JUSUF KALLA DI BILLITON BISTRO
Bismillah ar-Rahman ar-Rahim,
Ada hoby saya yang tak banyak diketahui masyarakat, yakni hobi masak-memasak. Hobbi ini lahir mungkin disebabkan oleh paksaan keadaan semasa saya kecil. Keluarga saya terdiri atas sebelas orang anak. Saya hanya mempunyai satu kakak perempuan. Dua adik saya yang perempuan, masih sangat kecil. Sebab itu, saya dan kakak saya selalu membantu ibu kami memasak ala kadarnya, sesuai kemampuan keluarga kami yang hidup sangat sederhana di Pulau Belitung. Kalau kakak saya pergi ke sekolah dan ibu saya sibuk mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, maka perlahan-lahan saya mulai memasak. Saya belajar meracik bumbu-bumbu masakan dan menumbuknya dengan lumpang terbuat dari batu. Tidak ada resep. Tidak ada takaran. Semuanya dilakukan menurut kebiasaan dan perasaan saja. Nenek saya dan ibu saya memang pandai memasak masakan tradisional Melayu Belitung yang kaya dengan aneka rempah-rempah.
Kebiasaan masak memasak itu terus berlanjut ketika saya pindah ke Jakarta. Saya pergi ke pasar sendiri membeli ikan, daging, ayam dan sayur-sayuran, serta bumbu-bumbunya. Saya memasak di rumah dan sekaligus mengajari istri dan pembantu memasak. Pernah suatu ketika di tahun 1992, stasiun RCTI mengajak saya tampil dalam acara masak-memasak bersama Rudi Chairudin. Saya memperkenalkan gulai ikan Belitung yang berwarna kuning kemerahan yang dicampur dengan nenas. Sejak itu, sekali dua kali ada saja teman yang meminta saya mengajari mereka memasak. Kalau saya sempat, dengan senang hati saya mengajari mereka. Beberapa teman saya, antara lain Maxi Gunawan, pemilik Restoran Bumbu, menyarankan agar saya membuat restoran. Maxi suka memakan masakan saya, walau dia sendiri memiliki beberapa restoran Indonesia, bahkan sampai ke Singapura, Australia dan Belanda.
Saya memang enggan membuat restoran, karena saya tahu tingkat kerumitannya sangat tinggi. Lama saya memikirkan semua ini, sampai akhirnya saya mendorong anak-anak dan kakak saya agar mereka membuat restoran. Saya bertindak sebagai penggagas dan sekaligus guru masak bagi chef di restoran itu. Mereka tertarik. Maka anak saya Kenia membuat restoran dengan nama Billiton Bistro di Plaza Senayan Lantai II. Kakak saya Yusrniar juga membuat restoran dengan nama Billiton Café di Jakarta. Nama Billiton adalah nama lain dari Belitung. Orang Belitung zaman dahulu menyebut pulau itu “Bliton” atau “Beliton”. Belanda dan Inggris menyebutnya “Billtion”. Jepang menyebutnya “Belitung”. Orang Belitung sekarang menyebutnya “Belitong”. Demikianlah asal-usul nama restoran itu. Mengelola restoran ternyata memang tidak mudah, walau tidak memerlukan investasi yang relatif besar. Segalanya memang harus cocok dengan selera konsumen.
Menata manajemen restoran juga tidak sederhana, banyak sekali detil-detilnya mulai dari komposisi menu, seni penyajian sampai kertas tissue dan tusuk gigi. Tak banyak untung yang diharapkan dari mengelola restoran. Sewa tempat sangat mahal. Hari hujan saja telah membuat orang enggan keluar rumah dan makan di restoran. Kompetitor dengan modal kuat dan franchise dari negeri asing juga bukan main banyaknya. Namun yang penting asal jangan rugi, keluarga ada kegiatan untuk belajar berusaha. Saya senang saja melihat keluarga mengelola restoran, walau sampai kini saya pribadi tidak menjadi pemilik restoran itu. Menghabiskan waktu bertemu dengan teman-teman sambil minum kopi di restoran milik keluarga sendiri sambil mendengarkan musik, juga terasa santai dan menyenangkan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla rupanya mengetahui keluarga saya mengelola restoran. Suatu ketika, mereka mengatakan kepada saya ingin berkunjung ke restoran itu. Hati saya ketar-ketir juga kalau ada Presiden atau Wakil Presiden datang ke restoran yang tergolong menengah, dan bukan restoran kelas atas itu. Namun, rupanya minggu lalu Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta dua menteri, keluarga dan teman-temannya datang ke restoran Billiton Bistro di Plaza Senayan. Selama tiga jam, restoran tidak menerima customer lain, karena rombongan Wakil Presiden akan datang dengan jumlah sekitar seratus orang. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Wapres Jusuf Kalla sengaja memesan masakan khas Belitung, gulai kepala ikan dicampur nenas dan sate sapi dan ayam a’la Belitung. Ibu Mufidah memilih memesan “gangan darat”, yakni sup iga sapi yang dimasak dengan aroma kencur. Keduanya menikmati hidangan itu dan sama-sama mengatakan rasanya memang beda dengan masakan daerah lain di negeri kita. Saya sungguh tak menyangka, masakan khas Belitung ternyata banyak digemari orang. Orang Eropa, orang Jepang dan India ternyata juga menggemarinya. Apalagi orang Malaysia, yang memang terkait secara budaya begitu eratnya dengan masyarakat Belitung.
Wakil Presiden Jusuf Kalla dan rombongan berada di Billiton Bistro selama lebih kurang dua jam. Beliau dan keluarga sebenarnya ingin menonton film Ayat-Ayat Cinta yang kini sedang menjadi buah bibir masyarakat di tanah air. Film itu memang sedang diputar di bioskop yang ada di Plaza Senayan. Sebab itu, penulis cerita dan skenario film itu, beserta produsernya ikut hadir di Billiton Bistro. Wapres memang banyak bertanya tentang pembuatan film itu, dan menghargai munculnya tokoh-tokoh muda perfilman nasional, yang memberi harapan baru bagi kebangkitan kembali film nasional kita. Wapres juga bertanya tentang proses pembuatan film Cheng Ho, yang minggu lalu proses syutingnya sedang berlangsung di Lembang dan Cikampek, dengan aktor utama Slamet Rahardjo, Saifullah Yusuf, Nurul Arifin dan Betharia Sonata. Saya sendiri tidak ikut syuting di tempat itu, karena ceritanya adalah perang antara Kerajaan Majapahit dengan Blambangan. Ketika pecah perang antara dua kerajaan itu, Laksamana Cheng Ho sedang mendaratkan kapal induknya di Pantai Simongan, yang menjadi cikal bakal kota Semarang sekarang ini.
Beberapa yang hadir dalam acara makan malam di Billiton Bistro itu ada yang mengolok-olok bahwa acara itu membicarakan soal politik, antara lain “koalisi Golkar dengan PBB” dalam Pemilu mendatang. Sejujurnya saya katakan, tidak ada pembicaraan politik apapun malam itu. Pak Jusuf Kalla dengan saya adalah sahabat lama, bagai kakak dengan adik. Kami telah saling mengenal sejak lebih seperempat abad yang lalu, bahkan ketika saya menjadi aktivis mahasiswa. Pak Jusuf beberapa kali meminta saya menjadi khatib Jum’at di Masjid Al-Markaz di Makassar. Kami sama-sama menjadi menteri di masa Presiden Abdurrahman Wahid. Saya menteri Hukum dan Perundang-Undangan, Pak Jusuf menjadi Menteri Perdagangan. PBB mencalonkan Pak SBY dan Pak Jusuf menjadi Presiden dan Wakil Presiden, sampai akhirnya kedua beliau itu terpilih. Walaupun saya bukan anggota kabinet lagi, namun hubungan baik dengan Pak SBY dan Pak Jusuf, sebagai sahabat, tetap berjalan sebagaimana biasa. Perbedaan politik dengan seseorang, tidaklah mengharuskan kita menjadi renggang dalam persahabatan pribadi.
Pak Jusuf Kalla, Ibu Mufidah dan seluruh rombongan meninggalkan Billtion Bistro setelah makan malam. Mereka menuju ke lantai II Plaza Senayan. Mereka masih menikmati musik di sebuah kafe di lantai II itu sebelum menonton bisokop. Saya dan istri menyusul ke lantai II. Saya dan istri menonton film lain, karena telah menyaksikan film Ayat-Ayat Cinta beberapa hari sebelumnya. Istri saya menyukai film Ayat-Ayat Cinta dan mengatakan bahwa film itu bagus sekali jikaditonton bagi yang baru memeluk Agama Islam. Film itu memberikan pemahaman terhadap salah satu aspek dari ajaran Islam yang seringkali disalahpahami banyak orang non Muslim.
Wallahu’alam bissawwab
Cetak artikelShort URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=243
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Membangun komunikasi tentu mempunyai berbagai formula. Kunjungan JK ke Bung YIM yang dikenal sebagai politisi bagi saya mengandung makna keinginan membangun semangat kebersamaan. Karena saya melihat dua figur adalah pemimpin bangsa. Pemimpin yang merakyat tidaklah mesti makan diwarung pinggir jalan, lantas kalau makan di Bilitton Bistro berarti JK tidak merakyat. Kalau tidak salah analog semacam itu adalah pemikiran proletarian.
Saya pikir Bung YIM juga telah melakukan hal penting berupa pemikiran, gagasan dan tindakan dalam konteks penyelenggaran pemerintahan maupun kenegaraan berorientasi kepada pentingan rakyat banyak sesuai tatanan hukumnya. Saya yakin bahwa apa yang bung lakukan selama ini tidaklah hanya sekadar keinginan warga Belitung saja tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Membangun komunikasi bukan sesuatu yang salah. Semoga Sukses.
Subhanallah, Allahuakbar,
Membaca blog bang YIM membuat saya pribadi dan mungkin juga pembaca lain merasa melanglang buana dengan penuh pengalaman yang membuat hati dan perasaan seperti nano-nano. Semuanya lengkap, kadang tergugah, kadang simpatik, kadang tertawa geli, bahkan jujur saja saya pernah saat membaca artikel bang YIM tanpa terasa menetes air mata dan bulu roma jadi berdiri karena terpacu semangat bergelora dan bercampur haru. Bagaimana tidak sambil membaca artikel The Biography of Mohammad Natsir, yang terbayang adalah bagaimana indahnya jika suatu saat nanti perjuangan PBB untuk melanjutkan cita-cita Masyumi dapat tercapai sehingga di negara yang kita banggakan ini hidup masyarakat Islam yang menjalankan syaria’t Islam dan saling menghargai dengan sesama pemeluk agama lain. Keindahan itulah yang pernah dibuat oleh Nabi Muhammad SAW masa pemerintahannya dan masa pemerintahan Khalifah.
Kemudian sekarang saya bisa sedikit tertawa geli dengan kelucuan para pecinta blog bang YIM dengan saling menumpang memberi komentar.
Mengenai topik ini, saya sebagai putra Minang yang selama ini baru bisa sebatas bercita-cita untuk membuat Rumah Makan Minang dengan ciri khas KAPAU jadi semakin bersemangat untuk mencapai cita-cita tersebut, namun saat ini belum cukup modal dan keberanian untuk memulai.
Sekedar sharing info saja, saya pernah membuat konsep usulan rekomendasi dalam pertemuan warga KAPAU se Indonesia di Bandung 5 Mei 2007 yang salah satu usulan saya adalah membuat industri rumah tangga yang memproduksi rempah-rempah masakan khas KAPAU yang kemudian rempah-rempah tersebut dapat dipatenkan. Saat ini Masakan Khas KAPAU seperti Gulai Tunjang, Gulai Tambusu (usus sapi), Rendang dan juga ada Ketupat KAPAU yang mana sudah terkenal sampai kemanca negara. Mohon doa restunya mudah-mudahan suatu saat rencana untuk mematenkan produk khas ini tercapai, karena belajar dari pengalaman sudah dipatenkannya Rendang oleh Malaysia. Saya sarankan juga ciri khas masakan Belliton (Belitung) dapat di patenkan untuk antisipasi era persaingan global.
Yang terpenting adalah tauladan yang bang YIM buat sebagai seorang Entrepreneurship adalah perlu kita kembangkan untuk generasi penerus bangsa ini. Amin.
Wassalam,
Zul Asri, ST
Pak Yusril, di kalangan non muslim ada kesan seolah2 Anda itu kurang ramah (dari kesan yang saya tangkap lho?).
Di artikel ini Bapak menulis persahabatan Bapak dengan Maxi Gunawan yang dari namanya saya kira bukan seorang muslim. Tulisan yang mengangkat persahabatan seperti ini, menurut saya, perlu diperbanyak agar kekhawatiran sebagian teman non muslim bisa berkurang. Memang tidak perlu terlalu frontal seperti yang dilakukan Gus Dur. Persahabatan antara Natsir dan Kasimo yang seperti Bapak sering sampaikan perlu terus diimplementasikan pada generasi muda saat ini.
Btw, blognya sangat inspiratif sekali. Tulisan yang lengkap seperti ini beserta komennya pasti tidak mungkin kita peroleh di media cetak konvensional.
Salam
Hery Azwan
Saya mengerti karena begitu banyak propaganda yang ditujukan kepada saya seolah-olah saya bersikap intolerans kepada umat beragama lain, karena saya aktivis sebuah partai Islam. Padahal hubungan saya dengan tokoh-tokoh beragama Kristen seperti Sabam Sirait, Kwik Kian Gie, Tunggul Sirait mendiang Astrid Susanto, Manasse Mallo, demikian akrab. Belum lama ini ada teman yang mengatakan hal yang serupa, ketika dia ngobrol dengan Christianto Wibisono. Katanya, saya ini kurang menyukai orang Cina. Tetapi suatu hari Christianto datang ke studio syuting film Cheng Ho. Saya masih memakai baju Cheng Ho dan menghampirinya. Saya berbicara dalam bahasa Cina dengannya. Tetapi dia bengong, dan mengatakan kepada saya bahwa dia tidak memahami apa yang saya katakan. Apa yang saya ucapkan dalam bahasa Cina itu artinya, “saya mendengar dari seseorang bahwa anda mempunyai kesan saya ini anti China. Padahal saya sangat memahami budaya Cina dan bersahabat dengan begitu banyak orang Cina, lihatlah sekrang, Anda menyaksikan saya membuat film Cheng Ho”. Setelah dia bengong itu saya mengatakan kepadanya, dalam bahasa Cina juga sambil tertawa “Sekarang anda tahu, mungkin saya lebih Cina daripada Anda, ha ha ha..”. (YIM)
Minggu lalu saya mampir di Billiton Bistro, quite cozy place dan pilihan menu lumayan beragam. Kalau ada waktu akan mampir lagi untuk mencicipi masakan belitong.
Mumpung tulisan ini mengenai bistronya, cuma mau menyampaikan kesan saja:
AC nya kurang dingin, lalu waktu itu wi-fi nya lagi gak “connect”, katanya sudah dua hari. Jadinya saya hanya ngopi dan ngemil sebentar.
salam.
Terima kasih atas infonya. Soal AC memang sentral dari Plaza Senayan. Soal Wi-fi mudah-mudahan sudah jalan..(YIM)
Bang YIM, aku pernah dengan beberapa teman ke Billiton Caffe, Plaza Senayan. Sayangnya bagi kami yang mempunyai lidah asli. Tidak bisa mengatakan pas rasanya, mungkin sang juru masak harus belajar lebih banyak untuk bisa mendapatkan feel dari Gangan / gulai ikan + nanas tersebut.
Tiap-tiap rumah orang asli Belitungpun kalau masak gangan ikan dengan nenas, rasanya sudah beda-beda. Saya mengikuti resep yang diajarkan ibu saya. Seperti itu jugalah rasanya yang dihidangkan di Billiton Bistro. Sebagaimana kita maklum, rendang Padangpun bisa beda-beda juga rasanya. Mohon maaf kalau rasanya tidak terlalu pas di lidah anda. (YIM)
Soal harga kok ga disinggung pak….bisnis adalah bisnis atau harga temen..he..he…
Bung Adek , itu tandanya mesti balik kampung he he he
was : ……… Sayangnya bagi kami yang mempunyai lidah asli. Tidak bisa mengatakan pas rasanya……..
Assalaamu’alaykum Bang Yusril,
gulai kepala ikan dicampur nenasnya tampaknya hampir sama dengan gulai ikan kuning dari Pagaralam, daerah asal saya (Pernah denger nama daerah ini Pak? daerah pegunungan setelah kota Lahat dari Palembang ke arah Bengkulu/Tebing Tinggi).
tapi kalau di Pagaralam ada variasi lain untuk gulai ikan kuning ini, dicampur dengan tempoyak (durian yang di fermentasi) rasanya mak nyusss…Indonesia emang kaya ya Bang :)
Ya. Gulai seperti itu sebenarnya khas Melayu. Di Malaysia juga ada, demikian pula di daerah Riau dan daratan Sumatera Selatan lainnya. Juga di Kalimantan Barat. (YIM)
Yth, YIM
Saya baru pergi lagi ke Swiss… setelah liburan dua minggu di Indonesia. Malam terakhir, tgl 22 April saya menyempatkan minum kopi di BILLITON. Eeeeh, ternyata kopi yang saya pesan tidak ada… Yang “made in Indo”, ala Belitung itu. Penasaran? Saya bertanya pada “pelayan”, mana kopi ala Belitungnya? Jawabnya, waah… Pak disini tidak menggunakan “kopi Lokal”. Kopi disini, semua import… semua kopinya didatangkan dari Australia, ujar pelayan itu bangga!!!
Ala mak… jauh jauh dari Swiss, pengennya minum kopi khas Belitung… ditawarin “kopi Ausie”… Kecewa? Laa, iya la…
Apalagi, bau asap rokok… ngebul kemana mana. Ada Fachry Ali malam itu, duduk ditengah Resto. Di mejanya penuh rokok, dan asap rokok… Pokoknya, malam itu Resto kayak “Kereta Api” yang asapnya mengembul kemana mana. Semua tamu merokok!!! Waaah, saya hampir membatalkan niat untuk makan malam. Tapi, karena keramahan satu pelayannya (laki laki), niat itu saya urungkan. Akhirnya, saya menyantap sop “Iga Sapi”… Waaah, nikmat…
Sekarang, saya sudah di Swiss lagi, setelah dua minggu liburan…
Saya usul nih, bagaimana antara tamu perokok… dan yang tidak merokok… coba dipisah tempatnya.
Atau malah dilarang merokok sama sekali!!!
Itukan Restoran Bung! Bukan kedai Tuak!
Kita makan kan mau sehat, bukan mau sakit!
Salaaam…
Yth, YIM…
Lagi kemana nih, Tuan Rumah?
Kok “ruangan” seperti tanah tak bertuan?
@59…Apakah anda baca komentar saya?
Salaaaam…
Selamat Bang YIM. abang rupanya pandai memask juga. BTW berapa harga per porsinya? kali anggaran saya kecil
Pak YIM selamat ya bos……
Yth: YIM
Anda baca komentar #59 itu enggak?
Salaaam…
sabar boss iwan. pak yusril lagi adu kesaktian dengan datuk imam k…. itu tentang ahmadiyah.
Ass bang YIM,
Wah…..kapan-kapan mau mampir juga nich Billiton Bistro. btw ada ngga kira2 hubungan ilmu tata negara dengan ilmu tata boga kayaknya kalo di combine pasti hasilnya dahsyat..?
Wasalam,
Iman
@Tanggapan anda pada komentar 10…
@Saya menulis pada komentar 59…
Terus terang sebagai konsumen… Saya merasa tertipu oleh anda!!!
Salaaaammm
@Iwan Asnawi #66:
Bung Iwan,
Anda itu terdengar seperti ABG yang berteriak-teriak: “perhatikan saya, perhatikan sayaaa!!!”, lalu kalau tidak diperhatikan, ngambek.
hehehehehe, just kidding, dont take it too personally :)
@Bonar…
this is hello from me…
You have to know that i am good custumer, and good consumer.
so, i like to enjoy, “Good Food and Good Coffe”…
Well, no problem… I was thinking that my holidays will be nice…at least “part of it”…
Means, also when i would enjoy Cup of Coffe in Billiton Caffe…coment#10…
anyway, by the end was not like that!!!
Regards, and enjoy the discus
@Bonar…
Ich habe nicht verstanden deine sprache!!! ABG???… Was ist das?
Bitte, auf Englisch, Deutch, Holandisch, oder Bahasa Indonesia “perfect” gesagt…
Wie… Ich habe paar mal gesagt deine “sprache” wie eine pakete “Gado gado”!!!
Es tut mir leid, aber das ist keine interresant!!!
Du must noch viele lernen!!!
hehehehe…
Sie sagten:
ich antworte:
“gado-gado” schmeckt köstlich!! :)
ich spreche mit Ihnen später, ich bin ein wenig beschäftigt :)
FYI, kann ich Deutsches nicht sprechen…
Hi Guys (both Bonar & Iwan Asnawi)
http://www.google.com/translate_t?sl=de&tl=en
Nothing special ;-)
ABG ? Anak Baru Gendeng ? :-P
@vavai, tepat! :)
@Bonar…
Lempar batu… Cuci tangan!!!
@Iwan Asnawi #73:
Geez… Like i said, i was just kidding, don’t take it too personally, laarr… hehehheh
If you wanna talk in your-so-called “perfect language”, then fine with me, I aint gonna say nothin :)
Even if you wanna talk in some exotique language such as esperanto or klingon, i might still be able to cope, interweb is such a beautiful thing to have becoz of this wide array of choices on universal translators, dont you find?
well of course im not as clever as you are, mind you! aint need no rocket scientist to figure that out.
Heck, i dont think i will ever be as good as you are at english (or any language, perhaps) coz of this bad-bad slangish-brooklynish stupendous brotha-english of mine.
You can criticize me for having some bad bad mixed language, i dont mind.
I couldn’t care less for all that matters! coz if you DID understand what i was saying, then whats the point of demanding perfectly written masterpiece anyway?
This aint for no pulitzer, most of the time i would just discard such kind of criticism as a myopic essenceless and self-indulgently-constructed criticism. But sure, do-just-that, i dont mind, really :)
But if you didnt get the essence of my previous words, then i truly am sorry to cause you such distress.
…err, Peace? \/(‘-‘)
@Bonar…
Ofcours… i have no problem, and i have no stress at all, is weekend in here. I reaally enjoy my weekend so on…
@68 what i wrote…
and to be honest, i have no clue like what you were saying about…
so, better i asked…
@59…for my comment about what was my experience eat and drink coffe at Billiton, thats real… fact… i wrote also time and date, and who were there in that time…
so, i was thinking as costumer, personal or groups (people) like to give in correct information thats all… no more than that…
i do understand, well… i try, what you are kidding…
me, Peace too…
wah ga nyangka pak yusril suka masak dan nonton film di bioskop :D
hallo…
boleh minta alamat “BILLITON BISTRO”.
saya orang Manggar, tinggal di Assalam. age 23. skrng kerja di jakarta,
pengen nyicipin nih masakan nya dong. boleh gak….
udah lama gak nyicipin masakan belitung. kalau pulang
setahun sekali. itu juga kalau lebaran. boleh dong minta
alamatnya…..
by Romli.
Wah Bang Romli ini nggak baca semua artikelnya yah. Pasti yang dilihat makanannya, ya sudah saya beritahu temaptnya yaitu di Palza Senayan Lantai II.
Sorry ada salah ketik yaitu : Plaza Senayan Lantai II
@Vavai, and Bonar…
Kompas, hari ini…
65,6 juta Wanita dan 43 juta anak di Indonesia mereka terpapar asap rokok (menjadi Perokok Pasif)!!!
Dont you think…is that good for next generatiom and for the people right now in Indonesia???
@74…Bonar… special for you! why you make kidding out of this!!!
….err too!!!
Assalamu alaikum pak Yusril.
Luar biasa pak, kami baru tahu ternyata bapak tidak hanya pandai hukum dan film tapi juga ahli masak. Luar biasa..dan mantap.
Jusuf kalla sampai datang untuk mencicipi masakan restoran bapak yah..:)
Restoran ini kapan berdirinya yah? dan alamatnya ada dimana saja pak? Apakah harganya seperti hotel bintang lima?
[…] membaca blog-nya Yusril Ihza Mahendra yang menceritakan tentang Billiton Bistro dan masakan belitungnya… maka malam minggu kemarin […]
Pak Yusril… saya sudah mengunjungi Bistro Bapak… enaksss sekali masakan Belitung. Selamat !!!
@Iwan Asnawi #80:
You misstated my position, then attacked the manipulated position (wikipedia.org: straw man argument). Not nice for such an educated person as you are :)
Never in my previous comments have i said anything about smoking cigarrettes and any of those stuffs. I was just joking about your way(of criticizing the stated problems), as a little bit childish, and further laughed at your insistence for me to use a perfectly constructed language, while you, yourself, didnt.
FYI, my father died while outrageously sufferred lung cancer and strokes. So, I KNOW VIVIDLY about the danger of smoking. I know that smokers have a big chance of dying in an extremely painful death, or slowly causing the painful death of their loved ones.
But I’m ALSO an avid believer of freedom of choice.
If somebody choose to kill themselves using cigs, then its their rights to do so.
I, Myself, dont smoke.
But as a peaceful and non-confrontational person ;o) , i have always tried to step aside and went another way when other people were smoking at the place i was heading. Only if I didnt have no other choice than stay, then would I start to argue DIRECTLY to the PERSON who smoked, instead of going ballistic to some bystanders or even to the owner of the building/business. Other than that is attention seeker or saint-wannabe material.
So I believe you missed your target when using your thinly veiled moral ground against me.
Capiché? ;o)
Bue nae sera…
@Dear, Bonar… so, sorry about your Daddy…
…instead of going ballistic to some bystanders or even to the owner of building\business…hehehe…
@59…Well done… But, offcours i do care everyting about “correct information for other customers” who like to enjoy eat and drink in Billiton. And who is the owner that “Resto”, this is very good feed back!!! Perhaps…
Coz, i eat and drink, i paid… noone else has to pay! And still give comment and feed back! Feed back? Must not only good (i say food very good, delicious…waaaah nikmat!) others, smoke?… thats also the other hand… to much smoke!!!
i dont believe for nothing, coz… i am not talking about moral, i am talking about “real information”for next customers. Well… i am glad i was there in that Resto, so i knew, and i have no pretend… Weather, you like or dislike? Have you ever read that news on Kompas June 12th?
have a good day!!!
sie, capitho!!! ciaooo amigo…
ass. bang YIM, boleh usul gak? gimana kalo di restoran abang juga menyediakan pernak – pernik asal blitong, seperti kripik sukun dan batu satam, hal ini tentunya agar para pengunjung resto lebih mengenal pulau belitung.
Terima kasih atas sarannya. Tentu akan kami pertimbangkan (YIM)
Asia Martabak Jepang merupakan salah satu dari anak perusahaan PT. Asia Sunrise Indo, yang memulai usahanya sejak 1999 dengan berjualan diatas gerobak kaki lima di depan sebuah swalayan di daerah Metro Soekarno Hatta Bandung.
Asia Martabak Jepang mulai mengembangkan sayapnya pada tahun 2002 dengan berdirinya 2 buah counter tambahan. Pada tahun 2003 Asia Martabak Jepang mulai memfranchisekan usahanya seiring dengan bertambahnya investor menjadi 10 counter yang tersebar dan tertata di area bandung.
Asia Martabak Jepang adalah pelopor martabak masa kini yang menawarkan variasi menu beragam rasa yang sangat khas dan berbeda dengan martabak pada umumnya. Mereka menawarkan 5 jenis adonan martabak (Tasty, Blacksweet, Crispy, Manis, Asin) dengan kombinasi citarasa jepang yang unik dan aroma special juga tidak membosankan karena menyuguhkan 70 macam menu.
Asia Martabak Jepang untuk daerah jawa barat sudah tidak asing lagi karena telah memenangkan Kontes Heboh Martabak Blueband 2005, sebagai salah satu bekal yang cukup untuk membuktikan kelezatan dan kualitas makanan yang baik.
Asia Martabak Jepang memiliki perbedaan yang cukup mencolok jika dibandingkan dengan martabak lain, yaitu terletak pada rasanya yang tidak terlalu manis sangat cocok dilidah anak, remaja dan dewasa yang tidak menyukai rasa manis yang berlebih selain aromanya yang khas dan citarasa yang unik karena selain lezat juga bergizi tinggi karena mengandung vitamin E, A, B1, B2, D3 dan kalsium.
OUR WEBSITE http://www.martabak.tk
BAng Yusril, sekarang ne kegiataen abang ape saja, kiape pemilu 2009 menurut abang
makaseh ye
benny
biak kampit
assalamualaikum pak yusril..
semoga sehat selalu yah pak.!!
succes for : “Billiton Bistro”
saya salah satu Pengagum Pak Yusril…
maju terus pak…!!
merdekaaaaa..!!!
Bismillah..maaf nikh agak menyimpang dari bahasan, Assalamu’alaikum, Perkenalkanlah saya Firdaus dan teman memiliki sebuah vas keramik antik dari zaman dinasti Tsung yang memiliki logo huruf seperti huruf “B”, dibawahnya, saya dengar bapak Yusril berminat dengan keramik itu. saya ada di nomor: 08131 536 4023..jajakumullah,
Saya melihat Pak Yusril ini ada kemiripan wajah ‘sekilas’ dengan Pak Andrea Hirata (penulis Laskar Pelangi). Apa masih ada hubungan saudara? Ya, saya hanya penasaran saja. Kalau memang benar, berarti saya lebih percaya diri menebak wajah dari jauuuuuhhh…..rahasianya?….karena sama-sama dari belitong…..hehehe.
Ya memang masih ada hubungan keluarga (YIM)
YIM, koruptor beruk dengan mulut model pantat ayam mau jadi #1, habislah Indonesia.
Bacot gede dan arogansinya saja yg dia jual. Intelektualnya benar benar nol. Makan pantat ayam dulu lah kau.
He he he, kata Gus Dur, yang keluar dari pantat ayam itu cuma dua kemungkinan: telor atau tahi ayam. Anda sendiri masuk golongan yang mana Boss: telor atau tahi ayam? (YIM)
hebat betul kamu gimana capresnya
Kawan….terus terang saya merasa sangat sedih dengan keadaan ‘komunikasi transaksional’ seperti ini…….. Bisakah kita mencoba untuk tidak menambah lagi ‘sakitnya’ Indonesia?. Mari kawan….kita luruhkan sejenak nafsu emosional yang menggelegak saat kita akan mulai berbicara dan bertutur, sehingga dapat kita lihat kejernihan isi pesannya. sebening kaca…..Bukankah kita masih memiliki generasi-generasi penerus yang kita sayangi….anak cucu kita? Berilah mereka – meskipun itu hanya sedikit- tempat untuk menikmati indahnya kehidupan tanah air mereka dalam keramahan, kesejukan dan kedamaian manusianya…..bisakah kawan?
Salam hangat.
Saya sependapat dengan anda. Sebagaimana telah saya katakan dalam “Pembuka Kata” dalam blog ini, blog ini saya buat untuk bertukar informasi dan bertukar pikiran secara jernih, intelektual, dengan bahasa yang santun, atas dasar prinsip hormat-menghormati pendirian masing-masing. Namun masih ada juga yang sering menyampaikan komentar dengan nada mencaci-maki tanpa argumen yang jelas. Tak ada pencerahan samasekali dalam komentar-komentar seperti itu kecuali bahasa carut-marut belaka. Namun, bagaimanapun juga saya tak ingin menghapus komentar seperti itu. Biarlah dia ada di sini, dan saya tanggapi dengan nada yang tidak serius, sebagaimana saya menanggapi komentar Pantat Ayam di atas itu (YIM).
Secara pribadi saya perlu menyampaikan terimakasih atas tanggapan Bapak Yusril Ihza Mahendra atas ungkapan terhadap komentar saya sebelumnya. Dari sisi bahasa dan pengungkapannya, saya yakin ini adalah ungkapan yang ditulis oleh Bapak sendiri :). Bagaimanapun ini merupakan langkah terbaik yang bisa kita lakukan dari diri kita masing-masing. Alangkah indahnya kehidupan di dunia ini bagi kita dan anak cucu kita bila kita bisa memulainya dari silaturahmi yang sebenar-benarnya dilandasi rasa persahabatan dan tidak saling ‘menyakiti’ meskipun kita semua berbeda. Tentu, hal ini mangajarkan kepada kita untuk selalu belajar berintrospeksi.
Sekarang, bagaimana kalau Bapak dan kawan-kawan kita mulai memutar sedikit musik klasik dan saya ajak main sebentar untuk ‘healing’ ke http://www.wanae.com/wasis ?…..Salam hangat buat kita semua:).
Terima kasih dan salam kembali (YIM)
yth Bang Yusril,
Saya bangga ternyata anda seorang yang piwai mengelola restoran , lezat saya suka masakan belitong yang bener-bener suprise, karena sudah lama saya cari restaurant khas belitong. O iye nante amun aku ade waktu aku nak nganyauo ke belitong kekampongnya bang yusril de Lalang.
Bung YIM,…saya juga suka masak dan selalu experiment masakan malah pernah gak saya makan karena koq rasanya jadi aneh..saat ini saya lagi peduli dengan ikan baung, yang saya pernah makan di Jambi, namanya baung pindang. Menurut yang saya baca khasiatnya bisa mempercepat penyembuhan luka bekas operasi, bagus juga kalau bung YIM berternak ikan baung yang di Jakarta susah banget dapetinnya. Gimana bung YIM…ooo ya lain kali saya akan makan di restoran Billiton, dapat korting ya bung….
Wassalam,
salam serumpun sebalai pak