SOAL KECIL: ISTILAH RUMAH TANGGA KEPRESIDENAN
Sejak kemarin banyak orang menelpon saya bertanya tentang ucapan Presiden dalam Sidang Kabinet mengenai istilah “Rumah Tangga Kepresidenan”. Presiden SBY mengatakan banyak kesalahpahaman terjadi karena adanya istilah “Rumah Tangga Kepresidenan” itu dalam kaitannya dengan masalah anggaran, sehingga dikira orang, itu rumah tangga betulan, yakni rumah tanggapasangan suami-istri Susilo Bambang Yudhoyono dan Any Bambang Yudhoyono yang ada di Puri Cikeas. Padahal, Pumah Tangga Kepresidenan itu kompleks istana kepresidenan yang di dalamnya ada kantor presiden. Jadi anggaran Rumah Tangga Kepresidenan itu bukan anggaran rumah tangga beliau yang ada di Cikeas itu. “Dulunya, istilah yang dipakai adalah Sekretaris Presiden. Tapi ketika Yusril Ihza Mahendra menjadi Menteri Sekretaris Negara, istilah Sekretaris Presiden diganti dengan Kepala Rumah Tangga Kepresidenan” kata Presiden SBY.
Ucapan Presiden di atas ada benarnya, tapi ada salahnya juga. Istilah Rumah Tangga Kepresidenan itu bukanlah dari saya. Istilah itu sudah ada sejak zaman Bung Karno. Pak Harto dan Pak Habibie tetap menggunakan istilah yang sama, untuk menyebut urusan internal istana termasuk fasilitas kerja Presiden, baik Istana Negara, Istana Merdeka, Bina Graha, Wisma Negara, Kantor Presiden termasuk Masjid Baiturrahim. seperti yang ada sekarang ini. Kepala Rumah Tangga adalah bawahan Mensesneg. Tugas pokoknya ngurusi soal “tetek bengek” mulai dari penyediaan makan minum, pemeliharaan ruangan, taman dan halaman, hidangan untuk menyambut tamu, karpet istana, hiasan dinding, sampai soal yang kecil-kecil seperti goordjin pintu dan jendela.
Kalau urusan keprotokolan untuk upacara-upacara menyambut tamu dari luar negeri, ada pejabat khusus, namanya Kepala Protokol Negara, yang juga berada di bawah Mensesneg. Nah, di zaman Gus Dur, diangkatlah seseorang wanita — saya tak ingin sebutkan namanya siapa — menjadi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan itu. Namun rupanya, bagi yang bersangkutan, istilah Kepala Rumah Tangga itu kurang mentereng, maka digantilah namanya dengan istilah Sekretaris Presiden. Di zaman Megawati, istilah itu tetap digunakan. Pejabatnya Pak Kemal Munawar.
Ketika saya menjadi Mensesneg, istilah Sekretaris Presiden itu saya kembalikan lagi ke nama semula, yakni Kepala Rumah Tangga Kepresidenan. Bagi saya istilah “Sekretaris Presiden” itu membingungkan kalau tugasnya memang mengurusi soal “tetek-bengek” seperti saya ceritakan tadi. “Sekretaris” Presiden itu secara resmi ada dua, yakni Menteri Sekretaris Negara dan Sekrerataris Kabinet. Dua orang inilah yang menangani hal-ikhwal kesekretariatan untuk mendukung tugas-tugas Presiden menyelenggarakan urusan kenegaraan dan pemerintahan negara. Ketika saya menjadi Mensesneg, saya melantik Ahmad Rusdi menjadi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan. Dia pekerja keras yang baik dan rapi. Sekarang dia menjadi Dubes RI untuk Yunani.
Pada waktu saya jadi Mensesneg, Presiden SBY berkeinginan mengangkat mengangkat seorang “Sekretaris Pribadi” yang kata Pak SBY kepada saya, tugasnya untuk mengurusi uruian-urusan hobby beliau seperti bermain musik dan olah raga, mengurusi undangan perkawinan, hajatan, keluarga yang datang mau bertamu, “termasuk ngurusi orang-orang yang datang dari Pacitan”, kata SBY sambil tertawa. Sekretaris Pribadi itu, kata Presiden kepada saya, bukanlah pejabat struktural. Jadi benar-benar pribadi sifatnya. Saya dengan segala niat baik, oke saja. Tapi lama kelamaan, Sekretaris Pribadi Presiden itu malah mengurusi lalu lintas surat-menyurat dan berbagai dokumen dari Mensesneg ke Presiden, mengatur tamu-tamu yang mau menghadap Presiden, pekerjaan yang seharusnya ditangani ajudan Presiden dibawah koordinasi Mensesneg dan Kepala Rumah Tangga Kepresidenan. Tiap kali ditanya ajudan dimana surat atau naskah RUU yang telah diserahkan, apa sudah di meja Presiden atau di mana. Ajudan selalu bingung. Mereka bilang, surat-surat itu tidak bisa mereka serahkan langsung ke Presiden, karena diminta oleh Sespri. Sespri bilang, beliau yang akan menyerahkannya kepada Presiden.
Akhirnya banyak surat-surat dan dokumen yang macet. Saya bilang ajudan, bilang aja sama Sespri, Mensesneg tanya surat-surat itu mengapa belum ditandatangani Presiden. Ajudan tak berani. Pangkat ajudan adalah kolonel. Sementara Sespri itu kebetulan pangkatnya Brigjen. Saya sendiri tidak bisa memarahi Sespri itu, karena jabatan itu tidak ada dalam struktur organisasi Sekretariat Negara. Dia bukan anak buah dan bukan bawahan saya seperti Kepala Rumah Tangga Kepresidenan atau Sekretaris Militer. Pernah sekali dua kali saya menegur Sekretaris Pribadi Presiden secara baik-baik, karena saya anggap telah menghambat tugas-tugas Mensesneg. Tetapi yang bersangkutan nampak kurang terima. Dia merasa saya bukan atasannya. Dan itu memang benar.
Keadaan seperti di atas lama-lama saya laporkan ke Presiden, bahwa banyak surat numpuk di Sespri tak tahu kemana rimbanya. Padahal penyerahan surat-surat dan dokumen adalah pekerjaan Ajudan. Presiden nampak kaget. Suatu hari surat-menyurat ke Presiden benar-benar macet. Rupanya sang Sespri naik haji. Surat-surat dikunci Sespri dan ditinggal pergi ke Mekkah. Saya sungguh kesal dan mengatakan kepada Presiden, negara tidak mungkin berhenti karena seorang Sespri naik haji. Presidenpun nampak kesal juga. Seketika itu juga Presiden memerintahkan agar lemari Sespri itu dibongkar paksa, dan ternyata di dalamnya ditemukan begitu banyak tumpukan surat yang sudah ditelaah Mensesneg, berbagai memorandum Mensesneg mengenai berbagai masalah, laporan intelejen, termasuk berbagai RUU dan RPP, dan Rancangan Keppres tentang Permohonan grasi yang tertahan di situ.
Di luaran, disebarkan isyu saya bekerja lambat dan tidak sigap, sehingga banyak surat-surat ke Presiden tidak diolah dan ditangani. Itu mustahil. Betapa saya kerja disiplin menangani surat-surat, dokumen dan naskah pidato sejak zaman Presiden Suharto. Saya hanya mengurut dada menyaksikan dan mendengar semua rumors itu.
Inilah, sedikit suka duka saya menjadi Mensesneg di zaman Presiden SBY. Padahal saya sudah dilatih bekerja di sana sejak lama, ketika Letnan Jenderal TNI Moerdiono yang menjadi komandannya. Pak Moerdiono itu orangnya — maaf — agak “sinting”. Kalau ngobrol, omongannya ngalor-ngidul ke sana ke mari tidak karuan, tetapi hatinya sangat baik. Hobbynya bermain tennis dan mendengarkan lagu dangdut. Tapi kalau soal kerja, beliau itu luar biasa rapinya. Saya berguru kepada beliau soal kerja, dan saya harus mengakui bahwa saya sangat banyak berhutang budi kepada beliau…
Short URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=434
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Itulah negara Indonesia yang kita cintai ini, karena yang mengurusinya adalah orang yang ABS akhirnya kacau balau. Sementara orang-orang profesional malah disinggkirkan, apa jadinya negara kita ini jika SBY 3 Periode seperti kata Ruhut Situmpul…
Hah, Pak Moer agak sinting, Prof? Hehehehe,pantes saja choy, soalnya ternyata murid beiau jauh lebih hebat dari “Pendekar Kapak 212” alias “Wiro Sableng” murid Sito Gendheng di dunia fiksi itu, yaitu Ma-He alias lengkapnya Ma-hendra alias Laks. Cheng Ho, soalnya ini dunia nyata choy…hehehehe Mudah-mudahan kalimat itu tadi benar-benar pujian hebat dari Prof, buat sang guru. (Gurunya pasti bangga donk). Seingatku dulu beliau sering nulis juga di media sebelum full aktif di sekneg. Jadi Prof, dulu saja ketika Prof masih di Sekneg (waktu SBY jadi RI-1 pertasma kali) sudah begitu “ngaco” kinerja orang-orang di sekelilingnya, apalagi sekarang dong, Prof…. weleh weleh weleh….. Maju trus Prof, Allaahu Akbarr!
Membaca tulisan bang YIM diatas, mengenai sespri yang menyimpan berkas dalam lemarinya karena naik haji padahal banyak surat2 penting di dalamnya, apakah kemudian sespri tersebut dikenakan tindakan?. o iya bang YIM kapan lagi main filmnya (niatan lagi), kan bang YIM lumayan ganteng untuk jadi aktor hehehe, serius lho bang YIM (ganteng kok)!!!!
Pertanyaannya sudah dijawab dalam pertanyaan di atas. Kalau main film lagi rasanya males, terlalu melelahkan (YIM)
Bismillah. Agak ‘sinting’, pake tanda petik bil, jadi beda maknanya dengan tanpa tanda petik. Itu sama seperti istilah ‘gila’ kerja. Jadi apa yg disebut YIM itu pujian buat mantan bosnya. Begitulah orang berbudi tetap menghargai orang berjasa. Ini bedanya dengan SBY, dia bukan menghargai, malah mau menghukum YIM. Ntar juga kena batunya. He..he…. Wassalam.
Mau tanya, bang YIM. Berdasarkan tulisan di atas, Apakah setelah pulang haji Sespri tersebut dikenakan tindakan?. TRIMS
Nggak. Cuma dimarahin doang. (YIM)
Bang YIM, numpang posting tulisan ini di mailing-list ku. Salam INAYATULLAH HASYIM
Monggo. Silahkan. (YIM)
Berkenaan tulisan diatas, sespri tersebut dikenakan sanksi nggak bang YIM ?
Nggak. Sama SBY cuma dimarahin aja. Tapi dipake terus… (YIM)
Betul Boss Muhsin, saya lupa pake tanda petik, maksud saya memang begitu, mhn maaf ya Prof. karena saya salah kutip. Sesama saudara memang harus begitu, saling mengingatkan dan mengakui kekeliruan seraya minta maaf. Begitulah Boss, kalo yang menjadi mantan bossnya itu sibuaye, habis ditolong eh gak berani ngomong tapi ngibas pake ekor, maklum mungkin gak punya lidah, jadi pake lidah-lidah para pembantu ABS-nya (komodo, biawak, “berekong”, kadal or bengkarung, bunglon, tokek sampai cicak). Lidahnya kemana ya? O…baru saya ingat, ditanam di kebun untuk dibuat cendol dan dijual, enak lho… Ingat khan, “lidah-e-sibuaye”. Nah kalo nanti sudah ngomong, hati-hati saja, karena berarti sibuaye punya lidah, tapi ingat pelajaran biologi bahwa buaye gak punya lidah. Lho, kalo ada lidah berarti buaye apaan tu, Boss? Ya…sibuaye duarat la..h, hehehehehe
Hey Bung Hamid Mitho, apa salahnya yang aku bilang itu? Gak ngerti kau ini…. Bagiku yang penting itu agar bapak esbeye itu senang, syukur-syukur nanti aku terus bisa jadi pembantunya, aku ini khan penyambunglidahnya. Kau tak usah banyak mbacot la..h, percuma aku loncat dari pohon beringin yang banyak hantu kemaren itu, sudah capek-capek aku bela-belain, dan sudah lecet-lecet lidah aku ini karena capek menjilat….
Maksud ente, rupanya pura-pura jadi Ruhut nih, he he he…(YIM)
Assalamu’alaikum wr.wb….. bang YIM, koq pantasen yah… sampe-sampe QS Al Baqarah 282 sangat panjang ayatnya yach… untuk ngingatkan kita agar lebih tertib administrasi dan “tidak lupa ingatan” ….. Wassalam
Informasi yang bagus, ternyata di lingkaran SBY banyak kutu kumpretnya, yang bisa merusak negara NKRI.
Saya terharu membaca cerita Abang, tapi juga ketawa. Edan tenan…….
Bismillah. Bukan kutu kumpret, tapi kutu buku. Banyak baca tapi kaga dipake isinya. Bukan otak yang dipake tapi pangkat. Karena merasa punya jabatan, kerja semaunya aje. Tapi aneh, kok orang seperti itu masih dipake SBY. Seharusnya diambil tindakan tegas. Tapi harap mafhum, pemimpin yang tidak tegas, ragu ragu dan lemah mustahil melakukannye. Lihat saja buktinye. He…he…. Wassalam.
Assalamu’alaikum pak
Kalau insiden tarian makalele di depan presiden tempo hari (ketika bpk baru saja diganti) menurut bapak itu tanggung jawab siapa pak?
Apakah tanggungjawab sekretaris presiden itu juga kah? Dan apa reaksi presiden kpd sekretaris beliau itu? Marah atau cuma ‘diperingatkan’ saja?
Wassalam
Babab
Satu lagi bang, selain main tenis dan suka dangdut, Moerdiono juga penggemar berat Ebiet G Ade.
kalau Bang yusril bilang Moerdiono itu agak “sinting”, maka nggak heran kalau abang sebagai muridnya jadi agak “gila”.
Saat pertemuan 9 tokoh dengan presiden soeharto tgl 19 Mei 1998, cuma abang yang mendikte dan terang-terangan bilang langsung ke Pak Harto kalau Pak Harto harus mundur dari jabatan presiden karena situasi saat itu. Usai pertemuan Nurcholis Madjid bilang, “Yusril itu orang “gila”. Berani-beraninya minta Pak Harto mundur secara langsung.” Dan Pak Hartonya nurut lagi :)
bang yusril emang hebat presiden soeharto yg d takuti d asia aja nurut, apalagi sby yg br
kira-kira banyak gak ya yang tahu… diluaran cerita abang ini???? ini hubungannnya dengan keadaan yang lamban disekitar RI 1???? perlu disebarkan nih sedikit-cerita-cerita ringan begini,,,,
Bang…..saya sangat tertarik dengan tulisan abang ini, sangat mengejutkan, akhirnya saya jadi kenal lebih dalam dengan abang, berjuang terus ya….sukses selalu
Bang… si sespri skarang itu dimana ya.., jadi penasaran!!! orangx yg mana ya.
Maksudnya apa ya? (YIM)
Bang YIM kira” skrng msh banyak ga Sespri Sespri yg lain yg msh berkeliaran di lingkungan Istana Kepresidenan,coz bs kacau ne Negara.
numpang share yah bang YIM…..
bang YIM sekarang gi sibuk pa… ?
assalamu’alaikum,saya eksponen 1998 (kalo boleh diistilahkan begitu) sejak reformasi bergulir, ndak banyak tokoh yang saya kagumi sekaligus saya harap untuk membenahi negeri ini, satu diantaranya bang YIM..dan itu ndak berubah hingga kini..
banyak versi tentang terpilihnya alm. Gus Dur dulu, tapi saya membacanya ada peran politik luar biasa dari bang YIM..
mungkin kapan2 bisa kita diskusikan..
Aku jadi ngerti apa urusan rumah tangga presiden ,mudah2han tidak ada sepri yg ky gt lagi tuh jadi pembusukan dan penghambat .sy tanya mayor jendralnnya yg jadi Sepri ga di marahin sby tp malah bang yg di singkirkan? trmksh
sy seorang sespri kpla daerah jg pak..tp bkn dr pejabat struktural cm staf biasa,sy berfikir klo pekerjaan seorang sespri itu mudah dan “remeh”, ternyata dari hal2 kecil,mudah dan “remeh” itulah pemerintahan bs berjalan sesuai prosedurnya..mulai dari surat2 penting,telaahan staf,sampai perjalanan dinas..sya gak bisa membayangkan kalau sespri presiden bisa meremehkan pekerjaannya sndiri,contohnya sj surat2 yg tdk diteruskan kepresiden..parah banget!!!
Cerita lama, tapi agaknya sampai hari ini belum berubah; Mohon ijin untuk forward ke teman-teman;
Salam perjuangan;
kitab bonne berasal dari daerah bonne
kitab banny berasal dari daerah sunda
kitab bonna berasal dari daerah sunda dan daerah bonne
bila bonne ditambah banny berarti kitab bonne beradu dengan kitab banny kurang lebih berarti 8 tahun menghasilkan Bonna maka kitab bonna tidak bisa di adukan dengan kitab bonne & kitab sunda
9:41, sembilan berbanding empat puluh satu adalah satu kesimpulan persatuan indonesia
1. qiamatullah, qiamat kagungan allah
2. kiamatullah, kiamat ti allah
3. khiamatullah,
4. qhiamatullah
5. xiamatullah
6. mAPbbblmn
pengurangan pengumuma’n dari {proklamasi’n}+{PROKLAMASI’N}= {rabb}
sumpah pemuda {rasulullah}
{radiyallahu anhu} untuk kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaran dan perwakilan
{qongidat qirongat} untuk anak-anak ke anak dewasa
{ } untuk anak-anak ke anak remaja
{ } untuk anak remaja ke anak-anak
{ } untuk anak-anak ke anak remaja
{qirongat qongidat} untuk dewasa ke anak-anak
{qongidat qirongat} untuk anak-anak ke anak dewasa
Ass, Prof tanya aja, apa Sesprinya bernama Kurdi?