|

MENGENANG SERATUS TAHUN MOHAMMAD NATSIR

Bismillah ar-Rahman ar-Rahim

Tanggal 17 Juli 2008 nanti akan ada Peringatan Seratus Tahun Mohammad Natsir di Jakarta. Berbagai acara telah dan akan diselenggarakan dalam peringatan ini, mulai dari diskusi, seminar, penulisan buku dan penerbitan kembali buku-buku karya Almarhum Mohammad Natsir. Keluarga Pak Natsir meminta saya untuk menulis kata pengantar atas diterbitkannya kembali Capita Selecta Jilid I karya almarhum yang pernah diterbitkan tahun 1954. Oleh karena buku itu dicetak terbatas, maka kata pengantar yang saya tulis itu saya hidangkan di blog ini, agar dapat dibaca oleh kalangan yang tidak sempat memiliki buku karya Mohammad Natsir yang diterbitkan kembali itu. Apa yang saya tulis dalam kata pengantar itu, sesungguhnya lebih dari sekedar mengantarkan pembaca untuk memahami buku yang diterbitkan, namun memberikan gambaran umum tentang sosok Mohammad Natsir, agar kehidupan dan sumbangannya bagi bangsa, negara dan agama dapat diingat kembali dan dikenang oleh generasi yang hidup di masa sekarang.

Pak Natsir (1908-1993) adalah tokoh intelektual, pejuang, politikus, ulama dan sekaligus salah seorang negarawan yang dimiliki bangsa kita. Sejak usia muda, beliau menaruh minat yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan, falsafah dan kajian keislaman. Di zaman ketika beliau masih muda, untuk mendapatkan informasi dan bahan-bahan untuk mendalami bidang-bidang itu tidaklah mudah. Perpustakaan tidaklah sebanyak zaman sekarang. Mesin fotocopy belum ada. Internet yang dapat membantu seseorang menelusuri berbagai bahan yang diperlukan, juga belum ada. Namun Pak Natsir bagai orang yang tak pernah putus asa untuk mencari. Meskipun beliau sepenuhnya menempuh pendidikan Barat di sekolah-sekolah Belanda, namun minatnya untuk menelaah khazanah ilmu pengetahuan keislaman bagai tak pernah padam. Beliau pergi ke sana ke mari untuk mencari buku, meminjam dengan orang-orang, atau meminjam buku di berbagai perpustakaan. Beruntung beliau, karena memahami bahasa Belanda, Arab, Inggris dan Perancis, sehingga berbagai buku yang diperlukan, yang ditulis dalam bahasa-bahasa itu dapat beliau baca. Bahkan, beliau tidak saja menulis dalam Bahasa Indonesia, namun juga menulis dalam Bahasa Belanda, Perancis dan Bahasa Inggris.

Kebiasaan Pak Natsir memburu buku itu, bukan hanya terjadi ketika beliau masih muda. Ketika usia beliau makin senja, saya adalah salah seorang yang selalu beliau suruh untuk mencari berbagai buku yang ingin beliau baca. Saya bukan saja harus mencari buku-buku itu di berbagai toko buku atau di perpustakaan, tetapi bukan sekali dua harus datang ke rumah beberapa tokoh untuk mendapatkan buku itu. Pernah beliau menyuruh saya datang ke rumah Prof. Osman Raliby, ke rumah Prof. Zakiah Darajat, Prof. Deliar Noer, M.Yunan Nasution, Zainal Abidin Ahmad, dan bahkan saya di suruh pergi ke Bandung, karena buku yang beliau cari ada di rumah Endang Saifuddin Anshary. Pak Natsir membaca buku-buku itu dengan penuh minat. Saya menyadari bahwa Pak Natsir tidak ingin sembarangan bicara atau sembarangan menulis. Beliau ingin mendalami segala sesuatu sebelum menyampaikan pendapat atau menentukan sikap terhadap sesuatu masalah.

Sikap yang ditunjukkan Pak Natsir seperti saya gambarkan di atas sangatlah baik untuk diteladani. Seorang cendekiawan dan seorang pemimpin, sebaiknyalah mendalami segala sesuatu sebelum menyampaikan pendapat dan menentukan sikap. Karena itulah, kalau kita menelaah tulisan-tulisan Pak Natsir, baik tulisan lepas maupun sebuah polemik, beliau mengemukakan pandangan berdasarkan data, analisa dan argumentasi yang kokoh. Karena itu pula pandangan-pandangan beliau mempunyai bobot yang tinggi dan juga mempunyai pengaruh yang luas kepada publik. Tulisan-tulisan itu, bahkan melampaui zaman. Apa yang beliau kemukakan ketika beliau masih muda – di zaman kita masih dijajah – maupun setelah kita merdeka, tetap mempunyai nuansa yang relevan dengan zaman ketika kita hidup di masa sekarang. Masalah-masalah memang datang silih berganti sesuai tantangan zaman. Namun esensi persoalannya tidaklah bergeser terlalu jauh. Karena itu, dalam membaca tulisan-tulisan beliau yang dihimpun dalam buku ini, kita harus mampu menangkap esensinya, bukan menangkap peristiwa-peristiwanya saja, yang kini telah menjadi bagian dari sejarah bangsa kita.

Membaca tulisan-tulisan Pak Natsir yang dihimpun dalam buku ini, saya berani mengatakan bahwa Pak Natsir bukanlah seorang yang murni intelektual, kalau kita menggunakan ukuran-ukuran sebagaimana dikemukakan Julien Benda. Bagi Benda, intelektual adalah manusia yang menghabiskan waktu sepanjang hidupnya untuk bergelut dengan dunia pemikiran. Mereka menjauhi dunia praktis dan tidak menaruh minat kepada dunia politik. Bagi Benda, intelektual nampaknya seperti seorang yang berdiri di menara gading. Kepalanya tidak menyentuh langit dan kakinya tidak menginjak bumi. Mereka berumah di atas angin, berada di awang-awang nun jauh di sana di atas tanah tempat kita berpijak. Pak Natsir pada dasarnya adalah seorang aktivis. Beliau terlibat dalam berbagai pergerakan, baik kepemudaan, keagamaan, sosial dan politik. Beliau menulis dalam rangka pergerakan itu dengan bertitik tolak pada kenyataan-kenyataan sosial yang dihadapinya. Beliau tidak menulis untuk melontarkan gagasan di ruang hampa. Sebab itulah, kita jarang menemukan sebuah buku yang benar-benar buku yang pernah beliau tulis untuk membahas sesuatu masalah. Beliau lebih banyak menulis essay, atau risalah pendek, yang kemudian dihimpun dan dibukukan.

Menghadapi kenyataan di atas, suatu ketika saya pernah berbicara berdua dengan Pak Natsir mengenai kontribusi beliau dalam dunia intelektual. Saya katakan kepada beliau, andaikata Pak Natsir mencurahkan sepenuh waktu dalam hidup beliau untuk melakukan studi dan menulis, mungkin beliau akan melampaui karya-karya Allama Mohammad Iqbal atau Fazlur Rahman, dua filsuf dan intelektual dari Pakistan. Mendengar komentar saya itu, Pak Natsir hanya tertawa. Beliau mengatakan bahwa jalan hidup seseorang tidaklah ditentukan oleh kemauannya sendiri, karena segala sesuatu berjalan seakan terjadi begitu saja. Saya mengerti bahwa Pak Natsir lebih tertarik untuk menjadi aktivis daripada menjadi intelektual murni. Kalau beliau memang menginginkan menjadi intelektual murni, saya yakin beliau takkan menolak tawaran beasiswa untuk melanjutkan studi ke Rechts Hoogeschool di Batavia atau sekalian saja meneruskan pendidikan ke Universitas Leiden di Negeri Belanda. Saya yakin, dengan bakat intelektual yang beliau miliki, dengan mudah beliau mendapatkan gelar PhD di bidang filsafat, hukum atau kajian keislaman dari universitas tersebut. Namun sejarah telah menunjukkan, Pak Natsir lebih senang bekerja secara independen setelah menamatkan AMS di Bandung. Beliau memilih menjadi guru dan mendirikan sekolah sendiri, sambil terus aktif di dalam pergerakan.

Prestasi Pak Natsir di bidang politik, nampaknya telah melampaui apa yang dicapai oleh guru-guru beliau. Salah seorang guru Pak Natsir yang hidup sampai ke zaman kita merdeka, ialah Haji Agus Salim. HOS Tjokroaminoto yang juga memberikan banyak ilham kepada Pak Natsir, telah wafat sebelum kita merdeka. Haji Agus Salim sama-sama aktif dalam Masyumi setelah partai itu terbentuk di awal kemerdekaan. Haji Agus Salim dan Pak Natsir sama-sama menjadi menteri di awal kemerdekaan. Agus Salim menjadi Menteri Luar Negeri dan Pak Natsir menjadi Menteri Penerangan. Faktor usia jugalah yang mendorong Haji Agus Salim untuk memberikan kesempatan kepada tokoh-tokoh yang berusia muda, antara lain kepada Pak Natsir, Pak Mohamad Roem, Pak Kasman Singodimedjo dan Pak Jusuf Wibisono yang kesemuanya adalah murid-murid Haji Agus Salim ketika mereka aktif di dalam Jong Islamieten Bond. Pak Natsir pernah menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia, sebuah jabatan yang merupakan karier puncak seorang politikus dalam sistem pemerintahan parlementer. Nama beliau bukan saja dikenal di di tanah air, tetapi juga di seluruh pelosok dunia Islam, jauh melampaui guru-gurunya dan tokoh-tokoh lain seangkatannya.

Dengan uraian di atas, kita akan dapat memahami tulisan-tulisan Pak Natsir, yang seluruhnya ditulis sebagai respons intelektual terhadap perkembangan zaman, yang menjadi keprihatinan beliau. Tulisan-tulisan itu dibuat untuk memberikan percerahan dalam rangka membangun kesadaran baru terhadap dua hal pokok, pertama keprihatinan terhadap Islam dan umatnya, dan kedua keprihatinan terhadap situasi yang dihadapi bangsa kita, baik di masa penjajahan maupun setelah kemerdekaan. Keprihatinan terhadap Islam dan umatnya memang telah menjadi fokus perhatian Pak Natsir sejak awal. Beliau lahir dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat Minangkabau, ketika Adat dan Islam menjadi bahan polemik berkepanjangan dalam masyaratnya. Memasuki awal abad ke dua puluh, gerakan pembaharuan Islam semakin menguat di Minangkabau, dan hal ini menjadi sumber polemik pula. Pak Natsir – karena latar belakang keluarganya – memilih Islam sebagai jalan hidup. Pengaruh Adat Minangkabau dalam kehidupan pribadi Pak Natsir hampir tidak terasa, walau secara formal beliau diangkat menjadi Datuk oleh kaum kerabatnya dan bergelar Datuk Sinaro Panjang. Keterlibatan beliau dalam mengurusi adat, sepanjang pengamatan saya, tidak begitu nampak. Bahkan dalam keseluruhan tulisan-tulisan beliau – ini agak beda dengan Buya Hamka dan Agus Salim – hampir tak pernah Pak Natsir membicarakan masalah adat.

Dengan memilih Islam, Pak Natsir ingin memberikan kerangka pemahaman baru terhadap Islam, sehingga Islam benar-benar menjadi pedoman hidup dan jalan hidup yang bersifat abadi dan universal. Dalam konteks ini Pak Natsir memberikan kontribusi yang signifikan, yang menempatkan diri beliau sebagai seorang pembaharu, bukan saja di bidang pemikiran, tetapi juga di dalam gerakan Islam. Dalam konteks pembaharuan ini, para akademisi umumnya menyimpulkan bahwa gerakan pembaharuan Islam di Indonesia karena pengaruh dari berbagai gerakan pembaharu di Timur Tengah atau Asia Selatan. Buya Hamka dalam orasi penerimaan gelar doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar di tahun 1962, menyebutkan pengaruh yang sangat besar dari Syekh Muhammad Abduh kepada gerakan pembaharuan di tanah air. Buya Hamka menyebutkan hampir semua tokoh-tokoh pembaharu itu mendapat pengaruh dari Mohammad Abduh. Dari berbagai dialog saya dengan Pak Natsir, saya berkesimpulan bahwa Pak Natsir sampai kepada cita pembaharuan Islam itu, bukanlah karena pengaruh pemikiran dari Timur Tengah, melainkan berngkat dari keprihatiannya sendiri. Beliau kemudian menggunakan metode berpikir yang didapatnya di pendidikan Barat yang ditempuhnya untuk menelaah berbagai literatur dengan kritis. Pak Natsir mengatakan kepada saya, baru di masa belakangan beliau membaca Tafsir Al-Manar dan karya-karya Mohammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridla, serta pembaharu lainnya dari Timur Tengah. Namun beliau mengakui telah membaca berulangkali karya Ali Abdurraziq yang kontroversial, Al-Islam wa Uhulul Hukm, ketika berpolemik dengan Sukarno. Sebelumnya – seperti telah saya katakan — beliau banyak berdiskusi dengan A Hassan (gurunya di Persatuan Islam Bandung dan Pak Natsir sendiri kemudian pernah menjadi ketua organisasi ini), Agus Salim dan Tjokroaminoto. Pak Natsir, pada dasarnya adalah seorang otodidak dalam mengembangkan pemikiran tentang Islam.

Pak Natsir berkeyakinan bahwa ajaran Islam adalah adalah abadi dan bersifat universal. Islam menekankan tauhid dan menentang kemusyrikan, agar manusia mempunyai orientasi yang benar dalam hidupnya. Etika pribadi dan sosial ditegakkan atas dasar iman kepada Allah Yang Maha Melihat lagi Mengetahui. Iman kepada hari akhir akan mendorong ketaatan setiap insan kepada kaidah-kaidah etika, karena Allah akan mengadili setiap perbuatan manusia dengan seadil-adilnya. Ibadat harus dilaksanakan dengan konsisten. Itulah sebabnya Pak Natsir menulis buku tentang pelajaran shalat yang sengaja ditulisnya di dalam Bahasa Belanda, yang ditujukan kepada orang-orang berpendidikan Barat agar memahami dan melaksanakannya. Mengenai soal hukum, Pak Natsir berpendapat syari’at Islam sangatlah luas dan mempunyai fleksibelitas untuk ditafsirkan ulang guna memenuhi kebutuhan zaman. Namun manusia, katanya, tidak dapat melampaui batas-batas atau hudud yang telah ditetapkan Allah dan Rasulnya. Untuk itulah diperlukan iman, mengingat keterbatasan pengetahuan manusia dan relativitas temuan ilmu-pengetahuan. Nuansa pemikiran seperti ini terlihat dalam jawaban Pak Natsir atas tulisan-tulisan Ir. Soekarno menjelang tahun 1940.

Tentu sumbangan besar Pak Natsir dalam pemikiran Islam ialah gagasannya tentang Islam sebagai Ideologi. Apa yang dimaksud Pak Natsir tentulah bukan wahyu Allah di dalam al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah adalah sebuah ideologi. Namun ajaran-ajaran Islam yang terkandung di dalam kedua sumber ajaran itu dapat ditransformasikan dan diformulasikan ke dalam sebuah rumusan untuk dijadikan sebagai landasan bagi sebuah gerakan politik. Rumusan itu bersifat eksplisit, tegas dan sekaligus menyebutkan cara-cara untuk mencapainya. Rumusan seperti itulah yang disebut sebagai ideologi. Pak Natsir sendiri adalah konseptor Tafsir Asas Masyumi, yang setelah disempurnakan oleh muktamar partai itu, disahkan sebagai “ideologi” Masyumi. Islam adalah asas Masyumi. Tafsir Asas memberikan tafsiran terhadap Islam yang dijadikan sebagai asas partai itu, untuk dijadikan sebagai pedoman berpikir, bertindak dan sekaligus landasan Masyumi dalam derap langkah dan perjuangannya. Tulisan Pak Natsir tentang Islam sebagai ideologi yang paling berkesan ialah pidato beliau di Majelis Konstituante, ketika Masyumi membela Islam untuk dijadikan sebagai dasar negara berhadapan dengan dasar Pancasila dan Sosial Ekonomi. Pak Natsir menegaskan bahwa menghadapi dasar negara itu, pilihan kita hanya dua: agama atau sekularisme. Sayang, tulisan tentang dasar negara itu belum dimuat di dalam Capita Selecta Jilid I ini.

Dalam pidato tentang dasar negara di Konstituante itu, Pak Natsir menggolongkan Pancasila sebagai sekularisme. Penggolongan itu didasarkan beliau atas uraian-uraian dari para pendukung dasar negara Pancasila itu sendiri. Kalau tafsiran terhadap Pancasila itu memang bercorak sekuler – seperti dikemukakan oleh para pendukungnya — dan tidak berhubungan dengan ajaran agama, maka Pak Natsir menolak Pancasila sebagai dasar negara. Namun sikap Pak Natsir mengenai Pancasila itu sendiri, tidaklah demikian. Beliau dapat menerima Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara, sepanjang Pancasila itu ditafsirkan dalam premis-premis Islam. Hal itu ditegaskan Pak Natsir dalam pidatonya di hadapan Pakistan’s Institute of World Affairs tahun 1952. Jadi, soal Pancasila adalah soal tafsir belaka. Indonesia, kata Pak Natsir, dapat disebut sebagai Negara Islam karena kenyataan bahwa bagian terbesar penduduknya beragama Islam. Meskipun Islam tidak dinyatakan secara tegas sebagai dasar negara sebagaimana halnya Pakistan, namun Pancasila, yakni lima asas yang dijadikan sebagai dasar negara Republik Indonesia adalah sesuatu yang sejalan dengan ajaran-ajaran Islam.

Tentang konsep sebuah negara, Pak Natsir menganut pandangan bahwa ajaran-ajaran Islam mengenai negara, hanyalah terbatas kepada asas-asasnya saja. Asas-asas itu dapat ditransformasikan ke dalam sebuah rumusan yang bersifat konsepsional tentang negara, sesuai dengan keadaan ruang dan waktu. Umat Islam yang hidup pada suatu tempat dan zaman tertentu dapat memikirkan rumusan sebuah negara yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhan mereka. Untuk itu, menurut Pak Natsir, Islam memberikan kesempatan kepada umatnya untuk mengadopsi berbagai sistem yang berkembang di berbagai negara, untuk diintegrasikan ke dalam sistem yang mereka bangun dengan mengaju kepada asas-asas yang diajarkan Islam. Islam tidaklah seratus persen demokrasi, dan tidak pula seratus persen autokrasi. Islam adalah Islam, demikian kata Pak Natsir sebelum kita merdeka. Namun setelah kita merdeka, dan telah beberapa tahun berpengalaman memiliki negara, Pak Natsir sampai pada kesimpulan bahwa meskipun demokrasi itu mempunyai banyak kekurangan dan kesulitan dalam melaksanakannya, namun sampai dewasa ini umat manusia belum menemukan sistem lain yang lebih baik dari demokrasi. Namun Pak Natsir kembali menegaskan bahwa demokrasi yang harus dilaksanakan ialah “theistic democracy”, yakni demokrasi yang didasarkan kepada nilai-nilai ketuhanan.

Selain di bidang pemikiran politik Islam, Pak Natsir memberikan sumbangan pemikiran yang sangat penting untuk membangun kesadaran umat Islam dalam melaksanakan ajaran agama dan mempertahankan eksistensi dirinya. Di zaman Belanda, beliau sangat prihatin dengan ketimpangan kebijakan Pemerintah kolonial Belanda dalam mendukung kegiatan-kegiatan dakwah dan pendidikan Islam, dibandingkan dengan dukungannya kepada missi dan penyelenggaraan pendidikan Kristen di tanah air. Keprihatinan Pak Natsir terhadap kegiatan missi Kristen terus berlanjut sampai usia beliau menjelang senja. Perhatian beliau kepada soal dakwah di daerah-daerah terpencil dan daerah transmigrasi tak pernah padam. Namun beliau mempunyai perhatian yang besar pula dalam mendukung kegiatan-kegiatan dakwah di berbagai kampus di seluruh tanah air. Perhatian beliau kepada pendidikan, telah muncul sejak usia muda. Pak Natsir terlibat dalam mendirikan berbagai perguruan tinggi Islam di tanah air. Beliau melihat jauh ke depan. Nasib umat Islam akan menjadi lebih baik, jika pendidikan dibenahi. Pak Natsir juga mengirim banyak generasi muda untuk menuntut ilmu ke berbagai negara.

Bagi Pak Natsir hidup adalah perjuangan dan pengabdian tanpa akhir. Beliau berbuat sesuatu untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara, baik berada di luar panggung kekuasaan maupun berada di luarnya. Karier Pak Natsir di panggung kekuasaan tidak berlangsung lama. Menjadi Menteri Penerangan di dalam Kabinet Sjahrir hanya beberapa bulan saja. Menjadi Perdana Menteri hanya sekitar enam bulan saja. Selebihnya menjadi anggota parlemen dan konstituante. Namun pengabdian beliau tak pernah padam, walau terkadang terlihat kontroversial seperti ketika beliau melibatkan diri ke dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia. Pak Natsir sangat prihatian melihat negara yang semakin bergerak ke arah kiri dan prihatin pula akan munculnya kediktatoran di bawah Presiden Soekarno. Keprihatinan itu makin bertambah ketika Presiden Soekarno membentuk Kabinet Darurat Ekstra Parlementer di bawah pimpinan Ir. Djuanda. Beliau melihat semua ini sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap konstitusi dan demokrasi. Sementara di daerah-daerah terus-menerus terjadi berbagai pergolakan yang berpotensi pecahnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada awal Pebruari 1958, Pak Natsir memutuskan untuk bergabung dengan tokoh-tokoh di daerah yang menentang pemerintah pusat yang mereka yakini bersifat inkonstitusional itu. Dari pertemuan Sungai Dareh lahirlah ultimatum untuk membubarkan pemerintah Djuanda dan membentuk pemerintahan baru yang dipimpin Mohammad Hatta. Kalau lima kali dua puluh empat jam ultimatum tidak dipenuhi, maka mereka akan menempuh jalan sendiri dan tidak mengakui keberadaan dan keabsahan pemerintah pusat. Inilah awal lahirnya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Tengah, sebagai pemerintahan tandingan. Pak Natsir ingin agar persoalan ketidaksahan pemerintah pusat itu segera diakhiri, dan dengan begitu setiap saat mereka dengan sukarela akan mengakhiri keberadaan PRRI.

Namun konflik politik terus berlanjut dan konflik bersenjata tidak dapat dihindari lagi. TNI membom Lapangan Terbang Tabing di Padang dan mendaratkan pasukan di sana. Perang saudara tak terhindarkan lagi. Tetapi suatu hal yang harus dicatat dari peristiwa ini, Pak Natsir tetap menginginkan konflik ini adalah konflik internal bangsa kita sendiri. PRRI tidak boleh mengarah kepada separatisme. Sebagai penggagas “mosi integral” yang melebur negara-negara bagian Republik Indonesia Serikat (RIS) ke dalam Republik Indonesia, Pak Natsir tetap menginginkan bangsa dan negara kita bersatu. “Ibarat rumah tangga, periuk belanga boleh beterbangan” kata Pak Natsir kepada saya. “Tetapi rumah kita jangan kita rubuhkan”.Jadi, PRRI haruslah dilihat sebagai konflik internal antar sesama bangsa kita sendiri, antara mereka yang menganggap pemerintah pusat sah dan tidak sah, dan konflik antara daerah dengan pusat yang memerlukan penyelesaian yang bijaksana. Karena itu, sungguh keliru menganggap PRRI sebagai gerakan separatis.

Meskipun Pak Natsir dan seluruh mereka yang terlibat dalam PRRI memenuhi panggilan amnesti umum yang disampaikan Presiden Soekarno, namun beliau tetap saja ditahan oleh Pemerintah Soekarno tanpa tuduhan yang jelas. Penahanan terhadap Pak Natsir itu tidak pernah dilanjutkan dengan proses hukum, Ini terang-terangan merupakan suatu bentuk pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang dilakukan Pemerintah Presiden Soekarno. Pak Natsir baru dibebaskan setelah Presiden Soekarno jatuh dari panggung kekuasaan. Ketika memasuki alam bebas, Pak Natsir terus melanjutkan pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Masyumi telah dipaksa membubarkan diri oleh Presiden Ketika pada akhir tahun 1960, ketika Pak Natsir masih berada di hutan-hutan. Usaha merehabilitasi Masyumi mengalami kegagalan karena sikap keras pemerintahan militer di bawah Jenderal Soeharto. Ketika pintu untuk kembali terlibat dalam pergerakan politik menjadi tertutup bagi beliau, Pak Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dan mulai aktif dalam Muktamar al-Alam al-Islami dan Rabithah al-Alam al-Islami. Dengan begitu, beliau diakui bukan saja tokoh Islam di tanah air, tetapi juga tokoh dunia Islam.

Selama pemerintahan Orde Baru, Pak Natsir tetap dianggap sebagai pemimpin yang disegani dan sekaligus juga “dikhawatirkan” pengaruhnya oleh Pemerintah Orde Baru. Namun berbagai keterbatasan yang beliau hadapi – apalagi setelah beliau ikut menandatangani Petisi 50 beliau dilarang ke luar negeri – kegiatan dakwah Pak Natsir tak pernah berhenti. Beliau juga menulis dan memberikan masukan sekaligus kritik terhadap berbagai kebijakan Pemerintah. Namun, gaya Pak Natsir menulis dan berpidato tetaplah halus, tenang dan tidak berapi-api sebagaimana kebanyakan pemimpin yang menghadapi banyak tekanan dan hambatan. Namun dibalik ketenangan dan kehalusaannya itu, terdapat kekuatan semangat dan keteguhan pendirian. Mengenai hal ini, saya sungguh banyak belajar dari Pak Natsir. Keteguhan hati seorang pemimpin bukanlah tercermin dari kerasnya kata-kata yang dia ucapkan, melainkan dari sikap dan prilakunya yang tidak berubah ketika dia menghadapi tekanan dan tantangan, bahkan bujukan dan rayuan.

Sepanjang saya mengenal Pak Natsir dan bergaul erat dengan beliau, kesan saya, Pak Natsir adalah pribadi yang amat jujur dan bersahaja. Beliau sering mengenakan baju putih yang ada bekas tinta di kantongnya, atau mengenakan baju batik berwarna biru tua. Peci dan sehelai syal selalu dipakainya ke mana saja beliau pergi. Kalau di rumah beliau memakai kain sarung dan baju “potong Cina”, sejenis baju khas orang Melayu. Dengan saya, Pak Natsir seringkali bersenda gurau dan berbicara hal yang lucu-lucu, yang mungkin jarang diucapkannya kepada orang lain. Pribadi beliau sangat menarik dan nampak mudah sekali merasa kasihan dengan orang lain. Ketika saya mula-mula bergaul dengan Pak Natsir, saya masih mahasiswa dan tinggal di Asrama UI di Rawamangun. Setiap Pak Natsir menyuruh saya mengerjakan sesuatu, saya kerjakan dengan sungguh-sungguh. Kalau apa yang dikerjakan sudah selesai saya mengantarkannya ke rumah beliau di Jalan Cokroaminoto No 46 Menteng. Saya ngobrol-ngobrol ke sana ke mari sebentar dengan beliau, dan setelah itu mohon pamit.

Ketika saya sudah di pintu pagar rumah beliau, tiba-tiba Pak Natsir memanggil saya dan mengatakan “Saudara Yusril. Tunggu sebentar”. Entah mengapa beliau selalu memanggil saya dengan sebutan “saudara” itu. Saya tunggu sebentar dan Pak Natsir keluar dari dalam rumah lalu memasukkan tangannya ke kantong baju saya. Sambil tertawa beliau mengatakan “Ini ongkos becaknya”. Sayapun tertawa, saya katakan “Pak, sekarang tidak ada becak lagi di Jakarta”. Pak Natsirpun tertawa dan mengatakan “Saudara kan mahasiswa dan tinggal di asrama. Ini untuk naik bis dan untuk ongkos makan”.Saya sungguh terharu dengan sikap Pak Natsir itu. Kalau saya teringat dengan beliau, hati saya merasa sedih. Saya merasa seperti kehilangan orang tua saya sendiri.

Pak Natsir pernah pula mencari saya ke Asrama UI Daksinapati Rawamangun, Jakarta. Saya terkejut bukan kepalang karena teman-teman seasrama memberitahu saya “ada Pak Natsir datang ke asrama mencari anda”, demikian kata mereka. Saya setengah berlari menghampiri Pak Natsir yang menunggu saya di lobby arsama itu. Dengan perasaan malu, saya katakan kepada beliau, biarlah saya yang datang ke rumah Pak Natsir, kalau ada tugas-tugas yang beliau berikan. Kalau beliau datang ke asrama mencari saya, saya merasa saya seperti orang penting, padahal saya hanya mahasiswa yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kebesaran beliau. Mendengar apa yang saya katakan itu, sambil tertawa Pak Natsir berkata “Ya, kalau Saudara yang perlu dengan saya, Saudara yang datang ke rumah saya. Tapi kalau saya yang perlu dengan Saudara, saya yang datang ke tempat Saudara”. Beliau mengucapkan kata-kata itu tanpa beban. Saya sungguh tertegun dengan ucapan beliau itu. Saya pikir ketika itu, alangkah demokratis dan rendah hati beliau yang bernama Mohammad Natsir ini, sampai saya sendiri tak dapat menutupi rasa malu kepada diri sendiri di hati saya.

Demikianlah sekelumit kata pengantar saya atas diterbitkannya kembali Capita Selecta Jilid I buah tangan Pak Natsir ini. Saya sungguh merasa mendapat kehormatan yang amat besar, dimintakan untuk menulis kata pengantar ini. Semoga kata pengantar saya ini berguna bagi siapa saja yang membaca buku Capita Selecta Jilid I ini. Akhirnya, kepada Allah SWT jua saya mengambalikan segala persoalan.

Wallahu ‘alam bissawwab

Cetak artikel Cetak artikel

Short URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=251

Posted by on Jul 3 2008. Filed under Politik. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

102 Comments for “MENGENANG SERATUS TAHUN MOHAMMAD NATSIR”

  1. Assalamualikum Pak Yusril..

    Tanpa sengaj, seseorang telah mem-post tulisan Anda tentang pak Natsir dalam salah satu milis, yang kemudian membawa saya menemukan blog Anda, yang ternyata sangat inspiring ini.

    Terima kasih banyak. Tulisan Anda tentang Beliau seperti membuka memori saya kembali ke masa kecil dan remaja, ketika Kakek dan Bapak saya banyak bercerita tentang sosok pak Natsir, yang sangat mereka kagumi itu –sehingga mereka pun memberi nama saya mirip dengan lambang partai Maysumi. Mendengar cerita mereka, saya pun turut kagum pada elan perjuangan Beliau, dan (ketika kecil) sempat menjadikan pak Natsir sebagai salah satu tokoh yang ingin saya kenal secara pribadi.

    Sayang sekali, Allah belum mengijinkan saya berkenalan dengan pak Natsir. Lebih sayang lagi, karena satu dan banyak urusan dunia ini, saya sampai kini belum pernah membaca langsung tulisan Beliau. Apakah mungkin, Anda dapat mencantumkan satu atau beberapa tulisan Almarhum dalam blog ini? Saya yakin, tulisan beliau akan semakin memperkaya blog Anda.

    Wassalam

    Candra

    karena satu dan banyak hal lainnya, sampai sekarang saya belum sempat menikmati tulisan Beliau secara langsung.

    –dan saya sangat menikmatinya.

  2. Reading ….. ( Praduga Huruf )

    ( sayang Praduga Logo dari komemtator belum bisa Tampil )

    GENDING Gambang Suling : Komentar Bung YIM – di Tepat 33 Biji Tasbih – Sindiran terhadapku , Demi info
    Ketengoknya ( Prasasat ) Dirimu : SATRIO Piningit – Nian pernah Dipingit Tutur Sewu lepat Rioyo Ketupat
    Mafhum Unggah – Ugguh Kethog Kunir , yang Otimatisnya Mengerahui , Bedanya dengan : Kethog – Tughel
    = Embek – Kaum , Uji Wong Plembang – jadi kalau Bingung itu : Pegangan – yang Klik Komentar – memaopar
    kan Huruf dalam Imej 3 bahasa , Indonesia , Inggris – Jawa + Logat Bumi Sriwijaya + Medan Cak mau = hasil
    Pengalaman pernah merantau kesitu – ya sudah , selanjutnya = Meminjam Bahasa tampilan Agnes Monica – Di Iklan Motor
    bahasa : How about You ??

  3. Tanpa mengurangi Hal yang mendasar respek – Terhadap Fakta Bung
    YIM – di dunia Nyata = Senator – kandidat Pilih tanding Untuk Presiden RI
    2009 – Semata Menangkap Pemamparan Huruf Jeneng Siro dan Mengakui
    Bahwasanya Situs ini BERTUAN – Meski belum Punya Staff , yang Bak
    Ahli Nujum Prasasat Huruf , jika ditangani sendiri , tidak cukup waktu –
    Untuk Terfokus = Masalah menangani Huruf – Bukan The Who – Siapakah
    Semata – mata APA – Apa kali Rupanya – : So What ?! – Opo Dene ?!!

    Dharma For One

    [ Introduction : Ber PRADUGA – Terhadap Huruf + Tak Bersalah =
    Azas – yang dapat memiliki kata Ibarat – atau Sinom Budi kata ber
    Sayap dibawah ini = SHE’ S REALLY TURNED ON BY ]

    She’s really turned on by the television , and vice versa.
    Here’s a song called, ??. Yes , right. Rearranged though,
    nevertheless. A new lease on life. In other words , it’s just a bit
    louder. “ Dharma For One ” .

    [ Lyrics : Jethro Tull Hanya ada satu kata : ]

    Dharma, seek and you will find
    truth within your mind, Dharma.

    Dharma, each to his own we say,
    together we’ll end astray, Dharma.

    Truth is like freedom, it doesn’t fool me.
    Be true to yourself, never think that you’re free.
    Dharma will come eventually.

    [ Outtroduction : Maju + Mengerti gerak yang punya arti , itu Langkah Pejalan dalam Dunia Nyata – Bukannya Dunia Maya GUNUNG YIM – : OPO Tumon = Senden Gunung – Komentar Nempel Perangko – DOANG ]

    Thank you ! ??

    Diluar Tanda Kurung . – apalagi , yang di : “ Kira’in Gua “ – prasasat temu – Gathuk nya itu lho , yang = Ber praduga Terhadap Huruf + Logo Beranda , Mirip = Komik 70’an : Super Hero Nusantara – Terdampar Di Tiongkok Kuno = Cenderung Filmis , Lha Ya Itu , emangnya nggak boleh di isi dengan = Bahasa GORO – GORO ( Dari Suku + Ras Pulau Kepala keluarga Sila 3 Jawa ) eng ing eng – Them Song ? – ya seperti = Opo tumon , kandidat Presiden 2009 = Senator – Nggak Punya Staf – Asisten TANGGAPAN – Masuk ? – Ulangi tanggapan – Bukan Tangkapan – bau kentut gunung YIM – Sengkuni or something , On the Level
    – Tujuan pengetik bertemu Huruf – Bukan bertatap Muka , menjalankan urusan Nge Klik : Kirim Komentar – Bukan Klik Kentut Sebentar – atau Klik Cemooh Sontoloyo – yang cenderung berbau : S A R A , maka nya ber Praduga itu – silahkan saja , tapi Mbok ya pakai Agak – agak ? = Agnes Monica, yang seperti Permen Mentholo Njilat itu ! – jadi kalau inipun RRRRAAAA MUDHENG , Emangnya Gue pikirin ?! modelnya bahasa public PBB Endi Maneh …..?!! Sekali lagi : Opo tumon senator , nggak punya Staff , segalanya dikerjakan sendiri – dalam praduga Huruf – antara = Self pity – ‘ sian ketengoknya dan = Super Hero – Satrio Piningit Endi Maneh … !! apapun itu , karena Semata menujum Huruf – Bukan Menilai Pribadi sesorang dan prilakunya di Dunia nyata – maka pendapat , hanyalah hasilan selayang pandang Mengenai Huruf yang terbaca – sebagai Study of Course – kepekaan terhadap tutur – huruf , dengan cara melatih diri membaca bahasa bathin nya Huruf – Jua = Modal persiapan menjelang Pemilu 2009 , agar tidak menjadi public – Golongan : Reason to Believe , pada Tutur – Tinular , masa kampanye , yang Bla bla bla nya , Cenderung berbahasa Lakone metu , Jagonya Keluar – yang pada masa kemudian , terbukti = memangnya Membohongi Publik , saudara setanah airnya sendiri . Semoga tertangkap saripati Susun Batu – kata Borobudur Ku : Kulo Nuwun Bung Yusril ….

    ( Copy right : Paparan Huruf di Beranda ” Cuthik melur ” Presiden – # 60 )

    Heh hhe hhe hheee ….

  4. Ariedi
    From yesterday – 30 second to Mars

    …oh ini bahasa planet mars toh…

  5. Yth Pak Prof.YIM

    terima kasih atas secuil infonya mengenai Bp.Natsir, setelah yg versi inggrisnya sy gak bisa ngikutin, tapi ini jauh lebih mencerahkan saya daripada bahasa planet mars_nya ariedi yg ktnya cuma 30 detik ke mars (smallville banget deh–hehehehe)

    bagi saya hanya dua kata ” Dukung Yusril”

    salam hormat

  6. Assalamualaikum wr wb.
    Sebagai generasi yang lahir setelah M. Natsir, saya sangat bangga memiliki tokoh semacam beliau. Menurut saya Pak Natsir adalah salah satu uswah tokoh pejuang Islam Indonesia bahkan dunia. Maka sudah semestinya kita tidak hanya kagum dan bangga, yang lebih penting lagi yaitu meneladani serta meneruskan cita-cita mulia beliau sesuai dengan alam/setting jaman. Sekecil apapun sumbangan kita untuk kemajuan Islam, tetap memiliki arti bagi keberadaan Islam di dunia ini. Maka, jangan terhisap energi kita di bidang politik saja, apalagi jika hanya bertengkar, berebut mementingkan individu serta kelompok sendiri. Meneruskan cita-cita Pak Natsir bisa lewat dakwah, sosial, pendidikan dan masih banyak media yang bisa kita tempuh, walau sangat sederhana misalnya menjadi penjaga masjid dan mengajar ngaji anak-anak. Wallahu a’lam.

    Wassalamu’alaikum. wr. wb.

  7. Mochammad Nor Ali

    Assalaamu`alaikum wr wb.
    Mengingat M nasir mengingatkan kembali perjuangan umat Islam untuk membebaskan diri dari penjajahan Hukum kolonial Belanda 4 abad ini , meskipun bangsa Indonesia merdeka , tetapi umat Islam masih belum merdeka untuk melaksanakan hukum syariah kaffah, Indonesia memang negara Pancasila, tetapi sayang Pancasila seringkali diartikan identik dengan pluralis sekuleris, padahal paham itu justru bertentangan dengan Pancasila. Pancasila mengajarkan bahwa segala aturan harus berdasar atas Ketuhanan dan tidak boleh memaksakan keyakinan Ketuhanan seseorang. Umat Islam mempunyai hukum pidana perdata sendiri, tidak seharusnya negara memaksa umat Islam untuk tunduk hukum Belanda Yang diwariskan ke Indonesia hingga sekarang, melaksanakan hukum agama sesuai keyakinan adalah hak yang paling asasi sudah saatnya umat Islam menikmati hak haknya yang dijamin oleh Pancasila, Nah inilah Bang ysuril ..bola ditangan anda ..anda menurut saya adalah figur yang paling cocok sebagai M. Natsir muda, tokoh tokoh Islam Amin Rais…Hidayat nur Wahid mulai malu dengan kata kata syariat Islam . saya berharap bang Yusril engga ikutan malu .., Perjuangan kemerdekaan buat umat Islam belumlah selesai Orang Eropa memang sudah hengkang dari bumi pertiwi tapi kekuatannya masih mencengkram kita,,,andalah pahlawan yang ditunggu tunggu bebaskan Indonesia dari cengkaraman asing …tolong buatlah konsef KUHP syariah sehingga bangsa Indonesia kelak punya pilihan KUHP Kolonial atau KUHP syariah sebagaimana di Malaysia
    semoga berhasil bang
    Wassalam

    Insya Allah, saya tetap konsisten dengan syariat Islam. (YIM)

  8. Masih dalam ingatan, di era 60 an pasca G30S, alm Buaya M Natsir memulai dahwahnya di Kawasan T Abang (Jati Baru) kemudian di Masjid Kampung Bali T Abang ( Masjid Munawarah) kemudian berlanjut mendirikan DDII. Bila disimak perjalanan alm. masa itu kalau tak salah banyak didukung oleh pedagang/ perantau Minangkabau Ps. T Abang. Pada masa itu beliau sangat dicintai dan dihormati urang awak, Kini tinggal hanya kenangan semoga Alm. kan mendapat tempat sebaik-baiknya disisi Allah swt. Untuk Bang Yusril ikutilah langkah alm. jangan melupakan basis pendukung Alm. Buya M Natsir siapa lagi kalau bukan urang awak dimana pun dia berada,

    Terima kasih. Tentu saya tak melupakannya. Di Sumbar dan Riau posisi orang Minang dalam PBB cukup kuat. Saya sendiri ingin menjalin kerjasama yang kukuh dengan perantau Minang, baik di Jakarta maupun daerah-daerah lain. (YIM)

  9. Pak Yusril,
    Anda sebenarnya orang cerdas yang masih bisa berkarya besar di indonesia. Dengan kecerdasannya, anda bisa
    mendukung, mendorong, memberikan ide, atau bahkan langsung membuat karya-karya dalam bentuk peraturan atau undang undang (formal) atau tulisan yang bisa mengarahkan indonesia agar lebih baik dalam beberapa generasi kedepan. Dengan karya itu kita semua akan terpaksa masuk kedalam lingkungan yang lebih baik. Jika ini yang dilakukan, anda akan mendapatkan jariah yang banyak dalam waktu yang panjang. Dan ini tidak berarti harus memaksa diri menjadi orang nomor satu di negara BBM. Masih banyak pekerjaan lain yang lebih cocok dan mulia dari pada pemegang amanah berat yang satu itu.

    Indonesia itu ibarat gajah yang sedang tertidur, kemudian diikat pula agar tidak bisa bangun oleh orang-orang yang tidak suka. Indonesia banyak beban dan masalah: kesehatan, keuangan, ekonomi, politik, lapangan kerja, pendidikan, dll. Masalah besar ini mungkin baru akan mulai selesai ketika muncul imam mahdi. Barang siapa yang mau mengambil (mencalonkan) amanah ini, nampaknya, akan beresiko sangat besar. Rugi dunia akhirat… Carilah jalan yang tidak langsung.. amal dapat banyak tetapi potensi resiko relatif kecil.. Saya sayang sama anda, Pak.
    Tunggulah sampai rakyat memaksa siapapun yang akan (pantas) jadi presiden. Yang harus berjuang menentukan
    presiden itu sebaiknya mesin politik dan rakyat saja. Pribadi jangan mencalonkan. Menyangkut hal ini, sebaiknya partai anda harus kerja keras dan menunjukkan karyanyatanya kepada rakyat. Setelah itu lakukan pembinaan pada
    kader-kadernya agar pendukungnya makin kuat dari waktu ke waktu. Coba lihat contoh partai sebelah… yang karena jasa pembinaannya yang cukup rapih hingga memiliki potensi kadernya (kelak menjadi pemilih suara) membludak…

    salam,…

  10. YIM YTH,

    Sungguh, Anda adalah pemapar lugas nan jelas. Saya dapat melihat citra diri Anda lebih luhur dari yang selama ini saya ‘tangkap’ di televisi – dan betapa beruntungnya bangsa ini memiliki putra seperti itu.

    Tapi, untuk RI1, saat ini saya pribadi masih menunggu tokoh lain yang saya yakini akan mampu memberikan lebih dari apa yang telah Anda berikan pada tanah air tercinta ini.

    Salam satu bangsa!
    [@Hamba Allah; ma’af…meskipun tidak tahu ‘asal-usul mengenai masalah salam’, bolehkan saya memberi salam di sini…??! :) ]

    Saya menerima baik salam anda. Terima kasih (YIM)

  11. Saya sebenarnya pusing baca comment Ariedi. Entah dia gandrung mistik atau kebatinan yang pasti saya lihat orang ini tidak usah di ladeni, sebenarnya saya sangat terganggu, saat asyik2 baca tulisan yang sangat berbobot…ehh…ditengah-tengah ada tulisan Ariedi yang ngawur. Bagusnya comment kaya gitu di Hidden saja.

    Salut buat Bang YIM, yang sabar nanggepin orang kaya gini.

  12. Bismillahirrohmanirrohiim,
    Bang YIM, saya salut atas cara anda menanggapi Mas Ariedi, saya sebagai pembaca yang tidak memahami istilah-istilah yang digunakannya, setelah mencoba membaca secara seksama dan diulang-ulang dua tulisannya, maksud dan makna tulisannya tsb tidak bisa dimengerti, bukannya mengerti malah pusing kepala saya. Tolong kalau mau bercerita atau berkomentar..Mas Ariedi menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kaum pembaca. Allah swt yang maha berkuasa dan maha berilmu untuk firman-firmannya menggunakan bahasa yang bisa difahami Umat pada Kaum dimana utusanNya berada, tidak bikin repot gitu…Semoga ada pencerahan.

    Bang YIM, komentarnya juga saya tunggu

    Wassalam

  13. Mohammed Donny Iswara

    Salam’aleikom
    Salam………….Jaya……………Sempurna………………
    Yim, biarpon Datok dan Nek Wan peramba sering mengecohkan tentang pengalaman mereka tentang akrab betapa dihati mereka tentang M.Natsir tu, syahdan takkan kenal peramba terkecualikan kisahberkisah tersurat perihal Rasulullah….
    Saat ni yang peramba kenal dengan mate kepala peramba sendiri adalah daulat dari diri YIM seorang

    penatlah sangat terasa badan berpemimpinkan makhluk berlogat JAWA …………
    macamnya manis diucap, tapi kalbu busuk terjuakan……
    mentalpon tak lebih daripada perampok penjajah……..
    tiada bukti bagi kami puak-puak Kalimantan nan raya ni merasakan kebersamaan dari 1945 yang dijaminkan membebaskan nusantara dari ketertindasan sejak lama lagi
    apa dilacur
    kami dikalimantan tetap pada keadaan semula
    syahdan na’ menjalankan petuah allah swt pon (kaum nan dapat bangkit dengan berusaha bangkit sendiri) haruslah mendapat izin dari JAWA …..

    Taukah YIM, kalimantan ini terdiri dari 3 negara sepulau; brunai darussalam, malaysia timur, dan kami di bagian indonesia. mereka yang bukan “kita” masya allah makmur luar biasa….
    tapi kami yang indonesia, habis daulat negeri terampas si JAWA…..
    Lihat blogger ARIEDI itu dengan sok bijaknya berkata-kata, dengan sejatinya tentu tuan hamba paham bahwa syahdan merasa superioritaslah dirinya atas kita bangsa melayu dengan berjawa bahasa yang sampai hancur dunia ni pon kami takkan na’ belajar bahasa tu…

    Bak api dalam sekam, KAMI SIAP MERDEKA……
    tapi,, hal tersebut tak na’ kami lajukan jika memanglah ada bukti kebaikan negeri indon ini buat kita mengangkat puak melayu dan timur nusantara
    jangan jawa berseragam seram lagi
    atau jawa yang kiai lagi
    atau jawa yang ibu-ibu lagi
    atau jawa yang gila beristri diseluruh indonesia ini lagi
    teros terang selama mereka kalimantan nan indonesia ini tiada merasakan apapon

    dulu habibi…., bawa kopi dua kaleng pulang bawa parabola
    dulu habibi, meski sesuku bangsa kalimantan nan bukan indonesia kita hentam kepalanya bila berani mengacau

    kami na’ orang seperti YIM,
    atau Fadel Muhammad
    atau Syahrul Limpo
    atau hasan tiro
    atau asal bukan ariedi-ariedi lagi

    harapan tercerah dari wajah YIM
    maju saja
    Natsir, Hatta, Habibi, referensikan saja
    modenya tetap sahaja harus MADE IN YIM

    JAYA
    SEMPURNA
    Wassalamu’aleikom

  14. Mas Ariedi nek ngomong kok ra jelas, bingung mana ujung mana pangkal. Maksute opo to mas. Koyo ong edan kowe mas. Lain kali buatlah tulisan yang dimengerti orang lain agar tujuan anda menulis itu tercapai, OK. Ojo nesu lo.

  15. Klunuwun mas ariedi, tulisanne kok ngawur.eh ngawur kok nulis. Gendeng kowe ! Isin2i wong Jowo wae.

  16. Assalamualikum,ww.
    Apa Bang YIM menyimpan foto bersama Alm.M.Natsir? Muat dong disini.
    Buat Wong Edan Ariedi, semoga dalam waktu dekat mendapat hidayat dari Allah.SWT. Amin Trims

  17. Pak Natsir.

    Setelah melihat acara di TV ONE tentang Pak Natsir, langsung pikiran terangsang untuk segera membuka blog Bang Yusril. Barusan, di TV One, betapa negarawannya pak Natsir. Sebagai alumni Pesantren PERSIS dan lahir dari rahim keluarga besar bulan bintang, pikiran-pikiran Pak Natsir sudah diserap sejak SMP, sebagaimana menyerap pikiran Pak Isya Anshori. betapa rindunya akan sosok Pak Natsir, walau tidak pernah bersua. dan betapa bergetarnya hati, ketika buku Capita Selecta Pak Natsir, di beri pengantar Bang Yusril.
    Akankah kerinduan pada Natsir akan terwakili oleh Bang Yusril?. Tentu saja, rindu sebagai buah dari cinta, susah untuk dijelaskan. Apakah bang Yusril merupakan satu-satunnya personifikasi Pak Natsir? Ah, betapa bahagianya, ketika Kang Muslim Abdurrahman di TV one waktu debat, mengatakan Bang Yusril sebagai pelanjut pemikiran Natsir.

    Tiba-tiba pikiran melayang. Tahun 1998, waktu kelas 1 SMA, kami semua berdendang:

    Kami Rindu kehadiranmu/
    Dan Peranmu Bulan Bintang/

    Maju terus bang…

  18. Ass.wr.wb Kakanda YIM,
    Kita semua merindukan lahirnya sosok ‘Natsir Natsir baru’.
    Para politisi kita yang srng memutus tali silaturrahmi krn perbedaan pendapat, harus banyak belajar soal implementasi kepada Pak Natsir.
    Rakyat jg menunggu munculnya pemimpin baru Indonesia yang tak cuma cerdas, tp jg berakhlak karimah dan punya keberanian mengatakan No for President USA. YIM termasuk salah satu yg layak memimpin Indonesia menuju era perubahan dan pencerahan

  19. Terbuka lebar pandangan saya setelah membaca blog bang YIM ini. Selama ini hampir sebagian besar rakyat Indonesia termasuk saya hanya mengetahui Bapak M Natsir sebagai salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia saja. Tidak pernah dibahas tentang sepak terjang beliau secara lebih adil (perannya dalam PRRI, ‘perselisihan’ dengan Soekarno, perjuangan beliau semasa kepemimpinan Soeharto dll). Terima kasih bang YIM.
    Ngomong2, bang YIM sebagai pelopor PBB, apakah pernah menjajaki kemungkinan berkolaborasi dengan PKS? Karena saya lihat ideologi kedua partai ini hampir sama……

    Salam,
    Usman

    Antara PBB dengan PKS terbuka saja kesempatan untuk bekerjasama. Di NTB misalnya, Gubernurnya PBB, Wagubnya dari PKS. (YIM)

  20. Dari Padang … … …
    Bung Yusril, kagum saya, sungguh berkelas blog Anda ini, tak beda isinya dgn ucapan-ucapan Anda di forum-forum diskusi berbagai media. Selamat berjuang kembali untuk RI-1, tentunya dengan “tidak lagi ngasih jalan” buat calon lain yang akhirnya malah berakhir jelek persis seperti yang kami disini perkirakan.
    GD hanya bikin bingung serta menguras banyak energi ummat dan bangsa ini pada akhirnya. Untung AR cs. telah mengoreksinya meski telat, namun tetap saja bukan Anda yang meraih kesempatan.
    Sayang beribu sayang memang. Padahal itu saja kali terakhir pemilihan RI-1 dilakukan wakil-wakil rakyat yang sudah pintar, terdidik dan tentu saja tidak lagi buta (mengerti politik). Saya sudah berhitung Anda yang bakal sukses waktu itu sebenarnya.
    Pilpres nanti prediksi saya bakal spt. Pilkada yang cenderung tidak bermutu. Belum lagi dikhotomi Militer-Sipil serta Jawa non-Jawa bakal cukup merepotkan Anda. Kasus rumah tangga Anda juga bakal ada perngaruhnya karena dominannya pemilih perempuan.
    Suara Anda saya prediksi tetap akan kalah sama ‘tokoh-tokoh asal populer namun tidak terlalu cerdas’. Saya sebut asal populer bisa jadi karena gagah fisiknya, karena garis keturunannya, karena kharisma primordial religi-nya, atau karena hebatnya mesin kampanyenya bekerja, meski saya juga melihat Film Ceng Ho akan cukup mendongkrak sedikit Anda nanti. Tetap sajalah maju … perhitungan hanya sebuah perhitungan di atas kertas.
    Hampir lupa nich, sudah saatnya pula Anda sekarang yang mengorbitkan kader berbakat layaknya pembinaan Pak Natsir ke Anda dulu. Budaya ‘linkage’ dari generasi ke generasi dalam konteks mewariskan hikmah dan nilai-nilai luhur perjuangan telah hampir terkikis habis sekarang ini, akibatnya kita miskin dalam semua hal sekarang ini, termasuk tokoh-tokoh bersahaja namun tetap religius & idealis; Hatta, Agus Salim, Buya Hamka & Natsir.
    Bagaimana menurut Anda?

    Terima kasih. Insya Allah saya akan tetap maju ke pencalonan Presiden 2009, meskipun saya menyadari beratnya tantangan. Saya berpegang kepada prinsip “fainnamaal ‘usri yusra” seperti dikatakan al-Quran.

    Kalau kader-kader baru, saya berkeyakinan kader takkan pernah habis. Namun mencari tokoh bersahaja seperti anda contohkan, zaman sudah jauh berubah. Selama 32 tahun di bawah Orde Baru, politik kita sudah sangat materialistis. Zaman dahulu, pemimpin pergerakan itu dibiayai oleh rakyat pendukungnya melalui yuran anggpta organisasi, karena praktis mereka tak mungkin bekerja mencari nafkah. Sepenuh hidupnya diabdikan untuk perjuangan. Zaman sekarang, semuanya menjadi terbalik. Mana ada orang yang mau bayar yuran organisasi seperti zaman dulu. Pemimpin model saya, yang tak banyak uangnya, kalah bersaing dengan yang lain-lain. Orang di bawah, kadang-kadang baru mau bergerak, kalau dikasi dana lebih dulu. Belum bikin apa-apa, sudah bawa “proposal”. Makin banyak duitnya, makin banyak pendukungnya. Idealisme seakan sudah terkubur. Saya sedih dengan semua ini.

    Zaman dulu, pemimpin perjuangan tubuhnya kurus kering. Kalau pidato, mereka sering batuk-batuk, karena sering terserang sakit TBC. Tetapi makin kencang batuknya, makin berwibawa dia di mata pendukungnya. Zaman sekarang, pemimpin yang kurus kering, miskin dan batuk-batuk, belum apa-apa mungkin sudah disuruh turun dari podium, disuruh minggir, lebih baik “istirahat” saja. Itulah realitas politik kita, Boss. Zaman sudah berubah.

    Saya tetap meneladani Agus Salim, Buya Hamka dan Pak Natsir, dengan segala kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri saya. (YIM)

  21. Reading – tangeh lamun – sudah lama 22 july # 61 … # 63 2008 – Thank’s for : Your Comment is lost in Space , tumpes lak uwis … !
    kupaparkan praduga , Telat huruf ku , karena sudah bergamit giang ke beranda atas – Kepadamu Bro … !
    satu : aku Jua The monkey’s of Ramaian ( Ramayana ) Bekantan kalimantan – Hewan kutu Buku symbol DUFAN
    DUA : berangkat – sejak mula ku menulis di blog spot ini – Bukan semata bicara mengenai Puncak Gunung – dimana Bung YIM – senden gunung disitu – JUA MENGENAI Lembah – Ngarai dibawahnya , seperti bung Yim = penurun Blantika papar kata , sehubung judul beranda , akupun dalam jua – Memanfaatkan Energi listrik yang Kubuang , untuk mengasah kemampuan ku mengail asumsi , dengan bahasa jaring Spider man or something ! dari situ akan Ketahuan ( Tengsin ) mana komentator Cukup Pengalaman berurusan dengan kemajemukan bahasa – sehingga dalam dirinyapun seperti ku : No Problema I’ll be back Kwek kwek kwek kwek …. !
    yaitu oleh karena juga bisa membuat Praduga Huruf – yang menghasilkan pujian berbobot atau Bermutu , meskipun dirinya juga tidak dalam pengertian supaya dapat Pujian – jadi # 63 anda itu Ngomong apa – Bekantankah ataukah bahasa magic : JAUKAN BALAX – untuk siapa ? – anda pikir saya gandrung dengan Orang jawa yang – prilakunya = Lubang GANAL ?! NOL BESAR ? – justru kalau dihubungkan – katakanlah PAMRIH – ADALAH supaya tutur – tinular Ku menjadi = password – Kunci kata – Mengenai : Orang jawa yang belum Hilang jawanya = Jowo kedugo jawane – dan jowo itu sendiri = baik hati – Jowo marang sedhulur – kalau jawa = anggap – jawamu – jawaku – jawane dene = Induk wali rasa = Jejher tengger FOO FIGHTER : The Pretender – Inlyric pula pangandikanku = pakai jarik kalbu santun jawi kidung laras tanah Syahdan – yang bisa di = ilutrasi pernyataan Bahasa PIJAK Tanah Jawi – :
    Keep you in the dark you know they all pretend
    Keep you in the dark and so it all began
    Send in your skeletons
    Sing as their bones go marching in again
    They need you buried deep
    The secrets that you keep are ever ready
    Are you ready
    I’m finished making sense
    Done pleading ignorance…that whole defense

    It’s been an infinity, oh
    The wheel is spinning me
    It’s never ending
    Never ending
    Same old story

    What if I say I’m not like the others
    What if I say I’m not just another one in your place
    You’re the pretender
    What if I say I will never surrender

    In time or so i’m told
    I’m just another soul for sale
    Oh well
    The page is out of print
    We are not permanent
    We’re temporary
    Temporary
    Same old story

    What if I say I’m not like the others
    What if I say I’m not just another one in your place
    You’re the pretender
    What if I say I will never surrender

    I’m the voice inside your head
    You refuse to hear
    I’m the face that you have to face
    Mirroring your stare
    I’m what’s left
    I’m what’s right
    I’m the enemy
    I’m the hand that’ll take you down
    Bring you to your knees

    So who are you
    Yeah who are you
    Yeah who are you
    Yeah who are you

    Keep you in the dark you know they all pretend

    What if I say I’m not like the others
    What if I say I’m not just another one in your place
    You’re the pretender
    What if I say I will never surrender

    So who are you
    Yeah who are you
    Yeah who are YOUUUUUU!!!!
    dan … suatu ketika Komputer yang dipakai harus Shut Down – yang ikut tidur disitu , semestinya bukan Huruf kata Pusing – dan entah apa lagi kata – yang tidak dikemudikan oleh Nyata = Sesama Bangsa Berbudi bahasa – gamitan giang sejarah Dwitunggal sumpah palapa ( Satelit Indrawi Lubuk Dunia maya ) – Sumpah Pemuda , memangnya cenderung Emoh pakek TIE – Bahasa Dasi Kedaulatan bangsa Merdeka Berdaulat – yaitu = masuk Blog spot semata Wayang pengagum Kecerdasan YIM – Pak Natsir alm + Ikut kuliah bahasa Berbobot – bermutu – ya = Bukan sebenar Komentator yang berbagi SULUK – Urusan rembhuk Visi hasil gamitan giang – kenang Perjalanan Hidup Individu – anggota Keluarga Sila 3 – : Ini Medan Bung ! Blantika papar kata di lubuk dunia maya – tidak ada hubung menilai # nama + Pribadi seseorang – KETIKA dirinya Di kehidupan Nyata – Semata – mata menilai apa kali rupanya praduga huruf Tutur – Tinular disini – You Know ?!!
    maka , Nggak USAH Berlagak Calon MERTUWA YIM – yang hak Menilai apa kali kata – : calon anak MANTU … !
    SEKALI LAGI – KUNCI KATA – jika orang sudah kehilangan AMARGI JAWI nya sendiri , maka anda yang kebetulan masuk blog spot ini – punya alasannya – yang tidak sederhana ( Reason to believe ) – yaitu = JAUH BANGET – DARI PRADUGA PAPARAN TUTUR TINULAR kU : echoes – Pink Floyd – Ketengoknya – Look so good …. !

    JENENG SIRO KULUP

  22. Pak Yusril, terima kasih telah menulis tentang idola keluarga kami: Pak Natsir.
    Saya mengenal beliau lewat cerita kakek saya yang dulu pernah jadi anak buah Pak Natsir di Masyumi. Kakek pernah mewakili partai Masyumi untuk wilayah Sunda Ketjil.

    Memang selayaknyalah beliau mendapat anugrah pahlawan nasional tapi kelihatannya agak susah.

    Tahun lalu pemerintah mengangkat beberapa pahlawan nasional dan membiarkan pahlawan sejati seperti Bung Tomo tak diangkat pahlawan. Katanya karena Bung Tomo belum sempat diseminarkan tapi tidak konsisten karena AA Gde Agung juga tidak diseminarkan di Bali tapi diangkat jadi pahlawan.

    Pak Natsir terganjal di seputar peran beliau di PRRI Permesta, padahal itu masih harus dibuktikan sejauh mana dan apa itu fenomena pemberontakan partai Islam secara lebih obyektif. Kuntowijoyo pernah menyampaikan pikirannya soal ini dan mencerahkan saya.

    Saya belum sempat bertemu Pak Natsir tapi berkat tulisan Pak Yusril, semua cerita kakek tentang beliau seperti disegarkan kembali, terima kasih Pak.

  23. AsslamualaikumWW,

    Sore Pak YIM…
    Perkenalkan nama saya Surya..
    Saya barusan baca pengantar dari bpk untuk mengenang Bpk M. Natsir..
    tokoh indonesia yang sangat berjasa dan dikagumi internasional tapi susah di temui di buku-buku sejarah… dan saya iri kepada bpk yang sudah bertemu dengan beliau… (^_^)
    Kalau boleh saya tau menurut bpk..Indonesia ini butuh apa? apa yg mesti dirubah? dan bagaimana supaya sesuai cita2 awal bangsa ini didirikan??
    Saya sgt miris.. melihat kesemrautan di negara kita ini…sementara para elit walaupun ada (tapi segelintir) yang sangat peduli dgn..negara ini… selebihnya..kalau bukan pribadinya ya golongannya…
    Saya yakin masih ada orang yg ingin negara ini menjadi lebih baik…tapi….?????

    Wassalam,

  24. Demi keutuhan partai !!! PBB harus berdasarkan suara terbanyak itu lebih jantan dan menceminkan aspirasi Ummat. salam Ukhuwah.

  25. Rangga Deristaufani

    Assalammualaikum Wr. Wb.

    Kepada Bung Yusril Ihza Mahendra yang saya hormati, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan terkait kiprah Alm Mohammad Natsir dalam sejarah perjuangan bangsa ini, yang mudah mudahan dapat anda jawab :

    1. Bagaimana tanggapan anda atas pernyataan yang mengatakan adanya keterlibatan (sokongan/dukungan)
    Central Intelligence Agency (CIA) di balik perjuangan PRRI Permesta?
    2. Bagaimana M. Natsir menghadapi hal ini?
    3. Berdasarkan data dan fakta yang anda dapatkan mengenai hal ini, menurut pendapat anda, apakah hal tesebut benar adanya?

    Sekiranya anda dapat memberikan penjelasan yang terbaik, saya haturkan terima kasih.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

  26. […] – bookmarked by 3 members originally found by PAR1138 on 2008-08-12 Comment on MENGENANG SERATUS TAHUN MOHAMMAD NATSIR by Ariedi https://yusril.ihzamahendra.com/2008/07/03/mengenang-seratus-tahun-mohammad-natsir/ – bookmarked by […]

  27. M.NATSIR adalah pejuang islam…tapi sayang partai islam tidak ada yang memperjuangkan keilmuanya…..kalau pun ada yang ngaku titisdan M.NATSIR ilmu nya….sebaiknya mereka berkaca diri..wong partai ilsam sekrang banyak partai sekuler,(PPP,PBR,PBB tremasuk..)ngakunya memperjuangkan syariah islam ,tapi kelakuan ga islam,tidak menjaga kehormatan istri2 secara islam(buktinya aja istri istri pemimpin partai islam PBB pake yukensi alias ga pake jilbab)

    Ada banyak pendapat di kalangan ahli tafsir dan ahli hukum Islam mengenai hal ini. Saya berharap, jangan berpikiran terlalu sempit, yakni mengukur syauriat Islam dengan memakai jilbab. Urusan jilbab, tanpa campur tangan negarapun dapat dilaksanakan. Syariat Islam yang diperjuangkan PBB jauh lebih besar dan lebih luas dari apa yang anda duga. Anda juga keliru, karena sepanjang pengamatan saya bergaul erat dengan Pak Natsir, istri Pak Natsir hanya memakai kerudung ala Minangkabau, samasekali bukan jilbab sebagaimana yang dikenal sekarang. Namun hal itu, bagi saya bukanlah ukuran untuk menilai bahwa Pak Natsir bukanlah pejuang untuk menegakkan nilai-nilai Islam dan asas-asas syari’ah. Cukup banyak warga PDIP, bahkan anggota DPR fraksi PDIP yang memakai jilbab. Namun janganlah salah mengira, dengan cara itu, berarti PDIP memperjuangkan penegakan syar’iat Islam. (YIM)

  28. Al' ayyubby Pelu

    Saya sangat kagum dengan prinsip-prinsip politik Bapak Dr. M Natsir, tapi apakah beliau sejalan dengan konsep Khilafah ataukah selalan dengan pemikiran Ulama Fazrul Rahman? Karena saya sangat mengagumi Bapak Dr. M Natsir saya juga iri dengan kesempatan Bapak Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra. Msc (Maaf… bila benulisan nama dan gelar tidak lengkap) untuk dekat dengan beliau, menyerap dengan langsung pikiran-pikiran brilian beliau. jadi karena saya menganggap anda reperesentatif dengan ide-ide beliau. Apakah saya bisa dekat dengan Bapak Yusril seperti Bapak dekat dengan Beliau itu? Saya Mahasiswa Tinggal di Bandung.

  29. […] Yusril Ihza Mahendra keterlibatan beliau sebenarnya sebagai protes pada Kabinet Djuanda yang dianggap inkonstitusional […]

  30. hallo pak yusril yang hebat,,,,….sangking hebatnya bisa menjadi seorang wakil rakyat yang handal, memimpin yang handal. Saya sebagai generasi bangsa memasrahkan Bangsa ini kepada anda kami yang mengusulkan anda yang menuaikan. tanpa partisipasi anda untuk berkeinginan atas kemajuan indonesia niscaya generasi muda nggak ada manfaatnya. Maju terus politik indonesia … maju terus korupsi … jangan pantang menyerah korupsi hkhkhkhkhkhk.

  31. saya pernah bertanya kepada seorang teman saya : katakanlah si A
    A apa tujuan kamu mengajukan untuk menjadi seorang pemimpin di negeri ini ???
    A menjawab saya kepengen menguasai negara dengan sebebas-bebasnya. saya ingin menjual seluruh harta kekayaan bangsa mulai dari hasil bumi dan benda unik. saya kepengen korupsi sebanyak-banyaknya ya ..lumayan buat cucu saya nanti.
    saya bertanya lagi kepada si A, tapi ketika kamu berorasi ko gak sesuai dengan yang kamu ucapkan sekarang ?
    A pun menjawab klo saya ucapkan terus terang otomatis nggak ada yang memilih saya …. lagian itu kan teori politi brooow…, rakyat pun enak untuk ditipu, jadi apa susahnya menyembunyikan kebenaran keingina saya itu kan cuma teori untuk terpilih ya thoooo.
    tenang aja entar klo akui kepilih menjadi pemimpin di negeri ini kamu akan aku jadikan wakilku mau nggak ???
    anak-anak mu akan aku jadikan menteri – menteri. anak cucu ku akan aku jadikan kaya hkhkhkhkhkhkhk kita pesta porakan harta negara klo bukan kita siapa lagi …..bangsa udah pada makmur ko udah nggak ada yang mengemis di jalanan, udah nggak ada gelandangan, udah nggak ada pengamen lagi kan sekarang hkhkkkkkkkkkkkhkhkkh

  32. semoga bapak Yusril nanti bisa lebih bijak lagi ketika benar- benar dapat dipilih di pemilu yang akan datang. saya ingin bapak bisa mengungkapkan fakta- fakta tersembunyi dalam pelanggaran HAM berat di Indonesia dari awal orde lama sampai orde reformasi saat ini. pertanyaan saya yang cukup menarik adalah apakah bapak berani mengungkapkan pelanggaran HAM yang di lakukan oleh militer pada masa orde lama sampai masa orde reformasi? jika jawabannya adalah bapak berani orang yang pertama mengucapkan doa keselamatan pada bapak adalah saya. Jadilah pahlawan yang berani dalam mengungkap pembeneran sejarah. tetaplah semangat dan tersenyum.

    Semoga anda tidak lupa bahwa ketika saya menjadi Menteri Kehakiman, ada tiga hal yang menjadi kebijakan saya dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Yang terjadi di masa sekarang dan akan datang diselesaikan melalui Pengadilan HAM. Yang lalu melalui pengadilan HAM Ad Hoc, dan yang tak dapat diselesaikan lagi melalui peradilan, dilakukan oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Semua UUnya selesai saya buat dan pengadilannya juga selesai saya bentuk. Tinggal aparat sekarang melaksanakannya saja. Perhatian saya bukan hanya terhadap pelanggaran HAM oleh bangsa kita sendiri, tetapi juga oleh Belanda dan Jepang di masa lalu. Kasus pembantaian oleh Westerling jelas pelanggaran HAM berat dan termasuk kejahatan perang dan genosida. Peristiwa itu terjadi setelah kita merdeka (1946-1947), namun sampai sekarang tak pernah diselesaikan baik oleh pemerintah kita, pemerintah Belanda maupun oleh PBB. (YIM)

  33. Bismillahirrohmaanirrohim,
    Salam buat Bang YIM, semoga sehat selalu, saya sebagai tokoh muda di Jawa Barat khususnya di Bandung cukup lama sekali berinteraksi dengan pemikiran tokoh-tokoh seperti M.Natsir, Ahmad Hasan, Isa Anshari dan tokoh-tokoh Masyumi termasuk kader-kader Masyumi muda seperti Bang YIM. Sampai hari ini saya komitmen dengan pemikiran mereka walaupun mereka dicaci dan dimaki termasuk juga bang YIM sendiri yang kadang-kadnag malah mereka yang tidak suka kepada Keluarga Besar Masyumi melakukan pembunuhan karakter.

    Saya hingga kini tidak pernah berhenti menggali pemikiran-pemikiran tokoh2 masyumi itu, ada hal yang menarik dari yang saya pelajari tentang perjuangan mereka hingga turun pada kader-kadernya termasuk angkatan Bang YIM, yaitu istiqomah dan ketawadluan. Ini yang menjadika sayapun tetap istiqomah dalam pemikiran mereka. Bagi saya pemikiran Moh. Natsir bukan barang baru karena memang saya berada dalam lingkaran Keluarga Besar Persatuan Islam. Tapi saya tidak merasa bahwa Moh. Natsir adalah milik jam’iyyah Persis saja tapi beliau adalah milik bangsa ini, milik umat Islam dunia, beliau adalah mutiara bagi perjuangan Islam di dunia. Termasuk anda bang YIM, anda adalah milik bangsa ini, milik umat Islam. Maka menjadi suatu keharusan jika anda memiliki cita-cita memperjuangkan Islam anda didukung oleh umat Islam, walaupun tidak semua umat Islam menyadari tentang itu.

    Masyumi yang kini ber-reinkarnasi menjadi PBB, walaupun saya tidak menemukan ruh Jihad dan ijtihad seperti yang pernah saya baca dalam sejarah perjuangan Masyumi, tetapi saya salut dengan perjuangannya yang tetap konsisten memiliki cita-cita menegakkan syariat Islam dan tidak ragu untuk mengemukakan, seperti hal kita tidak ragu untuk mengatakan “Isyhadu biana muslimun”. Daripada partai yang tampilannya seperti Islam, penuh dengan asesoris keislaman, tetapi mereka menjadi banci (tidak teguh pendirian), ketika mengatakan penegakan syariat Islam, malah sangat ironis ketika menolak untuk berjuang mengembalikan 7 kata dalam piagam Jakarta dengan apologi bahwa mereka memperjuangkan yang lebih besar yaitu piagam madinah. PBB memang tidak pandai bermain pencitraan, PBB nampak apa adanya, tp ada partai yang pandai membuat pencitraan padahal lebih bobrok atau sama bobroknya dengan partau sekuler lainnya, yang memperdagangkan partainya dengan harga mahal untuk manusia-manusia yang haus kekuasaan dan berduit.

    Semoga partai-partai Islam sadar akan kondisi yang sedang dihadapinya. amin

  34. Umat Islam di Indonesia sejatinya penuh dengan kepentingan-kepentingan golongan yang sepertinya seperti Selat Malaka dengan Samudera Pasifik. Seratus abad berlalu, penuh kisrah kisruh, KOALISI PARTAI ISLAM selalu tenggelam. Ketika gerbang peluang kemenangan terbuka di penghujung milenium, masing-masing sibuk mencari keberuntungan. Dan koalisi pun hanya sekedar ucapan manis penghias gigi.

  35. kamek hari/ tanggal sabtu 21 februari 09 di hotel horison nak ade wisuda di bandung, mun ngundang sidak untuk orasi ilmiah
    adeke waktunye l ma kaseh sebelumnye,ruslie

  36. ASSALAMUALAIKUM WR.WB
    PAK BISAKAH SAYA MENDAPATKAN BUKU TENTANG APA SAJA YANG BERKENAAN DENGAN ISLAM ATAU DEMOKRASI INDONESIA . SAYA GURU HONOR INGIN MEMBACA BUKU KARYA BAPAK TAPI TIDAK PUNYA DANA CUKUP UNTUK MEMBELINYA MOHON MAKLUM.
    ALAMATNYA:
    JL. PAJAGALAN NO. 05 DESA MEKARMUKTI KEC. CIHAMPELAS KAB. BANDUNG BARAT 40561 TELP. (022) 86861733
    KOMPLEK PESANTREN PERSATUAN ISLAM 161 CIHAMPELAS (TEMPAT SAYA MENGAJAR)

  37. Salam…
    Pak saya Percaya kecerdasan bapak luar biasa…hampir bisa mendekati kecerdasan Pak Natsir, Saya do’akan yang bapak ambil pelajaran dari Pak Natsir bukan hanya sisi perjuangan,politik dan sebagainya..tapi kesalehan sosialnya juga dong,ikuti keteladanan akhlaknya..Maaf tak bermaksud apapun sebagai manusia biasa saya punya rasa kecewa dengan hal-al yang manusiawi dari prilaku bapak,tapi saya juga punya mimpi besar terhadap bapak, untuk bisa meneggakan i’jul islam walmuslimin di bumi indonesia…..AMIIN

  38. Selamat meramaikan acara lima tahunan Bapak “Laksamana” Mahendra

  39. salamu’alaikum,
    salam kenal ya, terima kasih atas tulisan bapak ini saya jadi tau siapa yang seharusnya kita hormati saat ini.

    ternyata sebelum kita ada orang – orang yang telah berjuang demi kemajuan, kemerdekaan, kesejahteraan bangsa Indonesia tercinta ini (walaupun sebenarnya bingung antara cinta dan nggak).

    sekali lagi terima kasih pa Yus.

    salamu’alaikum

  40. m.aditya.saputra

    ass.pak ini saya adit saya akan berusaha untuk memenang kan pemilu 2009 ohya pak saya jga dlu pengerak P5B2 tpi skrng sya gak trus sya jga jdi tim salah satu caleg bogor timur dapil 2 tpi smmpe skrng sya blum dapat kartu tanda anggota partai bulan bintang ohya sekali jga saya mau ksh tau kalo di tempat sya blm ada sekertariat partai bulan bintang,saya berjanji pak jiw dan raga sya untuk partai bulan bintang skali lgi sya terima kasih sebesar ya
    wassalam

  41. jazakallah Bung Yuzril…
    ni saya lagi mencoba mengkaji pemikiran m. natsir khususnya dalam bidang politik.

    kepada pengunjung site ini harap bantu saya dalam menyadiakan artikrl2 tentang m.natsir.
    sy hendak mengungkap pertautan ideolodi masyumi, DDII, Partai Bulan Bintang serta PKS (barangkali memang ada).
    KIRIM ARTIKEL KE addzakie@yahoo.com

    JAZAKUMULLAH KHAIRAN KATSIRAN…

  42. Pak..YIM..saya salah satu penggemar Natsir..sosok yang indah dan menakjubkan. ingin sekali saya menulis tesis tentang beliau, tentang kosep negaranya…apakah masih relevan membincang konsep negara Islam (dalam artian Islam yang dijadikan sebagai landasan hidup bernegara)..apakah kita tidak terjebak pada hal-hal yang formalistik belaka..

  43. Hanif Adzhar Abd Rahim

    Assalamu ‘alaikum

    Dengan tidak direncanakan pada waktu M Natsir dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional saya menulis puisi tentang M Natsir, ketika itu adaa pertemuan DDII di Malang. akhirnya saya akan menulis puisi para pahlawan (Muslim khususnya) yang telah membangun bangsa ini dengan keikhlasan yang utuh dan penuh sep;erti Hazaratu ‘sysysikh M Natsir yang saya kagumi. semoga bagian-bagian ke-intelek-an dan ke ‘ulamaan M Natsir ada yang meneladaninya setelah berusaha meneladani junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw. semoga lahir para syahid di masa depan.
    wabi ‘llahi ‘hidayah wa ‘ttaufiq. Wa ‘ssalamu ‘alaikum wa rahmatu ‘llah.

  44. m. Natsir, apapun yg ada, apapun yg dimau, apapun yg diharap semoga kami bisa meneruskan,
    apapun kata dunia, anda bisa tersenyum dengan tenang hingga akhir hayat, kokoh pendirian teguh dalam amanah. engkau laksana bintang yg selalu indahkan dunia.

  45. semoga bangsa kita ini ke depannya kan memiliki orang-orang yang berdedikasi seperti beliau ,mungkin saja sekarang ini banyak orang-orang seperti pak natsir ,namun belum sempat terkenal atau mungkin dicekal oleh orang-orang yang tak menyukai beliau..bagi para org2 yg spt beliau tolong tampil kembali.bukannya sekarang ini kebijakan negara sdh mentolerir org2 yg berpikir kritis..

    salam hormat

    by yosaadi.blogspot.com

  46. […] Yusril Ihza Mahendra keterlibatan beliau sebenarnya sebagai protes pada Kabinet Djuanda yang dianggap inkonstitusional […]

  47. pak Yusril yang selalu saya hormati
    Teringat dahulu ketika pak yusril dilantik menjadi profesor pada saat itu saya membacanya di sebuah koran ibukota tentang profesor termuda dan pada waktu itu saya masih aliyah(SMA), gambar bapak pada waktu itu saya potong untuk saya jadikan koleksi orang-orang hebat,, setelah itu baru saya mengenal sosok Alm. M. Natsir di buku yang bapak tulis waktu itu(sekitar 1997-1999) dan di majalah sabili mengenai masyumi. dari sana saya mengidolakan M.Natsir.
    sekarang saya bekerja menjadi akademisi sebagai seorang dosen, tapi saya terkadang merasa tak layak menjadi dosen dikarenakan pengorbanan dan pengabdian saya terhadap masyarakat belum ada apa-apanya.

    Pak Yusril, bagaimana pandangan bapak terhadap prilaku tenaga pengajar saat ini?, terkadang saya merasa miris banyak tenaga pengajar yang berkorban bukan dengan keikhlasan tapi hanya untuk kenaikan pangkat atau jabatan fungsional saja. saling berlomba mendapatkan dana penelitian dan kebanyakan dana tersebut di “mark up” dan penelitiannya tidak bermanfaat sama sekali. dan sebenarnya kenapa ini bisa terjadi? apakah kebutuhan yang meningkat dikarenakan tantangan zaman ataukah memang pendidikan kepribadian bagi para tenaga pengajar itu kurang?

    nb: hehe saya masih punya kliping pak yusril, dari semenjak deklarasi PBB..

    Terus maju pa,, saya murni mendukung bapak dari hati yang paling dalam.
    tetap berjuang, rakyat indonesia kehilangan sosok yang baik

    salam hormat,,,,

  48. Saya bangga, punya tokoh dan panutan seperti Pak Nasir. Secara pribadi saya pernah jumpa beliau di salah satu hutan di SUmbar, ketika terjadi pergolakan PRRI. Banyak tulisan dan buah pikiran beliau yang sudah saya baca dan berusaha untuk menerapkannya baik bagi masyarakat maupun bagi pribadi.
    Pengenalan saya bertambah lagi ketika beliau memimpin DDII, karena salah seorang sekretaris pribadinya adalah teman saya sekamar kost waktu di kota Padang pada tahun 1974.
    Cuma ada satu hal yang saya kurang mengerti, tentang organisasi PERSIS yang beliau besar dan kembangkan, kok kayanya sekarang menjadi organisasi yang cenderung mau menang sendiri, jauh betul bedanya ketika saya mengenal PERSIS pada awal2 dulu selama beliau masih ada.
    PERSIS yang saya tahu dulu adalah ormas intelektual yang memberikan dalil2 tentang Islam yang sangat relevan, tpi kini PERSIS organisasi yang arogan dan merasa paling benar sendiri. PERLU DIKETAHUI, BAHWA WALAUPUN SAYA BUKAN ORANG PERSIS TPI SAYA TAHU PERSIS, KARENA SAYA LAHIR DAN BESAR DARI LINGKUNGAN PERSIS.

  49. bagus banget artikelnya..bisa menjadi teladan

Leave a Reply