KENANG-KENANGAN DI MASA KECIL (BAGIAN VI)
Bismillah ar-Rahman ar-Rahim,
Setelah saya sering berkelana di dalam hutan diumur 5-6 tahun, saya mulai tertarik dengan laut ketika memasuki usia tujuh tahun. Seperti telah saya singgung pada Bagian V, saya sesekali ikut pergi ke tepi pantai bersama kakak saya Yusfi. Tapi karena dia makin sibuk bersekolah di SMP yang jaraknya agak jauh dari rumah kami di Kampung Sekep, dia mulai jarang pergi ke pantai. Usman, tetangga saya, mengajak saya pergi ke pantai. Ayahnya, Muhammad, adalah seorang nelayan Bugis. Kakeknya, Baharun, juga nelayan. Saya mengikuti Usman peri ke pantai menunggu ayahnya pulang melaut. Biasanya kami pergi dari rumah sekitar pukul sepuluh pagi, setelah saya mengisi air keperluan di rumah, dan membantu ibu saya menyelesaikan pekerjaan di rumah.
Perjalanan dari Kampung Sekep ke Pantai Pengempangan kira-kira berjarak dua kilometer. Kami berjalan kaki tanpa alas kaki, menelusuri jalan setapak melawati Kampung Bakau. Di jalan kami sering bertemu serombongan biawak yang bermain di danau berair payau yang ditumbuhi banyak pohon Nipah. Di sisi kiri jalan menuju Kampung Bakau itu ada kulong (danau bekas tambang timah) berair asin, yang dinamai Kulong Wak Nutok. Nama itu diambil dari seorang yang berasal dari Jawa, namanya Noto, yang tinggal di tepi kulong itu. Dia memiliki perahu yang dilabuhkan di situ dengan sebuah jangkar. Kulong Wak Nutok juga banyak ikannya. Kadang-kadang kami mampir di kulong itu mencari timung dan simping, sejenis lokan air payau. Kampung Bakau yang kami lintasi, hanya dihuni tiga keluarga. Pertama keluarga Bajeri, yang pernah saya ceritakan di Bagian II sebagai pemain biola yang handal. Kedua, keluara Baharu. Beliau ini pegawai PU yang kerjanya sehari-hari memperbaiki jalan yang rusak. Ketiga, keluarga Salim Simin. Saya tak ingat apa pekerjaan Salim Simin itu. Namun beliau seorang pejuang, yang di zaman Revolusi ikut dalam berbagai pertempuran.
Saya mengenal semua penghuni Kampung Bakau yang hanya tiga keluarga itu. Anak-anak Baharu dan Salim Simin yang bernama Ee, Andot dan Patani adalah teman-teman saya juga. Mereka mengajari saya cara membuat perahu-perahuan dari kayu pohon waru yang diberi layar kain bekas untuk kami bermain. Saya sering juga ikut mereka berenang di kulong di belakang rumahnya ketika air laut pasang dan mengalir sampai ke sana. Agak bahaya juga mandi di situ, karena kami pernah melihat buaya sedang berenang di kejauhan. Anak Bajeri – beliau saudara sepupu ayah saya dari pihak ibu – semuanya sudah besar. Jadi tidak ada yang dapat dijadikan teman bermain. Ada dua anak Bajeri yang sudah dewasa, tetapi belum kawin. Anak laki-laki bernama Ahad, namun yang perempuan saya sudah lupa namanya. Anak yang perempuan itu cantik, kulitnya putih, umurnya kira-kira 19 tahun. Anak-anak menyebut gadis itu Putri Bakau. Ketika melewati Kampung Bakau, saya sering mendengar Bajeri meggesek biola, atau menabuh hadrah. Ketika itu beliau sudah tua. Namun hidupnya tetap bagai seniman.
Kampung Bakau nampak bagai sebuah pulau. Kampung itu dikelelingi air dan dihubungkan dengan jembatan terbuat dari pohon kelapa. Pohon kelapa di kampung itu banyak sekali. Banyak juga pohon cemara laut, pohon penaga dan pohon waru. Tidak jauh dari jembatan Kampung Bakau, ada sebuah rumah cukup besar. Pemilik rumah itu adalah Sadam. Belakangan diolok-olok orang sebagai Saddam Hussein, Presiden Irak yang amat tersohor namanya. Sadam memiliki kebun kelapa yang luas. Dia juga mempunyai beberapa perahu yang diparkir di tepi pantai dekat rumahnya. Tempat Sadam memarkir perahu itu, lama kelamaan disebut orang sebagai Pangkalan Sadam. Anak Sadam yang bernama Rahim, belakangan menjadi teman kami sekolah ketika SMP. Sadam adalah orang yang cukup ramah. Sebelum banyak anak-anak bersunat di rumah sakit, Sadam adalah tukang sunat tradisional. Anak-anak konon direndam Sadam sehari suntuk, sebelum disunat pakai pisau cukur. Seram juga mendengar Sadam menyunat anak-anak di zaman dahulu. Meskipun begitu, konon disunat Sadam tidaklah sakit, karena dia menyunat menggunakan jampi-jampi.
Dengan melintasi Kampung Bakau, maka tibalah kami di tepi pantai di Pangkalan Sadam itu. Dari sana kami menyusuri pantai menuju Pengempangan. Pantai Pengempangan ketika itu dikelola kakek saya Haji Zainal bin Haji Ahmad. Banyak pohon kelapa di pantai itu yang ditanam sejak ayah kakek saya Haji Ahmad masih hidup. Kakek saya mempunyai pondok kecil di situ yang beliau bangun bertengger di tebing batu di kaki Bukit Samak. Ada dua pondok tempat orang duduk-duduk dan tiduran di Pantai Pengempangan itu sambil menunggu nelayan pulang melaut. Tempat itu sekaligus digunakan untuk menimbang ikan, sebelum dibawa ke pasar untuk dijual. Ada juga warung kecil tempat orang berjualan penganan dan minuman. Di bangunan yang agak besar dibuatkan papan catur di lantai papan. Banyak orang main catur, nelayan, tengkulak ikan dan anak-anak. Pak Lurah Daeng Semaong, yang selalu memakai topi kontroluer orang Belanda, juga sering-sering berada di tempat itu. Kalau ada Daeng Semaong, semua orang Bugis di tepi pantai itu tunduk menghormat. Beliau sangat berwibawa dan disegani.
Bagi saya yang masih kecil, bermain di pantai itu sungguh menyenangkan. Sebelum nelayan datang melaut, kami mandi sambil berenang menuju bebatuan yang tidak terlalu jauh dari pantai. Saya pandai berenang tanpa ada yang mengajari, karena pandai dengan sendirinya setelah setiap hari mencebur ke laut. Kamipun biasa menyelam, tanpa memakai kaca mata selam, seperti yang digunakan nelayan Buton ketika mereka memanah ikan di sekitar karang di dalam air. Tempat yang sering kami jadikan ajang lomba renang adalah Batu Malang, yang berjarak sekitar 80 – 100 meter dari pantai. Kami tenang-tenang saja melintasi alur, walau arus terkadang deras untuk sampai ke batu itu. Di Batu Malang saya sering menyelam mengambil akar bahar yang bagus bentuknya. Akar bahar berwarna hitam dapat dijadikan gelang. Sering juga saya melihat penyu bersarang di karang-karang sekitar Batu Malang itu. Banyak juga ikan-ikan kecil. Pemandangan di bawah laut, dengan kedalaman kira-kira tiga-empat meter itu sungguh mengagumkan.
Cetak artikelShort URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=76
Alhamdulillah…akhirnya berlanjut lagi…
Jadi ingat syair lagu masa kecil saya, “nenek moyangku seorang pelaut” … ternyata benar2 menarik kehidupan mereka…
Maaf Pak Yusril, kok sekarang font-nya terasa agak beda dari yang dulu (lebih besar2), beberapa penulisan katanya ada beberapa yang tanpa jeda… tapi tidak megurangi kenikmatan alurnya…
Saya juga mengikuti beberapa komentator tentang rumor akan dicalonkannya bapak jadi ketua MK dibeberapa media, hampir sebagian besar merasa keberatan dengan pencalonan pak Yusril, apakah itu bukan bagian dari upaya pembentukan citra negatif kepada bapak? Apalagi pemilu tinggal sebentar lagi… Yah semoga ada hikmah yang bisa dipetik dari semua peristiwa yang ada & senantiasa dilimpahi kesabaran…
Catatan : Mohon maaf, Tonny. Pada saat anda baca, posting ini sedang mengalami proses edit format tampilan, perbaikan kesalahan ketik, penambahan gambar dan pemberian paging (halaman) pada display extended entry. Sekarang semestinya sudah sesuai dengan standar seperti biasanya. Terima kasih atas perhatiannya.
Assalamu,allikum bang Yusril,
Wah dengan cerita dan foto yang abang tampilkan saya juga jadi teringat Tanjung Pandan dengan pantainya yang menggoda. Saya bukan orang kampung abang, tapi saya hampir setiap tahun berkunjung ke Tanjung Pandan, untuk berkunjung ke sebuah perkebunan kelapa sawit yang gak jauh dari Tanjung Pandan.
Akan tetapi saya sekaligus prihatin melihat Tanjung Pandan saat ini, dipelosok-pelosok dusun yang saya kunjungi kini banyak bermunculan Tambang Timah liar yang mengabaikan sistem lingkungan bang. Lebih prihatin lagi sekaligus saya dengar pemiliknya adalah anggota Dewan yang terhormat. Jangan sampai lingkungan Tanjung Pandan menjadi lebih parah. Saya yakin abang pasti udah dengar cerita ini.
OK bang SELAMAT TAHUN BARU 2008, saya adalah salah seorang yang senantiasa menunggu tulisan dan berita abang di media masa.
Wassalam
Ibnu Rusdi
Terima kasih atas perhatian anda. Dari dulu saya sangat prihatin dengan kegiatan penambangan timah yang serampangan, tanpa perduli dengan kelestarian alam dan lingkungan. Sejak masih zaman PN Timah masih jaya-jayanya, saya telah mempermasalahkan hal ini. Apalagi sekarang ketika penambangan timah telah dilakukan oleh swasta dan bahkan oleh perseorangan. Izin Kuasa Penambangan sekarang juga telah beralih ke Pemda. Kontrol terhadap ekses penambangan, baik resmi maupun liar sangat lemah. (YIM)
Terus terang Bosan juga akhirnya baca Blog ini….
Saya yang mungkin juga beberapa kawan lainnya, yang ingin selalu menunggu torehan pikiran dan ucapan seorang tokoh sekaliber Yusril Ihza Mahendra hanya digiring untuk sebuah pelupaan kasus besar korupsi dan pengangkangan hukum dalam sejarah Indonesia, dan membelokkan opini masyarakat untuk memperbaiki sebuah pencitraan yang kadung tercela.
Saya awalnya, sangat berharap seorang mantan menteri, seorang guru besar, seorang tokoh elit partai, seorang pakar hukum.. dsb… bisa memberikan sebuah pencerahan hukum, pencerahan untuk perbaikan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan kesejahteraan anak bangsa, solusi demi kebaikan bangsa dan negara, ikut merasakan rentetan musibah yang tiap detik menghujani bangsa… adakah rasa itu terselib disanubari seorang Yusril ?? Sepertinya tidak… sebenarnya kalau dia memiliki human interest yang dalam, kepekaan nurani kepada rakyat jelata.. sebenarnya wahana blog ini juga bisa digunakannya untuk menyapa rakyat yang tercabik nyawanya oleh longsor, rakyat yang tersedak nafasnya oleh luapan banjir dan lumpur, rakyat yang terkerat jantungnya oleh dentuman gempa, rakyat yang terburai oleh kecongkakan hukum, rakyat yang terkorbani oleh prosesi demokrasi, rakyat yang mamasuki tahun baru dengan tatapan semu… adakah seorang Yusril yang mencicipi menu lezat dan bau wangi parfum di jasnya yang diperoleh dari peluh keringat rakyat untuk sekedar menyapa rakyat jelata itu ???????
Saya awalnya memang agak gembira dan menyambut positif kehadiran Blog YUSRIL IHZA MAHENRA ini, dimana ada ucapan untuk saling berdiskusi, saling berargumentasi dalam bingkai kenegaraan dan kehidupan bermasyarakat..
Kita tentunya tidak bisa menyalahi, apa yang akan diisi oleh Pak Yusril di blognya ini, tentu itu adalah arena kewenangan dan haknya sendiri. tetapi setelah beberapa lama, setelah beberapa banyak komentar yang muncul untuk minta diskusi, minta pendapat, minta pencerahan dari seorang kaliber Yusril terutama tentang kehidupan berbangsa dan bernegara yang tak lain juga berhubungan dengan latar belakang keilmuan dan pengalaman Yusril sepertinya semua DICUEKKIN…. yang ditanggapi hanya komentar yang bernafas memuji, menyanjung dan dan lainnya…….
Memang baik ada cerita cerita tentang masa lalu itu, tetapi mungkin ada baiknya diselang selingi dengan sebuah opini, pendapat, pemikiran seorang Yusril terhadap setiap permasalahan bangsa yang sepertinya setiap detik pula selalu menghiasi dinamika negara ini… mana.. mana Pak pemikiran dan keprihatinanmu ??
Sejak Blog ini dilaunching berapa banyak sudah benang kusut wajah bangsa kita menyeruak.. seperti kasus pimpinan KPK, Komisi Yudisial, MA dengan KPUD Sulsel, Konferensi Pemanasan Global di Bali, Kasus Narkoba, Kasus diskriminasi Lembaga Pemasyarakatan, Kasus hubungan Indonesia – Malaysia,….. waduh……. masih panjang lagi Pak……………………… mana keikutsertaan Yusril memberikan kita sepatah dua patah kata kalimat kalimat ikut urun rembuk kalau bukan sebuah solusi ???
Yang didapat di Blog ini hanya sebuah kamuflase, sebuah kecongkakan dan kearoganan seorang ilmuwan dan politisi… hanya sebuah wahana yang digunakan untuk memoles diri kembali supaya lebih tampil seksi dan membuai rakyat untuk melupakan kisah pilu kasus kasus korupsi yang disemai selama ini…
Ah…. kegersangan dan kehausanku untuk berdiskusi tentang nasib bangsaku ini… masih jauh panggang dari api…
Atau akau sendiri yang tidak sabar menanti, pemikiran pemikiran tajam dari Yusril ? Atau menunggu Yusril dulu untuk dilantik menjadi Ketua MK, Wakil Presiden atau Presiden RI…
Atau menunggu dulu bangsa ini remuk redam sambil datangnya singgasana kekuasaan itu…. entahlah.
SELAMAT BERBLOGGER RIA…
SELAMAT TEBAR PESONA…
Pak Yusril, akhirnya saya dapat membaca juga lanjutan kisah masa kecil anda pada bagian VI ini yg saya tunggu. Saya tetap senang membacanya dan saya mendapat kesan bahwa anda sangat memahami kehidupan orang miskin , terutama para nelayan , petani, ataupun pegawai rendahan. Itulah sebabnya saya berdoa agar pak Yusril dapat memimpin bangsa ini menuju kesejahteraan dengan memperbaiki kehidupan rakyat yg masih miskin. Pak Yusril sudah mengalaminya di masa kecil, tentu planning untuk meningkatkan kesejahteraan mereka tidaklah susah buat pak Yusril. Seseorang dapat membuat suatu planning berdasarkan pengalaman pribadi biasanya tujuannya akan lebih realistis dan akan berhasil. Terus terang saja , sebelum menulis komentar ini, saya agak terkejut membaca komentar # 3 itu. Terlepas permasahan yg dialami atau dikritik pada pak Yusril dalam karirnya sebelum ini, yg jelas saya kurang setuju dengan komentar # 3 di atas. Alasannya , sudah jelas jelas judulnya saja Kenagan Masa Kecil pak Yusril dan beliau tulis bersambung dari bagian I, II … dan VI. Tentu isinya harus konsisten dengan apa yg dialami pak Yusril ketika masa kecilnya. Jadi di sini saya tidak melihat dari segi pengalamannya selama di pemerintahan., tetapi pengalaman di masa kecil.
Maaf , ada gangguan kecil sehingga komentar ini terpotong. Krtik dari komentar # 3 itu, menurut saya salah alamat. Boleh saja anda kritik blog ini, tapi kan sudah dikatakan bahwa pak Yusril baru belajar tentang blog ini. Ini hal baru baginya. Mungkin pak Yusril belum menemui tekniknya untuk menyisipi komentar ataupun tanggapan bersamaan dengan tulisan pengalamannya. Yang jelas saya lihat ada kejujuran dari pak Yusril dalam menulis tentang masa kecilnya. Beliau tidak menutupi hal hal yg kurang layak ( bagi orang yg kaya )misalnya ia harus utang di warung ketika keluarganya tidak punya uang ataupun belum gajian. Berjalan kaki ke rumah nenek untuk minta beras. Pakai baju compang camping, tanpa alas kaki, dst. Sekali lagi , menurut pendapat saya apa yg ditulis oleh pak Yusril dalam blog ini adalah konsisten dengan judul tulisannya KEnang kenangan Masa kecil, bukan sepak terjang selama di karir pemerintahan.Sorry , jika penulis komentar # 3 tidak mengerti maksud saya. Salam, perjuangkan cita cita anda pak Yusril.
# Jebee.
Mohon sabar Uni. Insya Allah, saya akan menulis tentang politik, hukum dan masalah-masalah sosial dan kemanusiaan lainnya. Memang menulis di blog tergantung mood juga. Bahwa ketika membaca sebuah posting ada yang berminat dan ada yang tidak tentu wajar saja. Fokus perhatian orang memang berbeda-beda. Untuk itu saya maklum.
Memang Pak saya tidak sabar untuk berdiskusi dengan anda, terutama tentang politik, hukum, pemerintahan, sosial kemasyarakatan, ekonomi dan tentang ketatanageraan lainnya, karena hal itulah yang sangat mendesak dan peka bagi bangsa ini sekarang.
Mengapa saya sepertinya ngoyo sekali memancing anda untuk diskusi kearah sana ? kalau anda bukan seorang Yusril yang seorang pakar hukum, politisi dan mantan menteri yang pernah mengurusi negara ini, mungkin tidak sekritis itu pula saya sama anda.
Coba anda baca kembali komentar saya di kenang-kenangaan di masa kecil bagian V, disitu saya menyoroti sedikit tentang kesenjangan-kesenjangan yang terjadi, itu saya tulis sebenarnya juga berkaitan dengan tulisan anda yang ada menceritakan tentang kesenjangan di tempat anda zaman dahulu, mengapa anda cuekkin ?? oooo.. rupanya anda tidak mood, jadi mood anda hanya muncul untuk komentar yang memuji muji saja, baguslah… PANTAS.
Untuk Saudara Aini t.vierra, terima kasih atas masukannya, memang kadangkala kita rakyat jelata terlalu lugu dan bersahaja untuk menerima sebuah cerita yang dibalut dogma untuk suatu kepentingan tertentu yang kita sendiri hanya akan menyadari suatu hari nanti.
Sepertinya saya terlalu keras yaa ? sebenarnya nggak juga, cuma saya sesak saja menyaksikan para keluguan dan kebersahajaan rakyat Indonesia seperti anak anak kecil yang dipermainkan oleh para petualang petualang singgasana kekuasaan, ketika kekuasaan sudah ditangan… apakah rakyat kecil itu akan diingat kembali ???? Wallahualam. Apakah Saudara Yusril masuk didalam yang saya kemukakan itu ?? jawabannya IYA… karena semasa Yusril menjabat menteri, coba saja tanya bagaimana itu perlakuan terhadap Lembaga Pemasyarakatan yang ada, tingkah laku para hakim penegak hukum, tingkah laku birokrat di departemen yang dipimpinnya..dsb.
Mood yang saya maksud adalah menulis posting. Setiap komentar saya baca satu demi satu. Ada yang saya tanggapi ada yang tidak. Kebanyakan yang saya tanggapi justru yang beda pendapat dengan saya, atau kalau ada hal yang memang perlu diberikan penjelasan tambahan. Yang setuju atau yang “memuji” saya diamkan saja. Kalau ada komentar yang tidak saya berikan tanggapan, bukan saya tak perduli. Kadangkala saya biarkan saja untuk dikomentari oleh komentator yang lain. Demikian penjelasan saya. (YIM)
ehhh… Pak Yusril, Pak Harto lagi dirawat tuh di RSPP, apa sudah membesuk ??
Kalau nanti membesuk, titip “salam” yaa buat Tomy, he he….
Waah.. rupanya anda penggemar Tomy sampai mau titip “salam” padanya. Sayang seumur hidup saya belum pernah bertemu dengannya, he he.. (YIM).
“Salam” nya kan ada tanda kutip Pak, maksudnya jangan salam tempel atau bisik bisik lainnya, hehe…
boleh dan bisa saja kan maksudnya salam supaya insyaf dan kembali kejalan yang benar.
Benar niihh, belum pernah bertemu…?? walau sekiranya memang belum pernah bertemu tapi paling tidak kan sudah membantu mencairkan uangnya kan ?? hehehe……
Jangan melarikan diri dari realitaslah Pak, hadapi apa yang telah diperbuat, bertanggungjawab dan jadilah diri sendiri dan apa adanya….(cuma saran).
Saya tidak melarikan diri dari tanggungjawab. Namun haruslah diingat bahwa apa yang saya lakukan dalam masalah Motorbike dan Paribas bukanlah tindakan pribadi, tetapi suatu tindakan jabatan. Secara pribadi, orang boleh suka atau tidak suka dengan seseorang. Namun ketika bertindak dalam jabataan, maka perasaan seperti itu harus dibuang jauh-jauh. Saya sudah menjelaskan segala sesuatu yang saya anggap perlu sehubungan dengan masalah Motorbike dan Paribas itu. Bahwa anda mempunyai kesimpulan sendiri terhadap hal itu, dan berbeda dengan pandangan saya, saya menghormati perbedaan itu.
Secara pribadi saya tak mengenal Tomy Suharto. Berjumpa dengannya atau berbicara dengannya langsung maupun menggunakan alat komunikasi seumur hidup juga belum pernah. Demikian penjelasan saya. Terima kasih saya ucapkan. (YIM)
Sabtu, 4 Januari 2008
BADAI PASTI BERLALU
Pak Yusril…..
Umur hanya ditangan Allah SWT…
Sekarang kondisi Pak Harto mantan Presiden Republik Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun di ranah zamrud khatulistiwa dalam kondisi kritis. Terlepas dari aspek hukum yang melilitnya dan sepak terjangnya selama ini, secara kemanusiaan dan hamba-NYA kita tentunya tetap mendo’akan Beliau supaya cepat sembuh.
Ketika Pak Harto sekarang tergeletak lemas diranjang RSPP dibulan Januari 2008 ini, saya ingat tepat sepuluh tahun yang lalu, yakni tahun 1998 saat pekikan suara reformasi berkumandang membelah pori pori kesengakan nafas anak bangsa, saat krisis moneter menghantam bangsa ini, yang juga detik detik petaka bagai kelangsungan pemerintahan Pak Harto, saat itu muncul ketengah tengah seorang tokoh muda yang tampan dan ahli membuat pidato.
Saya ingat dia membuatkan pidato untuk Pak Harto dengan adanya sebuah kalimat yang takkan bisa saya lupa yakni “BADAI PASTI BERLALU” Pak Hartopun membacakan pidato itu dengan suara berat dan penuh harapan.
Pak Yusril, sekali lagi Nyawa hanya ditangan Allah SWT, sebelum Pak Harto meninggalkan bumi tercinta ini selamanya, ada baiknya anda datang, besuk dan ucapkan do’a supaya Beliau sembuh.
Setelah itu, untuk anda sendiri renungkanlah makna pidato yang sudah anda sodorkan untuk dibacakan oleh Pak Harto sepuluh tahun yang lalu itu.
KAPAN BADAI PASTI BERLALU ???
Sebagai sesama Muslim tentu saling mendoakan adalah perbuatan yang baik. Kalimat Badai Pasti Berlalu dibuat oleh Pak Moerdiono. Suatu ketika nanti saya akan menulis memoir tentang semua ini. Pidato yang diucapkan itu, seingat saya adalah tahun 1997, mudah-mudahan saya tidak salah. Apa yang anda kemukakan adalah persepsi tentang suatu peristiwa, atau katakanlah sebagai bagian dari suatu penulisan sejarah, dengan menggunaan historiografi tertentu. Orang lain boleh juga menuliskannya dengan menggunakan kerangka historiografi yang berbeda. Tentu dengan lebih dulu mengumpulkan data sejarah sebanyak mungkin, sebelum menganalisisnya. Bahwa penyajian fakta mungkin berbeda, sebagaimana analisisnya juga berbeda, hal itu wajar saja. Bagaimana proses dan prosedur penulisan naskah pidato Presiden, belum banyak diketahui oleh masyarakat. Insya Allah, suatu ketika saya akan menuliskannya untuk menambah wawasan kita bersama.
Sebagaimana saran anda, saya sendiri, tentu akan selalu merenungkan setiap peristiwa yang terjadi, apalagi saya terlibat di dalamnya. Dari perenungan itu saya akan banyak belajar dan mmetik hikmah. Apa yang baik, akan diteruskan. Apa yang salah, tentu harus diperbaiki dan ditinggalkan. Sebagai bangsa, kita tentu harus belajar dari pengalaman-pengalaman masa lalu, agar ke depan kita dapat bertindak lebih baik lagi.
Hanya itu tanggapan saya. Terima kasih saya ucapkan. (YIM)
Saya menggaris bawahi komentar jebee, ibarat makanan terasa banget sambel beladonya yang pedes menyegat. Makanan pedes itu sehat lho, sama seperti jamu memang pahit tapi sehat. Hati-hati dengan makanan manis dan manisan .. kecuali manisnya madu memang obat ..
Kita memang banyak yang gak sabaran menunggu tulisan-tulisan pak Yusril ttg politik, hukum dan masalah sosial kemanusiaan .. sebenarnya sudah waktunya pak Yusril mulai memberi pencerahan hal-hal tersebut mengingat saat ini negeri kita sedang carut marut dan sering ditimpa multi musibah .. kita tunggu ..
# 9 Yth. Pak Yusril
“Saya tidak melarikan diri dari tanggungjawab. Namun haruslah diingat bahwa apa yang saya lakukan dalam masalah Motorbike dan Paribas bukanlah tindakan pribadi, tetapi suatu tindakan jabatan. Secara pribadi, orang boleh suka atau tidak suka dengan seseorang. Namun ketika bertindak dalam jabataan, maka perasaan seperti itu harus dibuang jauh-jauh. Saya sudah menjelaskan segala sesuatu yang saya anggap perlu sehubungan dengan masalah Motorbike dan Paribas itu. Bahwa anda mempunyai kesimpulan sendiri terhadap hal itu, dan berbeda dengan pandangan saya, saya menghormati perbedaan itu.”
Pak Yusril..
Diskusi ini mungkin sudah kita lalui pada beberapa komentar dan tanggapan terdahulu.
Saya secara Pribadi tidak ada bermasalah seujung kotoran kukupun dengan Saudara, apalagi ada unsur like and disklike, jujur saja secara pribadi anda adalah idola saya, saya kagum dengan wawasan dan pemikiran Saudara. Justru yang saya selalu soroti itu adalah kapasitas Saudara dalam sebuah TINDAKAN JABATAN yang pernah saudara amanahi. Tentunya hal itu adalah apresiasi saya terhadap Saudara, apalagi memang saya haus sekali untuk dapat berdiskusi, berargumentasi terhadap Indonesia yang sangat saya puja dan cintai ini, salah satunya dengan anda.
Dahulu saya sudah mengatakan, saya akan angkat tangan dan mengatakan ANDA SEORANG KSATRIA jika masalah Motorbike dan Paribas ini Saudara Yusril selaku menteri Hukum dan HAM membicarakan dahulu dengan Presiden atau membahasnya dalam sidang kabinet, karena ini adalah permasalahan yang sangat urgen, tidak hanya menyangkut keberadaan Saudara selaku Menteri Hukum dan HAM saja, tetapi ini substansinya adalah negara, bangsa dan rakyat Indonesia, jadi seharusnyalah melalui konsultasi, koordinasi, komunikasi atau perintah dari seorang Presiden terlebih dahulu untuk memutuskannya. Tetapi kan sayang Anda tidak melakukan itu.
Memang secara hukum kemanapun dibawa Saudara akan tetap menang, karena terlalu banyak celah hukum yang bisa dipermainkan apalagi oleh saudara sendiri yang bisa berkelit bak belut dilumpur kelam.
Cuma kan Anda tidak mau sedikitpun mengakui ada celah kelemahan dan kekurangan yang ada pada tindakan Saudara pada permasalahan itu, Anda seolah olah selalu berada pada jalur yang Benar.
Aspek ETIKA PEMERINTAHAN dan ETIKA BIROKRASI Anda labrak begitu saja, Aspek Kepedihan Hati Nurani Rakyat Jelata tidak anda ajak untuk berkomunikasi. Dan nyatanya Aspek ini tidak pernah anda bahas dan tanggapi, anda hanya tetap bersikukuh kepada hukum yang kaku itu saja.
Jadi ini hanya tetap berpulang kepada HATI NURANI ANDA SENDIRI saja, saya kira komentar ini telah terlalu banyak dikomentari oleh para penggemar Blog Anda.
Cuma anda tetap pada KEANGKUHAN dan KEAROGANAN, Tidak mau mengakui secara jujur, jantan bahwa ada titik kekhilafan, kekurangan, kelalaian, atau kesengajaan Saudara. Belum ada tersirat anda mengakui bahwa anda termasuk hanya seorang hambanya yang tidak terlepas dari kelemahan “Tidak Ada Manusia yang Sempurna,” makanya saya katakan bertanggungjawablah pada realitas.
Masalah Anda kenal atau tidak dengan Tomy, anda pernah berkomunikasi atau tidak dengan Tomy itu nggak penting bagi saya, itu konsumsi dan ranah anda sendiri, tetapi anda jangan lupa dalam kapasitas jabatan anda sering masuk kerumah Orangtuanya Tomy Soeharto, apakah lewat pintu resmi ataupun loncat pagar.
Jebee,
Hanya bagian paragraf terakhir anda (yang saya edit jadi cetak miring) yang perlu saya tanggapi. Pertama kali saya datang ke rumah Presiden Soeharto tanggal 16 Mei 1998 dini hari pk. 1.30. Ada serombongan tentara mengetuk rumah saya di Ciputat dan mengatakan bahwa Presiden memanggil Bapak sekarang juga. Kedua, saya datang tanggal 20 Mei sampai pagi hari 21 Mei 1998 atas perintah Saadillah Mursyid, Mensesneg waktu itu. Selama Presiden Soeharto menjadi Presiden, hanya itulah saya datang ke rumah beliau di Jalan Cendana. Setiap orang datang ke rumah Presiden, selalu direkord oleh ajudan atau Paspempres. Saya tak ingin apa yang anda katakan itu menjadi fitnah, kecuali anda dapat membuktikan sebaliknya. Saya mohon maaf mengemukakan semua ini agar tidak menimbulkan salah paham yang luas di masyarakat. Saya dituntut untuk mengemukakan sesuatu secara jujur, dan karena itu saya memenuhinya. Namun saya mohon pula, agar anda juga mengemukakan sesuatu dengan kejujuran, bukan dengan rekaan belaka. Dengan demikian, semuanya akan menjadi adil dan berimbang. (YIM)
# 10 Yth. Pak Yusril
BENAR.. Pidato itu dibacakan oleh Presidern Soeharto Bulan Agustus Tahun 1997 saat pengukuhan Pamong Praja Muda di Jatinangor – Jawa Barat, MAAF atas kekeliruan saya dan terima kasih atas ingatan Saudara.
Pak, ini membikin saya mengerinyit dahi lagi, dahulu dalam sebuah wawancara oleh sebuah media cetak, Anda mengatakan bahwa pidato itu anda yang membuat dan sengaja membuatnya untuk introspeksi bagi Pak Harto sendiri, mungkin kepada kawan yang dari media massa bisa kembali menemukan kliping komentar/wawancara Pak Yusril ini.
“Sebagaimana saran anda, saya sendiri, tentu akan selalu merenungkan setiap peristiwa yang terjadi, apalagi saya terlibat di dalamnya. Dari perenungan itu saya akan banyak belajar dan memetik hikmah. Apa yang baik, akan diteruskan. Apa yang salah, tentu harus diperbaiki dan ditinggalkan. Sebagai bangsa, kita tentu harus belajar dari pengalaman-pengalaman masa lalu, agar ke depan kita dapat bertindak lebih baik lagi.”
Saya sangat tersentuh dengan paragraph kedua tanggapan Saudara ini, sebenarnya hal ini yang saya tunggu keluar dari celah celah tangan saudara saat mengutak ngatik laptop atau komputer, yang tentunya diiring dengan derak ketulusan , keikhlasan dan kejujuran hati nurani.
Semoga itu tidak hanya dalam catatan dan ucapan Saudara saja, semoga juga tercermin dalam tindakan, perilaku dan terutama sekali dalam keberadaan Saudara jika nantinya kembali mendapat Anugerah, Hidayah dan Amanah untuk mengelola bangsa dan Rakyat Indonesia ini.
TERIMA KASIH…
Yusril said:
Secara pribadi saya tak mengenal Tomy Suharto. Berjumpa dengannya atau berbicara dengannya langsung maupun menggunakan alat komunikasi seumur hidup juga belum pernah. Demikian penjelasan saya. Terima kasih saya ucapkan. (YIM)
=> Ah really? Are you sure? Ah masa cih pakkkk? Hard to believe man :P *ngacirrr
Itulah fakta yang sesungguhnya terjadi. Percaya atau tidak itu masalah lain. Percaya tentang sesuatu kadangkala tidak memerlukan pembuktian impiris. Sebuah bukti empirispun bisa saja tidak dipercayai. Dunia percaya adalah dunia tersendiri. Terima kasih. (YIM)
saya sudah membaca komentar dari #6 s/d #13. Terima kasih untuk jebee atas tanggapan komentarnya pada saya. Artinya, anda mengerti maksud komentar saya pada anda. Memang saya tidak terlibat aktif dalam masalah masalah poitik, pemerintahan dan tokoh tokoh pemerintahan. Kalau diikuti terus komentar tentang kasus kasus seperti yg jebee soroti dalam blog ini, memang saya buta sama sekali. Yang jelas ada etiket yg baik dari pak Yusril untuk menulis blog ini supaya orang tahu latar belakang pak Yusril. Tidak hanya menjudge saja. Contohnya, semua orang tak percaya bahwa pak Yusril tidak pernah bertemu dengan Tommy. Nah, percayakah orang kalau Yusril kecil , tidak punya alas kaki ke sekolah walaupun orang tuanya seorang tokoh masyarakat saat itu? Percayakah orang kalau Yusril kecil harus makan cabai tumbuk dengan garam serta ikan , tanpa nasi ? Itulah , kadang walaupun fakta atau pengalaman seseorang yg diungkapkan drngan benar, kadang orang tidak percaya. Kita lebih cenderung judgemental , sebab kita telah memvonis seseorang tanpa mau menelaah latar belakang dst. Saya kesannya memeang lugu dalam hal percaturan masalah yg ada di Indo yg melibatkan pak yusril seperti yg dikritisi oleh jebee. Yg jelas , yusril itu orang yg tahu kesusahan orang lain, hidup sederhana, kerja keras, kreatif untuk yg positif ( masih kecil sudah bisa bantu keluarga dapat ikan dengan bantu nelayan ), tidak ada pikiran macam macam untuk gunakan jabatannya ( jadi dosen , gampang saja ia rayu mahasiswinya , kalau ia mau gunakan jabatanya ). Jadi menurut pendapat saya pak yusril itu punya landasan moral yg kuat. Ia akan berpikir dulu sebelum bertindak. Memang harapan saya, suatu saat pak Yusril bisa menulis sebuah buku tentang semua apa yg pernah pak yusril alami. paling tidak , dari tulisan memoir masa kecil ini, saya juga belajar dari pak yusril bahwa memang orang miskin itu tidak berdaya. Satu satunya untuk mengubah nasib mereka , lewat pendidikan. Itulah harapan saya semoga di masa depan pak yusril bisa meyumbangkan kemampuannya untuk mengangkat bangsa ini dari kemiskinan lewat pendidikan. Lebih baik , konsentrasikan waktu untuk yg positif bagi bangsa ini, daripada mencari kesalahan kesalahan yg tanpa landasan yg kuat. saya hanyalah orang yg lugu dalam politik, tapi tidak prejudice pada seseorang. terima kasih. salam buat jebee dan Pak Yusril.
salam’alaykum.
saya merasa perlu menyampaikan pendapat. sejujurnya ada banyak hal yang disampaikan jebee yang berkesesuaian dengan apa yang saya ingini. jadi dengan komen ini, semoga menjadi tambahan pertimbangan dari Prof. supaya segera memulai penulisan mengulas permasalahan kontemporer berbangsa. mengenai minyak tanah yang semakin langka, mengenai kejahatan negara kepada rakyatnya, realisasi anggaran pendidkan yang tak kunjung terpenuhi. dan segala sesuatunya yang membuat kami yang sedang susah setidaknya merasa memiliki bumper yang kuat.
saya cukup intens mengkases situs pak Yusril adalah untuk diceritakan kembali di rumah karena istri saya nge-fans pada pimpinan bulan bintang ini. di kampung, banyak dari anggota keluarga istri yang jadi pengurus pbb. itu sebagai tambahan alasan bagi saya, mendapatkan bahan omongan untuk berakrab-ria dengan sanak di kampung. saya pribadi lebih berharap membaca hal yang lain.
Terimakasih, kami (saya dan jebee dan mungkin ada beberapa yang lain) menantikan tulisan dan pendapat Prof. Namun tentu saja ada cukup banyak juga yang menyukai topik semula. istri saya sendiri dan aini t.viera misalnya. Kalau tidak memberatkan saya usul supaya dibuatkan semacam tag-banner menuju tema(-tema) tulisan. satu untuk yang lebih kepada kesukaan aini, satunya lagi mengulas permasalahan berbangsa (untuk jebee), dan beberapa sub atau tema yang lainnya. Salam.
Jabee la bosan, aku ndak……………………..
Jabee nak mintak ditanggapi, aku ndak………..
Namun meski begitu, saya pun setuju bila Pak Yusril dapat membagi bagikan ilmu bapak ke kita-kita. Saya perjelas lagi, ilmunya pak, tentunya, saya juga tetap menantikan kehadiran lanjutan cerita bapak ini, insyaAllah, ndak bosanin kok pak. Hanya saja, saya pun juga memerlukan banyak hal yang berkaitan dengan hukum dan politik, apakah itu secara umum atau global maupun lebih terperinci. Baik keindonesiaan, maupun internasional secara umum. Maksud saya, saya sama sekali bukan berharap nantinya tulisan bapak dapat dikopi paste orang orang seperti saya, hanya saja, Saya sebagai seorang pelajar tentunya dapat merasakan manfaatnya meskipun bapak tidak menulis hukum dan politik secara keilmuan bukanlah tema yang dapat menarik perhatian orang banyak. Namun tidak segala sesuatu yang bermanfaat itu dapat dinikmati banyak orang kan pak. Sebagaimana saya adalah seorang yang menikmati riwayat hidup bapak dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ass…Wr.Wb…
Hallo, Bang Yusril Ihza Mahendra…
Saya tak akan menampik akan adanya perdebatan Anda dengan si Jebee, atau yang lain di ruang Anda ini (Blog). Tapi, kesan saya sepertinya akan “bias” kalau Anda terus-terusan mengomentari satu orang saja seperti si Jebee itu. Jadi, saya berharaf akhiri saja!!! Kan, kata pepatah lama “Biarkan Anjing menggong-gong, asal tak menggigit. Eh, maksud saya… Asalkan Kafillah tetap berlalu”…
Saya sebagai penikmat tulisan Anda, jadi terganggu juga atas ulah si Jebee itu.
Teruskan, menulis “Kisah Abang”…
Hormat Saya: Iwan Asnawi, Swiss…
@jebee:
Anda lagi pms ya? hahahahah…. Just kidding.
Angkat topi untuk Anda, Pak/Bu Jebee. Salut!
Saya menunggu lanjutannya dengan senyum lebar!
Tapi berbeda dengan Anda, saya masih cukup menikmati serial KKMK, walaupun saya membacanya hanya pada saat-saat yang sangat sangat luang saja.
Oh ya Pak/Bu Jebee, soal ‘etika pemerintahan’ yang anda sebut-sebut, ini menggelitik saya:
Etika? etikanya siapa? siapa yang memformulasikannya? siapa yang menyepakatinya? siapa yang mengharuskannya? :)
Sepanjang yang saya tahu (dan saya harap saya salah karena kurangnya pengalaman saya), kata ‘etika’ hanya dipakai oleh orang yang merasa lebih mulia secara moral untuk memaksakan pendapatnya kepada orang lain yang dianggapnya rendah secara moral.
#11 Yth. Pak Yusril
Oyalah Pak… berapa kali Bapak mau datang kerumahnya Pak Harto di Jl.Cendana, menurut saya itu hal lumrah saja kok, WAJAR apalagi memang Bapak dulu termasuk salah seorang tim konseptor pidatonyo Presiden RI. Saya mengatakan bahwa bapak sering datang kerumahnya Pak Harto apakah lewat pintu resmi atau loncat pagar, informasi itu saya peroleh juga dari cerita Bapak kok di media massa, yang begitu antusias dan bangganya Bapak menceritakan saat saat genting menjelang Pak Harto akan lengser keprabon itu.
Kalau Bapak mempraduga kata saya itu menjurus ke arah Fitnah, SAYA MOHON MAAF, tetapi dari lubuk hati saya tidak ada berpikiran demikian. Justru saya jadi bertanya tanya sendiri, mengapa Bapak harus kebakaran jenggot dan mengatakan akan menjadi fitnah segala jika harus datang kerumahnya Pak Harto. Menurut saya yaa Wajar dan kewajiban Bapak kalau dipanggil atasan untuk datang kerumahnya untuk diskusi dan saling sharing pemikiran. Sekiranya Bapak datang tidak dengan dipanggil atau inisiatif sendiri, menurut saya juga tidak ada masalah kok, itukan juga sebuah bentuk jalinan tali silaturahmi sebagai sesama Hamba-Nya.
Bapak bilang Bapak hanya datang kerumahnya Pak Harto hanya dua kali itu saja selama Beliau menjabat Presiden, walaupun setelah Beliau tidak menjabat Presiden lagi, Bapak mau datang atau tidak kerumahnya Pak Harto menurut saya juga tidak ada masalah.
Walaupun hanya dua kali itu Bapak datang kerumahnya Pak Harto, tetapi Bapak jangan emoh/sungkan/risih lagi kalau dikatakan bahwa Bapak pernah ikut, bekerja, dididik, dibina dan masuk kedalam lingkungan pekerjaan kenegaraan yang dipimpin oleh Pak Harto.
Yang jadi pertanyaan, mengapa Bapak harus sewot jika disinggung dengan nama Pak Harto. Apakah dengan adanya embel Pak Harto ini akan mendegradasi integritas Bapak ?? menurut saya picik dan kecil sekali jiwa kita kalau takut dikaitkan demikian….
Menurut saya bagaimanapun Bapak tidak bisa lepas dari aroma Orde Baru, dan bukan hanya Bapak semua kita warga Indonesia harus menerima realitas pernah melewati nuansa orde baru, orde baru itu ada plus dan minusnya, sekarang tergantung pada pribadi kita masing masing, apakah ada aroma minusnya atau plus, atau ada minus dan plusnya. Jadi mengapa harus ragu, gamang atau takut ada embel embel Pak Hartonya…. Kalau kita memang memiliki integritas, kapasitas dan kapabilitas, tidak pernah KKN… yaa santai sajalah….. WAKTU AKAN BERBICARA DAN ALLAH SWT TIDAK AKAN MENYIA-NYIAKAN UMMATNYA YANG JUJUR DAN APA ADANYA.
Jika saya ikut ikutan menyoroti kasus Bapak pada masalah Motorbike dan Bank Paribas ini yang mana juga ada embel embel Tomy Soehartonya, saya menyoroti bukan ke Tomy atau Pribadi Bapak, tetapi lebih kepada substansi dan suasana yang menyelimuti permasalahan itu dan dalam kapasitas Bapak dalam jabatan Bapak di negara ini.
Sementara itu dulu Pak….
menarik euy perdebatannya :)
mohon ijin urun rembug.
jelas saya sangat ingin membaca tulisan bang yusril tentang kemaslahatan bangsa. simple buat saya. Bang yusril bukan hanya seorang pengamat, tapi juga pelaku. akan sangat menarik buat saya untuk belajar dari perspektif bang yusril.
seorang YIM menulis cerita masa lalunya? Buat saya tetap menarik walaupun saya akhirnya tidak bisa membaca tuntas karena panjangnya cerita dan keterbatasan waktu. Toh, saya tetap mendapatkan banyak hikmah dari tulisan bang yusril.
buat saya dinamika ini menarik. sulit terjadi di dunia nyata. terkadang saya melihat di dunia maya aslinya seseorang lebih terlihat, karena tersembunyi dari banyak hal. apapun dan siapapun yang menulis, pasti akan ada yang suka dan tidak suka. akan ada yang optimis dan pesimis. buat saya, saya cuma ingin yang positif saja. Lelah rasanya hidup dalam segala kenegatifan tentang hidup. mending berfikir positif, mencoba berbuat yang lebih baik.
dibilang fans saya sih bukan. tapi yang jelas saya kagum terhadap bang yusril untuk alasan sederhana : tidak banyak orang penting yang mau menyisihkan waktunya untuk ngeblog :). at least ada perspektif lain yang saya dapatkan.
salah seorang guru saya bilang “what you think is who you are”. silahkan dimaknai sendiri-sendiri. toh semua cuma perspektif :)
saya toh tidak lebih baik dari siapapun di forum ini. cuma penikmat yang tengah belajar dan ingin lebih baik. so, mari sama-sama berkaca.
buat bang yusril, saya termasuk orang yang menunggu tulisan-tulisan bang yusril dalam wacana kebangsaan. saya yakin banyak yang seperti itu, disini. semoga bang yusril punya waktu untuk berbagi ilmu.
salam,
oh ya.
btw, saya yakin bang yusril paham bahwa ini resiko sebagai orang yang diharapkan dan public figure. lagi-lagi inget pesen guru saya, “besar kecil kekecewaan adalah representative dari besar kecilnya kecintaan”. so, ini impact pengharapan kayaknya bang. saya sih percaya mas/mba jebee seperti itu hehehhe.. sama halnya dengan semua orang yang menyisihkan waktunya untuk membaca blog ini :)
salam kenal untuk semua
Salam Merdeka kawan semua …
MOHON MAAF kepada para saudara sidang blogger, pembaca, penikmat, pengomentar BLOG PAK YUSRIL yang saya muliakan.
Mungkin komentar saya sangat mempengaruhi kekhusukan dan kenikmatan kita dalam membaca, memaknai, menghayati, mengambil hikmah dan pelajaran dari postingan cerita KKMK ini.
Iya seeh, tanpa saya sadari pernyataan saya yang mengatakan… “Terus terang Bosan juga akhirnya baca Blog ini…” itu muncul secara otomatis saja, karena apa, saya mungkin juga kawan kawan lainnya selalu menantikan adanya pencerahan pemikiran dari Pak Yusril..tentang kehidupan berbangsa dan bernegara ..(saya terus terang jika buka laptop pasti yang saya buka pertama kali adalah BLOG PAK YUSRIL ini), karena kita lihat hampir setiap hari kelucuan, kecurangan, kegaduhan hukum, politik, sosial, ekonomi dsb menghisasi wajah bangsa kita. Mengapa saya begitu ngoyo mengarahkan Pak Yusril untuk mengeluakan pemikirannya kearah sana, karena kita tahu bersama Beliau merupakan salah satu tokoh yang kita pandang bisa ikut bersama sama memberikan solusi yang konstruktif bagi ranah nusantara ini. Apalagi diawal kata Beliau suadah memberikan sinyal untuk terbuka dan berdiskusi kepada kita bersama tentang masalah berbangsa dan bernegara ini.
Kita tentunya juga mengerti beliau tentunya tidaklah bisa begitu saja membuat postingan yang apa adanya dan asal sorot saja, apalagi beliau kita lihat cukup hati hati, harus ada referensi yang akurat untuk membuat sebuah postingan. Kita tentunya tidaklah menuntut untuk seperfect itu, tapi minimal adalah semacam artikel pendek atau opini ringan tentang problematika bangsa yang saban detik berlinang air mata ini, sebagai setetas obat penglipur lara bagi kita bersama untuk memahami gejolak bangsa yang terus bergelora. Membuat pidato Presiden saja bisa kok dalam beberapa jam….
Sebenarnya saya TIDAKLAH BOSAN membaca dan mengikuti cerita KKMK ini, terus terang banyak pelajaran, kenangan, hikmah yang dapat kita ambil bersama. Saya juga menitikkan air mata membaca kisah dan pengalaman itu, sepertinya kehidupan saya juga tak jauh seperti itu, tentu dalam dinamika yang berbeda, tetapi inti tentang kemiskinan, kemelaratan, kesenjangan itu hampirlah sama.
Jadi mengapa saya mengatakan BOSAN ? saya sangat sependapat sekali dengan komentar Mas COKK yang menurut saya itulah sebenarnya yang saya maksud dan saya harapkan, saya kira itu pendapat dan solusi yang baik, cuma saja saya tidak bisa menyusun kata seindah dan seramah Mas Cokk itu, kemudian pendapat Mas EDO juga sangat negerawanan memang itu sebenarnya ada dalam benak saya, ‘SEMUA INI ADALAH IMPACT PENGHARAPAN” saya atau kita semua yang besar akan tatapan kebesaran dan kemegahan peradaban ranah Indonesia untuk maju, bermartabat, bermaslahat, berbudaya dan masyarakatnya dapat hidup layak dan sejahtera.
Untuk Mas Bonar… Insya Allah mengenai Etika Pemerintahan dan Etika Birokrasi itu akan saya coba nanti mencarikan referensinya… tapi kayaknya Pak Yusril lebih matang dan akurat itu untuk kita mintakan bersama pencerahan dari Beliau, karena dalam Pidato Presiden saja cukup banyak ditemukan kata kata Etika Pemerintahan.
MOHON MAAF kalau mengganggu
SALAM PERSAUDARAAN….
Assalamu’alaikum. wr wb.
Bang Yusril,
Teruslah bercerita terus. Saya menikmati tuturan abang yang sangat rinci dan menarik. Betapa abang sangat pandai bertutur-kata, mewarisi kepandaian orang-orang Melayu terdahulu. Betul lah bangsa Melayu adalah bangsa pujangga.
Jauh dirantau, saya sedikit terobati dengan kisah-kisah khas kampung. Jauh menyuruk ingatan saya ke laman masa kanak-kanak dulu. Teruskan kisah-kisah abang, semoga suatu kelak dibukukan dan diterbitkan.
Kosakata cucuk, menyucuk ikan dengan rotan atau akar, sangat khas sekali. Juga pekerjaan yang dulu saya lakukan bila mendapat ikan hasil pancingan.
Salam saya dari negeri seribu menara!
Wassalam
Untuk Bung Jebee :
kenapa anda ngricuh di “rumah” orang?
bikin blog sendiri aja kenapa?
apa anda berharaap dengan tulisan itu anda jadi pahlawan?
atau jangan jangan anda cuma suruhan/ kaki tangan dari saingan pak yusril?
Perkara Pak Yusril bikin blog otobiografinya adalah masalah pribadi, jangan di setir ke arah politis.
Dalam hal ini andalah yang mengganggu privasi seseorang.
jangan setiap kata2 dari seorang mantan politikus disangkutkan dengan politik dan kewajiban ataupun kesalahan yang pernah dibuat.
Last question
apakah anda seorang malaikat? ataou seorang yg berwenang menghakimi seseorang?
heran habis demokrasi di reformasi, semua org pengen jadi raja kayak bung Jebee ini.
Untuk Administrator mohon postingan di review dulu sesuai apa ngga sebelum diposting. ini sudah wajar untuk menghindari perusuh2
maklum abis reformasi, banyak bonek2 yang merasa pahlawan bangsa, malah jadi provokator bikin ricuh aja.
kalo menurut Bung Sophan Sophiaan, kayak monyet lepas dr kandang, lompat ke kiri – lompat ke kanan
mohon maap kalo ada yg tersinggung
Pak Hartono,
Terima kasih atas komentar anda. Saya pribadi berpendapat, biarkanlah seseorang menyampaikan pendapatnya secara terbuka di blog ini. Saya menghargai semua pendapat. Seperti telah saya kemukakan di awal munculnya blog ini, saya ingin belajar, bertukar informasi dan bertukar pikiran atas dasar saling hormat-menghormati pandangan masing-masing, secara simpatik. Walaupun saya tak bermaksud menggurui, namun tetaplah saya berharap, kita tetap menghargai sopan santun dan tutur bahasa yang baik. Dengan cara itu, Insya Allah, kita dapat bertukar pikiran secara jernih dan jauh dari purbasangka. Semoga Allah Ta’ala akan membimbing kita semua ke arah kebijaksanaan dan kebajikan. (YIM)
Ass…Wr.Wb…
Hallo, lagi… Bang Yusril Ihza Mahendra…
Ketok pintu lagi nih Bang di Blog Anda, mau ikutan, “say hello pada Hartono”… Saya mendukung pendapat si Hartono… “Hidup Hartono!!!”… Ehh, Hartono… Jebee itu kayaknya Emak-Emak deh… Abis, dipanggil Uni sih, sama Bang YIM… Membangun Opini jangan disini dong Uni Jebee!!!
Mudah-mudahan Anda bijaksana Bang YIM?!…
Hormat Saya: Iwan Asnawi, Swiss…
Yusril said:
Secara pribadi saya tak mengenal Tomy Suharto. Berjumpa dengannya atau berbicara dengannya langsung maupun menggunakan alat komunikasi seumur hidup juga belum pernah. Demikian penjelasan saya. Terima kasih saya ucapkan. (YIM)
=> Ah really? Are you sure? Ah masa cih pakkkk? Hard to believe man :P *ngacirrr
Itulah fakta yang sesungguhnya terjadi. Percaya atau tidak itu masalah lain. Percaya tentang sesuatu kadangkala tidak memerlukan pembuktian impiris. Sebuah bukti empirispun bisa saja tidak dipercayai. Dunia percaya adalah dunia tersendiri. Terima kasih. (YIM)
=> Ok Pak. Saya apresiasi pernyataan anda diatas bahwa Anda menyatakan Bahwa FAKTA yang sesungguhnya terjadi adalah “Secara pribadi saya tak mengenal Tomy Suharto. Berjumpa dengannya atau berbicara dengannya langsung maupun menggunakan alat komunikasi seumur hidup juga belum pernah. Demikian penjelasan saya. Terima kasih saya ucapkan. (YIM)”. Namun apabila dikemudian hari kemudian kenyataannya tidak demikian, INTEGRITAS anda benar-benar sesuatu yang dipertanyakan.
Semoga saja tidak terjadi demikian. Karena saya ga mau suuzzon sama orang. Dan Good luck with your new endeavors!
Just keep in mind, kalo masyarakat adalah kontrol sosial nomor 1. Remember who you came from.
Best regards,
Adinoto a.k.a Aa Nata.
Pak Adinoto,
Terima kasih saya ucapkan atas pandangannya. Saya menyadari konsekuensi dari apa yang saya tuliskan. Kalau hati tak yakin, saya takkan mengatakannya. Seperti kata orang Melayu: Apakah lagi yang dapat dijadikan pegangan orang lain, selain kata-kata kita? Kalau kata-kata sudah tak dapat lagi dipercaya, maka segala marwah dan martabat akan sirna. Kehidupan sesungguhnya telah kehilangan akan makna. Saya menyadari semua ini dengan sepenuh keyakinan. (YIM)
bung jebee. kita juga pgn tau dunk siapa anda.
apakah jebee ini nama orang atau LSM atau yayasan atau apa?
bikin blog sendiri aja. gratis kok.
atau mungkin blum punya blog tapi ada FS account mungkin. hehe.
lucu aja ngeliatnya kalo debatnya jadi seperti Pak Yusril vs Anonymous.
Pak Yusril sudah cukup down to earth mau bikin blog dan menjawabnya sendiri.
Jarang banget politisi seperti ini.
Buat Pak Yusril, selamat menuangkan pikiran :)
Siap2 bakal banyak komentar di blog ini.
membaca tanya jawab antara jebee dan bang yusril….inilah contoh diskusi yang mungkin tidak dikehendaki oleh sebagian politikus kita. bagaimanapun, blog adalah sarana interaktif, tak setuju langsung disanggah. Tak semua orang tahan menghadapi komentar pedas.
mungkin karena kita tidak terbiasa untuk adu argumentasi di sekolah karena metoda pendidikan di Indonesia umumnya menganggap murid yang baik adalah murid yang patuh dan menerima apapun dari gurunya.
Tapi bagi pemimpin yang ingin mendapatkan informasi seluas2nya dari masyarakat, blog bisa dijadikan salah satu cara untuk berinteraksi dengan masyarakat. Jika dahulu umar bin khattab harus berjalan di malam hari untuk mengetahui kehidupan rakyatnya, maka kemajuan teknologi memungkinkan informasi diperoleh 24 jam sehari darilapangan, tinggal dipilah mana yang benar, mana yang tidak.
#to mas/mba jubee : saya bukan negarawan. cuma blogger dan pekerja biasa. saya hanya belajar untuk menghormati siapa saja. karena dengan begitulah kita dihormati. saya juga tidak tertarik untuk berapatis, baik kepada sampeyan atau bang Yusril. event saya tidak setuju dengan cara menyampaikan sampeyan, saya sama kacaunya kalau jgua membalas dengan “memaki-maki”. Saya hanya ingin mencoba melihat bahwa semuanya berangkat dari itikad baik. walau kadang, cara menyampaikan berpengaruh terhadap cara orang menangkap.
saya hanya ingin kembali ke esensi.
mari kita tunggu dan nikmati pandangan, perspektif, entah apapun itu. saya yakin hanya masalah waktu, bang yusril menurunkan tulisan-tulisan yang tidak hanya bercerita tentang kehidupan beliau, tapi tentang kondisi berbangsa dan bernegara.
duh, serius bangedh dah yak.. huehiuehiueuie… adeeem ademmm.. lagi musim ujan nih :p
*balik nyeruput kopi, bakar rokok, nunggu tulisan bang yusril berikutnya…
wah, setelah membaca komentar-komentar s/d #30 ini , saya mendapat kesan isi dari blog tentang KKMK pak Yusril membelok ke arah tentang jebee. Para komentarpun curious ” Who is jebee? seorang wanitakah? pria? LSM? Yayasan? Yang jelas si jebee ini menjadi pusat perhatian para komentar di blog ini. Kesan saya jebee adalah seseorang yg ingin suatu challenge , tahu banyak tentang politik, hukum, ekonomi, berbangsa dan bernegara. Beliau akan bahagia sekali kalau semua tuntutan pertanyaan dari pak Yusril dijawab dengan memuaskan dirinya seperti yg beliau harapkan . Untuk itu , bagaimana pak Yusril , ini ada sedikit saran dari saya kalau pak Yusril ajak saja tantangan tsb dengan membuka suatu forum diskusi untuk publik. Siapa yg mau hadir silahkan, yg jelas jangan sampai jebee tidak hadir. Biarkan jebee lontarkan pertanyaan pertanyaan pada anda. Tapi kan pak Yusril pasti lebih tahu mana petanyaan yg memang pantas dijawab, mana pertayaan yg hanya memancing, dst., sesuai kapasitas pak Yusril dalam menjawab pertanyaan itu. saya tidak punya praduga sedikitpun mengapa pak Yusril menulis KKMK nya di blog ini, seperti jebee katakan bahwa ini adalah suatu cara untuk membelokkan perhatian masyarakat dari suatu kasus. Itulah kehebatannya si jebee, sampai sampai beliau lebih tahu isi pikiran pak Yusril. Walaupun pak Yusril sudah meluangkan waktunya untuk menulis yg benar, enak dibaca, bahasa yg mudah dimengerti, runtut isinya , masih dicurigai niat baiknya pak Yusril. Seperti komentar Resti di atas bahwa blog adalah suatu forum untuk diskusi, interaksi di zaman teknologi ini. Tapi untuk tuntutan pertanyaan dari jebee dijawab dalam blog ini , menurut saya adalah kurang efektif. Mengapa? wong , kita tidak tahu latar belakang si jebee. Setiap tuduhan ataupun kritik pada seseorang haruslah didasari fakta dan tanggung jawab. Jangan seperti melempar batu sembunyi tangan. Kapan jebee mau ketemu pak Yusril untuk berdiskusinya ? Kita tunggu lho, sebab kita kita ini ingin belajar juga dari jebee. Sorry jebee , ini sedikit uneg uneg saja. Salam buat pak yusril, saya tetap menanti sambungan KKMK dari pak yusril. kalau si jebee sudah bosan, harap jangan baca. Salamku untuk jebee juga. Terima kasih.
Sdr. Aini T. Vierra,
Terima kasih juga atas saran-sarannya. Insya Allah, jika ada acara diskusi politik, saya akan mengundang — atau meminta panitia mengundang — Jebee, anda atau siapa saja yang berminat. Kita dapat bertemu muka dan berdiskusi secara langsung. Dengan diskusi seperti itu, Insya Allah kita semua akan mendapat pencerahan. (YIM).
yap, pendidikan kita memang ga begitu, tp menyinggung guru-yang (mungkin) hari sebelumnya terlihat di rumah makan dgn seorang pria, di depan kelas, adalah tdk sopan.
it just doesn’t fit
dan kalo ngajak debat di forum diskusi politik aja, jgn di blog yang notabene buku harian org.
gimana kl saya kasih komentar/ corat coret di buku harian mu? toh hak setiap org untuk menyampaikan pendapat kan?
ya memang, tp menurut saya tidak pada tempatnya
sekian
terima kasih untuk tanggapan Pak Yusril saya jadi tersanjung dan kagum pada Bapak
untuk yg kasih komentar saya, hello juga, wah saya jadi punya penggemar (narcis-mode on) heheheh
assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam kenal bagi blogger http://www.Yusrilihzamen.com
khusus buat uni jebee, maaf, anda muslim? kalau anda seorang muslim hendaklah anda membang teguh prinsip “tabayun” dalam berkomunikasi. tau kah anda uni jebee tabayun?….
untuk bang yusril, saya menunggu tulisan-tulisan anda mengenai konsep-konsep hukum islam dan pemecahannya bagi indonesia ini.
Ass…Wr.Wb…
Yth: Bang YIM…
Waaahhh…, bertambah seru!!!… Komentar tentang si Jebee!!! Sampai mau diangkat ke Thema “Diskusi Politik” segala oleh Sdr. Aini T Vierra, dan di-Amien-kan pula oleh Bang YIM.
Tapi, menurut saya masih terlalu dini Bang YIM. Atau mungkin lebih tepatnya, terlalu “emosional” kalau komentar (si Jebee) yang saya anggap “sambil berlalu” ini untuk ditanggapi begitu serius! Karena ini, tak akan membuat membuat Bang YIM bergerak kemana-mana, seperti jalan di tempat.
Saya kira, sudah jelas. Sejelas-jelasnya!!! Anda kan menulis “Kenang-Kenangan di Masa Kecil”, belumlah menyentuh pada substansi “Politik di Indonesia”, yang semua sudah maklum Anda pernah di dalamnya. Singkat kata, Anda pun belum bercerita tentang saat, “di SMP dan SMA”. Dan akhirnya, berkeputusan ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah Anda. Sampai akhirnya jadi Dosen dan Guru Besar (Professor), kemudian ke Partai Politik.
Nuansa, langkah demi langkah “step by step”… Ini perlu, paling tidak untuk saya, supaya alur “cerita” menjadi utuh. Tapi, kalau pun nanti Anda akan membuat “Forum” lain di luar Blog ini. Saya pun akan maklum, karena kapasitas Anda tidak hanya sebagai penulis “KKMK”. Hanya alangkah lebih terasa “pas”, kalau disini (Blog) hanya untuk komentator “KKMK” saja.
Saya, seorang yang juga menghargai “perbedaan”! Bagi saya perbedaan adalah warna-warni Dunia. Tapi, perbedaan kan harus juga pada Tempatnya, juga tepat Waktunya, dan Objeknya. Kalau nanti semua, disama ratakan?! Waaahhh, jadi kacau juga Negara Bang!!!
Namun, kalau nanti Abang pun bersikeras membuat “Diskusi Politik”… Sekali lagi, saya menjadi maklum.
Hormat Saya, yang lebih muda:
Iwan Asnawi, Switzerland
Mohon ijin untuk ikutan berdiskusi,setelah mambaca tulisan2 Pak/Bu Jeebee kalau saya melihat itu adalah ungkapan atau luapan ketidak puasan terhadap pemimpin2 kita yang hanya memikirkan kekuasaan dan tidak memikirkan rakyat,jadi menurut saya itu tidak bermaksud menghina atau memfitnah Pak Yusril,dan kalau yg diungkapkan Bu/Pak Jeebee tidak benar ya Pak Yusril tinggal jawab saja bahwa hal itu tidak benar….
Nah inilah salah satu bentuk kelemahan bangsa kita selalu saja kalau ada yang mengkritik dianggap tidak suka,anti,dll dan ingat waktu mahasiswa th 1998 banyak yang diculik nah itu semua timbul dari fikiran yang anti kritik dan beda pendapat.
Mungkin itu dari saya,terima-kasih.
Dan Pak Yusril tdk perlu emosi inilah ujian bagi kedewasaan berpolitik dan berbeda pendapat,mohon maaf saya menasehati Pak Yusril bukan sok tau tp menurut saya inilah demokrasi…
Sdr. Usep,
Saya samasekali tidak emosi. Insya Allah saya tenang saja dan bahasa saya tetap sopan menghargai perbedaan pendapat (YIM)
menurut saya, tidak penting siapa jubee..
mari kita sama2 perhatikan pesan yang disampaikan. termasuk oleh siapa saja.
hehehhe piss
Ass. WW
Yth. Pak Yusril dan Kawan semua….
Saya sebenarnya sudah tidak ingin untuk mengganggu « rumah » Pak Yusril ini, saya berusaha “tabayun” seperti yang disarankan oleh Sdr Yasser, tapi yang namanya kecintaan dan kerinduan akan sebuah relung dialog untuk Indonesia yang sangat saya cintai dan saya puja ini, akhirnya tak sanggup juga saya menahan gejolak untuk ikut bersama-sama bertandang kerumahnya Pak Yusril ini demi dahaga untuk menimba ilmu dan pencerahan dari Pak Yusril dan kawan semua.
Saya akui kata kata saya sangatlah menusuk, menyakiti hati, menohon, tidak sopan, atau lebih kasar lagi « kurang ajar »… tentu semuanya yang bisa menilai kawan semua.
Saya ingat pada sebuah peristiwa yang saya alami sendiri, saat pertama kali saya tampil disebuah « forum resmi » yang diisi oleh orang orang yang berpengetahuan cukup tinggi dalam ukuran tingkatan akademis, saya dikritik habis, saya dicerca, dsbbb… tapi Alhamdulillah saya tidak terpancing saat itu, saya tidak marah/emosi sama sekali, dongkol dikit tentu ada…. Setelah pulang kerumah saya hanya menyalahi diri saya sendiri, saya renungi memang saya yang tidak menyiapkan diri untuk berbicara didepan forum dengan baik, memang ilmu saya sangat dangkal…. Akhirnya saya selalu belajar sedikit demi sedikit memperbaiki diri, membaca semampunya… MAAF kawan semua bukan saya mengangkuhkan diri di forum ini (semua hanya bentuk diskusi kita bersama, saling mengisi dan mengingatkan) akhirnya kawan yang mengkritik habis saya diawal forum itu.. pada forum forum selanjutnya dia malah minta MAAF kepada saya.. maafnya tentu saja bisa tidak dengan langsung mengatakan maaf, tapi dia datang kerumah saya dengan membawa keluarganya….
Kawan sedikitpun saya tidak dendam… apa yang saya peroleh setelah itu ? untuk ukuran saya sendiri, dengan adanya kritikan itu saya tertantang untuk berbuat lebih baik lagi.. akhirnya banyak hal lain positif dan bermanfaat baik moril maupun materil yang saya peroleh karena kritikan itu….
Sekarang tergantung kita bersama menyikapi kata kata saya yang pedas itu… (SAYA JUGA SELALU BELAJAR).
Kemudian sobat, kita memang sering dituntut untuk berkata dan bertutur dengan sopan santun… saya sangat setuju sekali itu… tapi bagi saya sendiri cakupan sopan santun itu sangatlah luas tidak hanya dalam tutur kata atau pada coretan tangan, bagi saya sopan santun itu tergantung melihat dari sisi mana, sebuah serba relatif, apalagi kalau ada diantara kawan yang menjadi publik figur, cara senyum atau gerak kepala kita saja bisa dinilai orang (walau kadang itu sudah bawaan kita sedari lahir), cara ucapan kita yang seperti mengejek/merendahkan orang lain bisa juga dinilai orang, kalau kita dalam organisasi, cara kita memimpin juga sebuah tindak sopan santun, cara kita menandatangani sebuah surat juga cermin sopan santun….. sekarang mari kita renungi lagi apakah kalau ada orang yang mengkritik sangat pedas itu tidak sopan santun ??
Saya beberapa hari ini agak ketagihan menonton berita kampanya menuju arena pemilihan Presiden di USA baik di televisi maupun di YouTube, Maaf lagi bukan maksud saya kebarat baratan, saya lihat, saya amati dan saya coba menelaah kata kata kampanye para kandidat itu (walau dalam bahasa Inggris saya yang terbatas) saya rasa diskusi kita, atau tunjuklah langsung komentar saya yang sangat « kasar » kepada Pak Yusril kiranya belumlah sepanas dan seterbuka para capres amerika itu dalam berdebat. Mereka bahkan sampai melabrak keareal pribadi para kandidat, Barack Obama saja dicerca dengan pengalaman sekolahnya di Indonesia, itu saja dia masih berusia sekitar 7 tahun, dicerca bahwa dia pernah menggunakan narkoba, dicerca dengan pengalamannya yang minim, tetapi memang celah korupsi untuk menyudutkannya tidak ada, dsb… begitu juga dengan para kandidat lainnya….. tapi karena Obama bisa meyakinkan dan menjawab dengan tangkas, tenang, penuh argumentasi, penuh bukti dan fakta, elegan, rendah hati dan simpatik, semua malah berbalik kepercayaa publik kepadanya… (saya kira ini bisa kita ambil hikmahnya).
Kemudian saya akui lagi, okelah kasar kata kata saya itu, sebenarnya itu ungkapan kejenuhan juga, di negara kita budaya feodalisme dan hipokrit masih begitu kental juga kayaknya, padahal Alm. Muchtar Lubis sudah menyoroti ini sejak tahun 80an yang lalu, mungkin bisa dibaca bukunya dengan judul Wajah Indonesia, dia disitu menyoroti sifat sifat bangsa Indonesia, salah satunya feodalistis itu, tapi sampai sekarang kok ndak hilang hilang yaa ? di negara kita sepertinya kata kata sopan hanya dituntut berlaku bagi kalangan jelata saja, kalau tidak agak kasar pula saya mengatakan « sebenarnya telinga para pemimpin kita yang meminta sopan santun itu sebenarnya sudah budek dengan kata kata sopan para rakyat, (tentu tidak semua pemimpin kita seperti itu), semoga tidak ada yang merasa.
Dan kadang walau ada pertanyaan yang dijawab oleh para punggawa kita itu, biasanya kebanyakan jawaban jawaban budaya Sang Patron saja, “yaa terima kasih saya ucapkan, yaa kita tampung usul dan sarannya, yaa nanti kita bicarakan, yaa kita usahakan, yaa… yaa.. yayya yaya… lingkaran biru kali.. hehe. Sedikit sekali jawaban yang kita peroleh dengan sebuah alur argumentasi dan pencerahan yang bisa kita ambil manfaatnya bersama.
Waduuhhh… kepanjangan lagi… kelamaan bertandangnya kerumah Pak Yusril. Habis rumahnya adem sih……….
Sekali lagi semua subjektif saya semata.
JEBEE
INDONESIA
Pak/Bu Jebee,sebaiknya supaya lebih fair pake nama asli saja jadi kesannya lebih JANTAN kan sampeyan juga menyuruh Pak yusril untuk LEBIH JANTAN mengakui bhw sudah ada kesalahan administrasi pd pengadaan AFIS.
Jadi sebelum menyuruh orang lain maka introspeksi diri sendiri dulu,menurut saya begitu…
Jangan samai menepuk air didulang terpencik muka sendiri ha ha ha……
Assamualaikum, pak Yusril..enak juga baca kenangan dimasa kecilnya, saya usul teruskan saja, hitung-hitung sebagai bahan autobiografi pak Yusril nantinya…selain masalah politik dimasa lalu dan masa berjalan. Pendapat pak Yusril bagus juga tidak akan menghalangi orang yang akan mengkritisi tulisannya. Itu bagus karena ada saling “balance” tidak satu pihak saja mengungkapkan temuan atau masalah yang didengar, dilihat, dibaca, sehingga suasananya menjadi hidup tidak monoton. Oh..ya pak Yusril di kisah Kenangan dimasa kecil ada cerita tentang cara mengambil kelapa di daerah Belitung Timur yang tidak menggunakan binatang beruk seperti di Malaysia dan di belitung tidak ada beruknya, memang beruk liar tidak ada di belitung tetapi beruk yang sudah dijinakan sudah ada di Tg. Pandan terutama di Air Saga orang yang mau memetik kelapa sudah banyak yang pakai binatang beruk. Teruslah menulis kisah dari kecil sampai sekarang, tetapi selingi juga dengan kisah dibidang politik selama ikut di pemerintahan, mudah2an dari tulisan tersebut pembaca blog ini dapat mengambil hikmah yang baiknya dan yang jeleknya dibuang. Terima kasih, wassalam.
Sdr. Farhan,
Terima kasih atas tanggapannya. Apa yang saya ceritakan tentang memetik kelapa adalah kisah di tahun 1964. Waktu itu belum ada beruk yang dijinakkan agar pandai memetik kelapa. Kalau sekarang di Air Saga sudah ada beruk demikian, syukurlah. Mudah-mudahan beruk itu tidak mengambil kesempatan kerja orang yang pekerjaannya menerima upahan memetik kelapa, seperti ketika saya masih kecil.
Insya Allah, saya akan menulis berbagai hal terkait dengan politik, hukum, sejarah dan kemanusiaan lainnya dalam blog ini, sehingga tidak didominasi oleh kisah di masa kecil saya. Salam hormat saya.
Assalamialiakum,
Salam kenal dari saya Pak Yusril, dan juga temen-temen blogger….
senang juga seh seorang seperti Pak Yusril masih menyempatkan waktu untuk nge-blog…ditengah kesibukannya. kalo saya yakin sekali Pak Yusril pasti akan membahas tentang masalah-masalah yang ada di sekitar kita kelak (bisa besok atau lusa..). Jadi kita boleh saja memberikan usulan kepada beliau tentang suatu permasalahan yg mungkin menarik untuk dibahas, namun tentu saja Pak Yusril juga punya kesibukan sehari-hari jadi tidak mungkin dong harus selalu posting tiap hari…Jadi buat temen-temen, senior blogger mungkin harus maklum…tidak perlu menjadikan apa yang sudah dijawab dengan tulus oleh Pak Yusril ga perlu diperdebat-kusirkan. Dan saya pikir Bung Yusril tidak terlihat seperti orang yang sedang kebakaran jenggot kok….jawabannya masih juga runut dan andap asor…mungkin kita dan saya sendiri juga perlu belajar menyampaikan pendapat seperti hal-nya disampaikan saudara Yusril contohkan…
wasalam
Ass. Pak Yusril…
terimakasih atas kisah kenangan di masa kecil VI, nama nama ikan seperti ikan mayong, gagok , sambal lingkung dan istilah “ngeracau” masih sangat akrab di telinga saya karena saya tumbuh dan berkembang di Pulau Bangka , tetangga Pulau Belitung. Terus terang, cerita ini menghibur dan menyegarkan pikiran saya.
Semoga ada lagi kisah kenangan masa kecil seri berikutnya.
Wassalam,
Sufyan , Sorowako Sulsel.
Ass..Wr..Wb..
Bang Yusril..
Saya salut dengan daya ingat ikam yg bisa segitu detailnya. ini baru orang lalang asli…saya tahu semua kisah ini benar adanya, karena saya pun pernah mengalami berpetualang ke hutan dan di pantai..tp tidak sehebat ikam..jadi gaok euy kenagan spt itu..kapan2 kite ngambat di pengempangan hayu..sape tahu dpt ikan buto cine.dan .ikam dapat salam dari Lupis (Sudirman) ikam dgn lupis pernah di teradasan kek Yakup ya.. gara2 teluk ikan tenggiri..he he he dan jg KKMK ini udah kuceritakan dgn kak nin..belau senyum2..he..jg salam dari belau Tue..sampai ketemu di pengempangan.
Terima Kasih..
Terima kasih banyak. Insya Allah akan saya lanjutkan lagi. Salam juga dengan Sudirman dan teman-teman lain. Saya tak pernah lupa dengan mereka.
Ass. Bung YIM…
Beruntung dan terimakasih saya dapat mengikuti semua KKMK ini, tapi saking asiknya membaca serial tsb, untuk sementara komentar2 saya abaikan dan begitu ada kesempatan baru saya mengikutinya, eh ternyata saya sudah ketinggalan jauh, komentar2 rekan blogger serta tanggapannya juga tak kalah menariknya serta juga menambah wawasan… terutama : jebee #3, dan edo #24 yang sudah diakui dengan # 25, menarik memang juga tanggapan Bung YIM serta blogger lainnya, harapan saya sih semoga Bung YIM mau melanjutkan kisah2 lainnya di masa smp, sma, pt dan pengalaman diseputar pemerintahan dan seluk beluknya yang tidak diketahui umum dan tentunya bukan merupakan rahasia negara. oke bung YIM kami tunggu dengan penuh harap…salam
#13.
” …….yang tentunya diiring dengan derak ketulusan , keikhlasan dan kejujuran hati nurani.
Semoga itu tidak hanya dalam catatan dan ucapan Saudara saja, semoga juga tercermin dalam tindakan, perilaku dan terutama sekali dalam keberadaan Saudara jika nantinya kembali mendapat Anugerah, Hidayah dan Amanah untuk mengelola bangsa dan Rakyat Indonesia ini”
Dari pernyataan Jebe diatas terlihat bahwa seakan-akan Jebe adalah manusia yang dapat mengungkapkan ketulusan, kejujuran hati nurani, namun dari beberapa posting yang disampaikan terlihat Miss Jebe tidak lain hanya sebagai seorang manusia yang tidak dapat di percaya (munafik), disatu sisi Miss Jebe menginginkan kejujuran dari pihak lain sedangkan Miss Jebe sendiri tidak jujur dalam berucap…..
Ketidak jujurannya terlihat dari pernyataannya yang menyatakan sebagai orang yang awam dalam politik dan pemerintahan tetapi Miss Jebe tahu sangat detail terhadap tindakan yang dilakukan oleh YIM.. hal ini berarti Jebe tidak lain merupakan seorang yang sangat paham dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh YIM sehingga Miss Jebe selalu justifikasi bahwa seluruh perbuatan YIM salah, minimal khilaf…
Salam, mulai enjoy menulis lagi pak. Mungkin, kisah remaja dan pemuda saat jatuh cinta perlu juga. Termasuk spirit studi di Jakarta. Salam. http://www.garduguru.blogspot.com
sorry mas ,apa sih yang d benak mas ketika melakukan apa yang tidak sesuai kenyataan
Ass. Om Yuzril,Terus terang saya salut dengan tulisan, ungkapan pikiran anda dalam bentuk tulisan yang secara jelas mengupas berbagai uneg-uneg yang ada pada diri anda. Tetapi ada beberapa hal; yang sampai sekarang aku tunggu-tunggu yang belum di beberkan dalam blog ini. Tulisan yang belum dibeberkan itu, adalah ulasan mengenai berbagai macam macam hal yang berhubungan dengan seni, baik itu berupa karya seni, tokoh seni maupun peningglan-peninggalan seni dari yang telah anda perankan dalam film Cheng Ho. Saya kira Cheng Ho pasti meninggalkan benda-benda seni di wilayah yang telah disinggahinya. Kiranya singkat saja apa yang aku tunggu-tunggu untuk penyegaran blog yang anda tulis. sekali lagi saya sal;ut dengan kesibukan yang ada anda masih bisa menulis blog dengan kualitas yang tidak diragukan. akhirnya, aku hanya bisa ucapkan terimakasih, wassalam.
Bang Yusril, saya kagum dengan cerita kenangan masa kecil yang Abang tulis dengan bahasa dan cara yang memikat, terlebih lagi dilatari oleh konteks sosial, budaya, geografis ketika kisah itu terjadi. Membaca kisah bang Yusril telah mengilhami saya untuk melakukan hal yang sama, tentu saja dengan seting geografis, sosial dan budaya yang berbeda. Terima kasih