: Saya sependapat dgn anda. Mereka harus mendapat gaji cukup utk kebutuhan primair. Dgn gaji yg cukup peluang minta sogok diperkecil. Dananya? Pajak. Perpajakan di Ind, maaf … amburadul. Disini masih banyak peluang. Bikin pajak yg sangat progresif. Saya tahu dalam akhir2 ini memang baru ditata, tapi ya itu .. buat awam “..to little too late..”

    Soal sistem: Pak korupsi menurut saya tidak bisa diberantas dgn sistem. Saya ingat diskusi dgn pak Habibie cs (BPPT) waktu dia jadi menristek dan kami mahasiswa. Dia (pak Habibie) bilang: Ind. udah ketinggalan teknologi , jadi hanya bisa susul negara2 lain dgn “leap frog” lewat teknologi canggih: bikin peawat. Karena diindustri pesawt semua terterap teknologi canggih. Kalau tidak terus tetap tertinggal. Saya bilang: ini teori (dan mungkin hobby pak Habibie). Bikin pesawat perlu modal besar. Perusahaan2 pesawat terbang yg udah established aja jungkir balik dan Airbus disubsidi berat oleh permerintah2 di Europa, koq Ind yg masih punya utang selangit mau bikin industri pesawat terbang…. Bikin aja industri utility vehicle 100% asli (waktu itu Proton masih konsep). Dasarnya udah ada (spt Kijang yg cuma mampu bikin karoseri). Nurtanio kini? ..history.. berapa dana yg bisa diselamatkan tanpa proyek mercusuar ini? Conbtoh lain Tenaga atom: yg lain pada ditutup kita yg banayk sumber daya alternatip mau coba2 bikin. Ironisnya: at the end .. dari semua itu kita tergantung lagi oleh negara2 asing/pendonor. Kalau mereka kritik beleid kita, kitanya sewot.

    Kenapa beras aja kita harus impor? Pak Yusril, saya bertanya: negara kita ini kaya sumber daya alam. Saya tidak habis ngerti kenapa rakyat kita termasuk melarat? Saya tdak bisa mengambil kesimpulan lain dari: mismanagement / korupsi. Bukan sistemnya pak, orang2 yg megelola dan bertanggung jawab. Itu yg harus di prio kan.

    Bapak mau terapkan sistem imigrasi yg canggih, itu bagus. Tapi apakah itu prio pertama? Nurut saya menangkap semua koruptor2 dan pejabat2 yg bersangkutan lebih baik. Tidak usah ditembak spt di China, krn bisa berurusan dgn HAM. Cukup dengan disita semua hartanya dan dibikin malu dimuka publik (etika). Jangan bikin kejaksaan sulit menacari bukti2 yg udah lenyap. Atau menghambat jalan mereka dgn ‘instruksi’ atasan. Terapkan TDPB (Tangkap Dulu Perkara Belakang) utk org2 yg melakukan “KUHP”. Dan yg saya maksud bukan KUHP perkara2 teri seperti melanggar LL, tapi korupsi2 besar, pemalsuan, intimidasi aparat hukum (SP3). Kalau perlu hukum penunjang: bikin RUU.

    Salam, Subur W.

  24. Yusril Ihza Mahendra

    Pak H Subur. Dari sudut pandangan filsafat memang ada perbedaan antara norma moral dengan norma hukum dan norma sopan santun. Saya telah menguraikan hal ini dalam tulisan saya. Norma moral bersifat fundamental, walau para filsuf berbeda pendapat tentang universalitas norma-norma itu. Saya termasuk kelompok yang berpendapat bahwa norma moral itu universal. Ten Commandements Nabi Musa yang saya contohkan dalam tulisan, menurut hemat saya adalah norma moral yang universal. Perintah jangan membunuh, jangan mencuri dan jangan berdusta, adalah norma moral yang universal. Kalau norma jangan membunuh itu dirumuskan ke dalam hukum tertulis, dan diberi ancaman sanksi, dan ditegakkan oleh sebuah otoritas terhadap orang yang melanggarnya — bisa negara bisa bukan — maka norma moral jangan membunuh tadi telah berubah menjadi norma hukum. Bahwa Bapak tidak setuju norma moral ditransformasikan menjadi norma hukum, saya menghormati pendapat itu.

    Sistem yang saya maksudkan tentu beda dengan teknologi membuat pesawat terbang seperti diskusi anda dengan BJ Habibie. Bahwa teknologi dapat membantu pembangunan sistem, memang ada benarnya. Dalam pandangan saya, manusia itu mempunyai kecenderungan yang sama besar ke arah kebaikan dan kejahatan. Tentu ada yang berpandangan sebaliknya, bahwa manusia itu pada dasarnya baik. Filsafat Jawa aliran Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu) menganut faham terakhir ini. Ada juga aliran filsafat yang memandang manusia itu pada dasarnya buruk. Sistem yang dibangun dengan disertai dengan aturan hukum yang jelas, akan banyak membantu agar manusia terdorong ke arah yang baik.

    Bahwa menangkapi orang-orang yang diduga bersalah adalah salah satu langkah menegakkan sistem dan menegakkan hukum. Namun, jika manusia berganti sistem tidak, maka manusia yang baru akan melakukan hal yang sama seperti dilakukan manusia sebelumnya. Ibnu Khaldun, dalam kitab Muqaddimah, telah membahas masalah ini panjang lebar kira-kira seribu tahun yang lalu. Ambillah contoh misalnya sistem tidak mengatur dengan tegas berapa lama masa jabatan Presiden, maka Presiden bisa menjadi seumur hidup. Presiden lama itu diturunkan, dan digantikan Presiden baru yang penuh idealisme. Namun lama kelamaan idealisme Presiden baru itu akan luntur. Kekuasaan itu menggoda. Akhirnya dia cenderung mengikuti gaya Presiden sebelumnya, yang justru pernah dia lawan. Jadi, sistem dan aturan konstitusi harus tegas: Masa jabatan Presiden 5 tahun misalnya, dan hanya boleh dua periode saja.

    Menangkapi penjahat saja tanpa perbaikan sistem, norma hukum, penegakan hukum dan membangun kesejahteraan dan menegakkan keadilan, akan sia-sia juga.
    Tukang menangkapi penjahat itu lama kelamaan akan berkelakuan seperti penjahat juga.

  25. Ok, Pak Yusril yg anda maksud dengan ‘sistem’ itu ternyata lebih luas. Termasuk manusianya. Saya kira ‘sistem’ perangkatnya atau penunjangnya. Saya simpulkan ini krn anda mencontohkan dengan piranti canggih imigrasi, sistem notaris dsb. Krn itu saya asosiasikan dgn impian leap-frog nya BJH. Dalam sistem wawasan anda itu piranti lunaknya adalah manusianya dan piranti kerasnya teknologinya termasuk penunjang fisiknya (sperti komputer, netwerk dan telekomunikasi). Anda ‘kan tahu investment yg termahal dan tersusah dalam membangun sistem itu piranti lunaknya. Tak perduli membangun sistem ICT atau membangun sistem negara. Jadi manusianya lah, pak yg penting. Manusianya faktor utama.

    Diawali dari pejabat2nya (eksekutif, legislatif dan yudikatif). Ya…, dari mereka. Karena mereka2 ini yg harus memberi contoh apa arti itu integritas dan accountablity. Mungkin cuma ada di-Ind (ex) ketua DPR yg tersangka tindak pidana tapi tetap jalan terus karena tidak merasa bersalah. Ini DPR pak … DPR. Wakil rakyat …, ketuanya lagi.
    Dinegara lain, pejabat spt itu turun (walaupun belum terbukti bersalah) utk tidak menggangu jalannya hukum dan manjadi bola politik / moral. Kalau memang tidak terbukti bersalah baru jabat lagi (kalau masih nafsu). Bukan kebalikannya seperti di INd. Jaksa disuruh buktikan dulu. Selama orang2 seperti ini memimpin negara kita; pak Yusril, saya cuma bisa menangis.

    Sistem yg mengatur tegas aturan2 hukum atau undang2 itu ada pak. Mungkin belum sempurna, tapi ada. UU Anti Korupsi misalnya. Cuma pelaksanaannya, pak. Pelaksanaannya. Orang2 menjadi skeptis/frustasi karena mereka melihat Pak. Rakyak tidak buta. Undang2 dan peraturan diganti2 dan disempurnakan tapi kalau orng2 yg harus melaksankan peraturan2 tidak dibenahi ya percuma. Selama ada hakim/jaksa yg mau terima sogok, takut atau tidak dilindungi terhadap intimidasi … ya, percuma. Selama ada menteri, angoto DPR yg punya ‘proyek2’ …percuma punya aturan2 dan sistim yg canggih. Dalam hal ini etika mungkin bisa membantu. Tapi tidak bisa melawan kemunafikan dan kemumpungan …

    Pak YIM, normal moral yg universal itu terbatas pak. Contoh2 yg anda ambil (jangan membunuh, jangan mencuri, …) itu mungkin universal. Tapi norma2 yg diambil dari kebiasaan adat atau ‘culture’ itu dinamis, Pak. Yg dulu tidak etis sekarang bisa diterima atau sebaliknya. Kenapa? Karena masyarakat itu dinamis. Dgn atau tanpa globalisai. Satu contoh: praktek sati, di india. Walupun kontroversial (bukan ajaran agama Hindu, tapi ditafsirkan demikian). Soalnya setelah norma ditrnsfer ke hukum formal, maka ada sangsinya. Sangsi yg mana? Penafsiran siapa?

    Saya percaya dgn kelenturan masyarakat dunia kearah equilibrium. Kalau terlalu terkekang ada gerakan yg ingin membawa kearah kebebasan. Kalau terlalu bebas ada gerakan yg ingin membatasi kebebasan agar tidak membawa ekses2 negatif (yg universal). Contohnya pengunaan umum narkotik didunia barat thn 60-70an. Sejak thn 90-an ada arus balik. Kenapa? Karena ekses2 tersebut …

    Dalam menaati norma2 moral saya lebih cenderung memilih The Universal Declaration of Human Rights PBB, yg juga ditanda tangani oleh RI.

  26. bang YIM,
    salut pada abang yang dengan berani muncul di IM, salut juga atas perjuangan abang selama ini.
    MAJU TERUS MAWAS DIRI (Semboyan Urang Belitong)

  27. Juniar R. Sahidin

    Sampurasun

    Saya adalah pengagum Om Yusril sejak tahun 1997, sejak saya mulai melek politik saat masih pelajar SMA (selain Amin Rais, Hidayat Nurwahid, dan Habibie).
    Senang akhirnya bisa mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan idola sendiri.
    Semoga Om Yusril tetap istiqomah dengan keilmuannya, dan menjadi salah satu mantan menteri yang bisa berinteraksi langsung dengan rakyat dan menampung seluruh sapirasi kami (siapa tahu Om suatu saat jadi presiden).

    Wilujeng dongkap di jagat tanpa batas “internet”

    Cag, ahh!

  28. Yusril Ihza Mahendra

    #75 Pak H Subur Walujo. Saya tetap berpendapat bahwa norma-norma moral (etika) adalah norma fundamental dan bersifat universal. Kalau norma sopan santun — yang diangkat dari kultur masyarakat yang dinamis itu — memang relatif tergantung pada ruang dan waktu. Tetapi tidak apa-apa kalau kita berbeda pendapat dalam hal ini.

    Praktek sati adalah tradisi masyarakat Hindu India dan juga dipraktekkan di zaman Majapahit (saya riset ttg hal ini ketika mengoreksi skenario film Cheng Ho). Tetapi tradisi keagamaan seperti itu tidak mungkin ditransformasikan menjadi norma hukum publik yang mengikat semua warga India, dan memang tidak pernah terjadi. Pemerintah British India malah melarang sati melalui hukum positif. Tetapi saya kira bukan langkah yang tepat juga dilihat dari perspektif umat Hindu di zaman itu.

    Universal declaration of Human Rights merupakan himpunan hak-hak asasi manusia. Namun tidak merumuskan kewajiban-kewajiban asasi manusia. Karena itu deklarasi ini banyak dikritik juga. Patut kita sadari bahwa deklarasi itu diawali dengan suatu seminar internasional. Rumusannya diangkat dari berbagai doktrin dan pemikiran, termasuk ajaran agama. Dari kalangan Islam yang hadir dan membentangkan makalah ialah Humayun Kabir, seorang filsuf India Muslim. Memang ada yang berpandangan bahwa deklarasi itu dapat juga dianggap sebagai rumusan norma-norma etika.

  29. Maaf Pak saya telat membaca web Bapak (itupun setelah berjibaku mencarinya)
    Seperti kata orang internet, adalah rimba tak bertuan, kebijakan dan kebajikan amat dibutuhkan untuk menanggapi komentar orang-orang yang sepertinya lebih tau diri kita dari pada diri kita sendiri. Keep writing Pak….. Yang diuji kadarnya itu hanya emas, kalau dia perak atau perunggu tak perlu diuji

  30. Saya ini bodoh. Apa Pak YIM orang pintar? Gak juga, ah.
    Hoee!!! Ada yang pintar gak di sini?!
    Komunitas Indonesia Matters, mereka juga orang bodoh.

    Ada yang pintar??!

    Lha yang mbedakan di antara orang2 bodoh adalah tanggung jawabnya.

  31. dragonwall telah meminta maaf untuk pak yusril di indonesiamatters pada comment hal 4…

  32. Pak Yusril,

    saya minta maaf kepada Pak Yusril bahwa saya indentikan AFIS itu sama dengan mesin Clocktime untuk pegawai kantor kerna memang lain.

    Saya juga minta maaf kepada Pak Yusril bahwa Pak Yusril sependapat saya hanya mau menang aja.

    regards

    Indcoup

  33. #82 Indcoup. Terima kasih atas tanggapannya. Tentu kita harus saling memaafkan kekeliruan masing-masing. Selanjutnya marilah kita berdiskusi dengan tenang, semoga kita mendapat banyak manfaat dan pelajaran.
    Semoga Allah SWT akan senantiasa membimbing kita semua ke jalan kebenaran.

    Salam hormat saya.

  34. #82:
    Mencurigakan ah… Anda kayanya bukan indcoup, bukannya indcoup lagi melarikan diri gara2 bertengkar dengan sesama brit?

  35. Muhammad Zainal Arifin

    Assalamu’alaikum wr.wb
    Bicaralah atas nama sejarah dan jangan pernah memanipulasi sejarah, Rubahlah sesuatu yang bisa di ubah, terimalah sesuatu yg tidak bisa di ubah
    Mungkin itu awal yang pantas kita ucapkan dlm proses sharing kita…
    Saya melihat saat ini ada sesuatu yg Bapak perankan dlm dunia politik….
    Aku adalah org yang saat ini salut dengan kekonsistenan bapak dlm menjalankan amanah sebagai kholifah di muka bumi ini….
    ada beberapa hal yg hendak saya tanyakan kpd bapak, dan saya berkenan bpk menjawabnya…
    1. Menurut pendapat bapak konsep kepemimpinan yg seperti apa yg cocok untuk di terapkan di bumi pertiwi ini (indonesia)?
    2. Apakah menurut bapak benar bahwa model pemilihan gubernur di kembalikan lagi seperti semula?sebab hal itu untuk mengurangi bajet pengeluaran APBD di tiap daerah masing-masing?tolong kasih alasannya.
    mungkin hanya beberapa hal itu yang hendak saya tanyakan kepada bapak, semoga yg kita diskusiakn ini baik untuk kemajuan bagsa ini. Amin…..

  36. Pak, kebetulan istri saya jg mualaf, dan saya sempat takut komentar 2 miring seperti yang mereka sampaikan di internet tentang pernikahan Bapak atau tentang pribadi istri bapak jg menimpa istri sy(baik dr keluarganya ataupun lingkungannya).Alhamdulilah itu semua tidak terjadi, karena saya yakin niat saya baik begitupun dengan niat istri saya.Alhamdulilahnya lagi, hubungan sya dengan keluarga istri sangat baik, bahkan saya jadi menantu kesayangan hehehe….Semoga Bapak & keluarga selalu dilimpahi kasih sayang…tapi saya juga kangen sama Ibu Kesih,semoga beliau selalu sehat & bahagia selalu….

  37. numpang lewat….
    salam kenal buat bang yusril
    sepertinya diskusi-diskusinya menarik
    mungkin suatu saat bisa ikutan diskusi dengan bang Yusril

  38. Ass Pak Yusril, ada banyak menarik dalam blognya ini, sekiranya suatu saat bisa Anda terbitkan dalam sebuah buku?

  39. Bang … dibogor ada Universitas Ibn Khaldun yang mencantumkan anda sebagai salah satu dosen disana apa betul bang ??? kalo ya kapan hari ngajarnya ???

    Mungkin nama saya masih dicantumkan di sana. Seingat saya hanya sekitar awal tahun 1990 saya mengajar di sana, sesudah itu tidak aktif lagi. (YIM)

  40. Wah! Saya tertipu…udah tak baca percakapan seru antara Pak Haji dengan Bang Yusril, eh ! ga taunya percakapan tahun 2007! tak kirain percakapan hari ini ( 5 Dec 2011 )
    Tapi ga masalah, itung2 nambah ilmu.Txs

  41. Bung Sultan, kalo saya sih tidak tertipu, tapi memang lagi sengaja mencari coment2 dan diskusi2 yg lama2 di blog ini, saya menapaktilasi perjalanan, perjuangan dan pergolakan “Pak Tengah YIM” di dunia maya. Meskipun saya sudah lama tidak berkomentar, namun saya tetap membaca dan mengikuti tulisan2 di blog ini sepanjang waktu saya sempat. Alhamdulillah makin banyak dapat ilmu dan pengetahuan dan pencerahan demi keadilan dan kebenaran. Semoga “Pa’ Nga” tetap istiqamah dalam lindungan, pertolongan dan petunjuk Allah SWT serta mendapat syafaat di hari kiamat, begitupun kita semua yang merindukan dan berjuang menegakkan kebenaran di bumi ini. Aamiin… Wassalaam

  42. tadi ada yang coment,
    PAK YUSRIL NGGAK PINTAR ??!
    Pak Yusril Ihza Mahendra Memang nggak pinter, Yang Maha Pintar adalah Allah S.W.T tetapi Allah Mengganugrahkan kepintanannya Kepada Pak YUSRIL IHZA MAHENDRA… Wallohu’alam
    LAHAOLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL ‘ALIYIL ‘ADZIM

    Pak YIM Pintar, Alhamdulillah
    Nggak Pintar, ? semua milik ALLAH

    Salam,

  43. Yo’i bang Bill…( salam Kenal )
    tapi sayangnya ini web kayak udah kurang terawat dech…
    emang sih, saya baru saja nemuin website ini, tapi emang sangat menarik buat saya. Walaupun pada saat pertama saya nemu itu tidak semua artikel sempat saya baca.
    tapi, okelah…
    yang saya sayangkan, kenapa sepertinya web ini tidak setiap hari di update.
    ya…mungkin juga karena kesibukan bang Yus. kita aja yang mesti maklum.
    terserah yang punya web dunk…mau di liat tiap hari keq…mau diliat setahun sekali keq! ya haq-nya yang punyalah…! hehehehe…

  44. Assallammualaikum bang, semoga segala aktivitas abang dalam ridho ALLOH SWT,tahun 1998 keberadaan Partai bulan bintang yang diketuai abang sangatlah potensial,namun beranjak kedepan Partai bulan bintang semakin terperosok,dan saya sebagai orang yang tak pernah lepas dari PBB walau saya secara defacto belum terlibat di PBB,namun saya sayangkan aktivitas perjuangan PBB yang sebagai estafet perjuangan Masyumi tidaklah sekongkrit masyumi.segala jajaran kepengurusan PBB dan kinerjanya tidak tampak termotivasi,sehingga semangat memperjuangkan syariat ISLAM semakin luntur..
    saya berharap penuh PBB dapat bangkit dari keterpurukan ini,…sebagai sumbang saran,buatlah sistem kepengurusan yang konkrit bukan hanya sekedar administari..

    sengaja saya menulis di blok abang….mohon maaf kalau ada tulisan yang tidak berkenan di hati abang.

    waalaikum salam

  45. terus maju pak yim

Leave a Reply