YUSRIL AJAK UMAT ISLAM JAUHI KEKERASAN
*
Kamis, 10 Feb 2011 02:57 WIB
JAKARTA, RIMANEWS.com—Tokoh politik Islam dan Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, yang pernah menahkodai Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra, menghimbau agar umat beragama untuk saling hidup damai berdampingan dan menjauhi kekerasan untuk menyelesaikan masalah.
Menurut Yusril tak ada ajaran agama manapun yang mengajarkan untuk menodai agama lainnya, apalagi mengajarkan kekerasan. Kejadian di Temanggung adalah aksi individu yang tak bisa digeneralisir sebagai tindakan kelompok, karena itu ia meminta umat Islam untuk menahan diri.
“Bahwa ada seseorang penganut Kristen yang disangka menodai agama Islam, maka masalah itu harus diselesaikan melalui mekanisme hukum, bukan melakukan kekerasan terhadap sarana-sarana ibadah umat Kristen,” seru Yusril.
“Umat Kristen pada umumnya, sebenarnya juga tidak membenarkan ada penganutnya yang sengaja menodai agama lain. “Masalah prilaku individu, hendaknya jangan diperluas menjadi masalah kelompok, sehingga membuat keadaan menjadi runyam,” imbuhnya
Yusril juga menghimbau agar umat beragama menyadari bahwa dunia sekarang makin mengecil dengan kemajuan komunikasi. Tak ada pihak yang paling dominan sejak lintas batas dunia semakin menyempit. “Kalau di satu tempat kita merasa kuat dan besar, janganlah kita semena-mena kepada kelompok yang kecil dan lemah. Karena di tempat lain, bisa saja kita menjadi kelompok kecil dan lemah dan berhadapan dengan kelompok lain yang besar dan kuat,” ungkapnya.
Karena itu Yusril berharap agar klaim mayoritas bukan jadi pembenaran untuk melakukan tindakan diskriminasi apalagi kekerasan. Justru sebaliknya Yusril berharap setiap kelompok bisa saling mengayomi dan menjaga.
“Ketika kelompok Taliban menghancurkan patung-patung Buddha di pegunungan Afghanistan, mereka merasa besar dan kuat. Namun akibat perilaku Taliban itu, umat Islam di Thailand berada dalam kecemasan yang luar biasa, karena di negeri itu, umat Islam adalah kelompok kecil dan lemah. Umat Islam di sini sangat kuatir kalau-kalau umat Buddha akan membalas apa yang dilakukan Taliban,” ungkap Yusril memberi contoh.
Menurut Yusril, kalau umat beragama menyadari hal ini, niscaya mereka akan mampu menahan diri.
Sementara itu, menyikapi imbauan Yusril dan seruan damai dari sejumlah tokoh, Assosiate Direktur Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Paramadina, yang juga Doktor Sosiologi Politik lulusan Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Herdi Sahrasad mengapresiasi ajakan tokoh politik dan agamawan yang menyerukan umatnya untuk menjauhi kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Sebab hal itulah yang saat ini dibutuhkan umat.
“Seruan itu positif, apalagi datang dari tokoh Islam dan agamawan pada umumnya. Itu penting. Sebab saat ini, di tengah kelalaian negara menanggulangi tindak kekerasan, diperlukan seruan damai dan tauladan dari tokoh agama. Karena piranti kebinekaan kita saat ini mulai retak oleh segudang krisis yang muncul di negeri ini,” pungkasnya.(Mink)
Short URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=559
Kalau mau tidak ada kekerasan di negara ini pemerintah harus tegas…untuk menyatakan bahwa ahmadiyah terlarang dinegara indonesia karena telah menodai agama islam. Agidah telah diputar balik dan itu sangat pundamental bagi agama islam
Tulisan ini, berkaitan dengan tulisan lain di bawahnya. Ada dua artikel saya tentang Ahmadiyah di blog ini. Silahkan anda baca di arsip. Terima kasih (YIM)
Namun harus dicatat juga bang….kalangan umat non-Islam pun harusnya bisa menahan diri juga untuk tidak melakukan penistaan, pelecehan dan penghinaan terhadap Islam dan umat Islam. Selama ini kadang terkesan hanya umat Islam saja yang diharuskan untuk bersikap toleran kepada umat lain yang minoritas dan umat lain diposisikan sebagai umat yang terzhalimi oleh kemayoritasan umat Islam. Padahal kalau kita lihat fakta di lapangan umat Islam di manapun mereka berada, termasuk di Indonesia, sangat toleran kepada umat lain. Tidak ada kejadian kaum minoritas di tengah2 mayoritas umat Islam dibunuh, diusir dari kampung halamannya, dihina agamanya, dst. Yang terjadi malah sebaliknya, ketika minoritas umat Islam dibunuh, dicurigai, dimata-matai, dibatasi hak-hak keagamaannya, dst. dan ketika mayoritas pun nasibnya ga jauh beda walaupun bentuk agak beda. Dituduh yang bukan2, teroris-lah, fundamentalis-lah, intoleran-lah, dan stigma negatif lainnya. Jadi sesak dada ini betapa kita menyaksikan serangan dan gempuran terhadap Islam dan umat Islam ini begitu bertubi-tubi dan datang dari segala arah. Dan yang paling menyakitkan kadang stigma negatif itu muncul dari kalangan yang selama ini “dianggap” cendekiawan muslim.
Melihat hal seperti ini kadang saya berpikir “wajar” kalau seandainya peristiwa yang terjadi di Cikeusik dan Temanggung itu terjadi karena kejengkelan umat Islam itu sudah mencapai ubun-ubun. Anggaplah itu sebagai bentuk akumulasi kecil dari kekesalan umat Islam. Dan, demi Allah, penghinaan mereka kepada Allah, Nabi Muhammad, Islam dan umat Islam belum cukup lunas hanya oleh kerusakan gereja dan meninggalnya beberapa orang ahmadiyah.
Diantara pemeluk semua agama selalu ada oknum -oknum yang saling menista kepercayaan agama lain, kenapa kita harus jengkel atau marah terhadap perbuatan yg kita juga sama-sama lakukan.Tanpa dibela manusia, Allah kita meskipun dihina tetap Allah Yang Maha Suci dan Mulia. Allah terlalu tinggi untuk dibela oleh manusia, justru peranan utama manusia adalah membela sesama manusia yg mengalami keterpurukan dan ketidak- adilan, nah dalam konteks inilah manusia memerlukan peranan Allah, bukan sebaliknya !
Bismillah. Tolong para pakar dan pejuang ham defenisikan dahulu tentang kekerasan. Apa menyangkut fisik dan materi saja. Kalau dalam pandangan Islam bukan terhadap fisik dan materi saja, tetapi juga terhadap mental dan spiritual. Menghina, menyakiti, memfitnah, melecehkan, menyinggung, menghina, menyesatkan, menuduh, mempropokasi dan sebagainya juga termasuk kekerasan yang dilarang dalam Islam. Justru kekeran ini jauh lebih besar bahayanya. Ahmadiyah sudah sejak berdirinya melakukan aksi kekerasan ini, sehingga ada reaksi hingga saat ini. Silahkan buat agama sendiri saja agar kekerasan tidak terjadi lagi di negeri ini. Wassalam.
Bismillah. Tolong para pakar dan pejuang ham defenisikan dahulu tentang kekerasan. Apa menyangkut fisik dan materi saja. Kalau dalam pandangan Islam bukan terhadap fisik dan materi saja, tetapi juga terhadap mental dan spiritual. Menghina, menyakiti, memfitnah, melecehkan, menyinggung hati, menyesatkan, menuduh, mempropokasi dan sebagainya juga termasuk kekerasan yang dilarang dalam Islam. Justru kekerasan ini jauh lebih besar bahayanya. Ahmadiyah sudah sejak berdirinya melakukan aksi kekerasan, sehingga ada reaksi hingga saat ini. Silahkan buat agama sendiri saja agar kekerasan tidak terjadi lagi di negeri ini. Wassalam.
Yang menjadi pertanyaan sekarang ini mengapa
kalau ada mengapa kalau ada setiap kejadian yang
berbau sara selalu ummat dan kelompok Islam selalu
menjadi kambing hitam.Begtu ada kejadian besoknya
sementara media secara intensip memuat berita tersebut
dipanasi dengan dialog dan sebagainya.Diikuti komentar dari
aementara yang menamakan dirinya pengamat seolah mereka
mempunya data lengkap dan akurat. disusul lagi pernyataan
aktivist yang itu2 juga yang memojokkan Ummat Islam. Belum
seminggu setelah kejadia cikesik misalnya sudah ada komentar
dari pejabat tinggi washington. Ada apa ini semuanya .YANG
LEBIH HEBAT LAGI AAADA PENGAMAT YANG MENGATAKAN KARENADAKWAH
YANG TIDAK SEJUK,PADAHAL Ia SENDIRI BE;UM TENTU PERNAH MENGI
KUTI DAKWAH.Oleh karenanya setiap kekerasan harus dibawa
kepengadin,penyebabnya juga harus dijalankan dengan tegas tanpa
alasan ini dan itu. Cukup sudah Ummat Islam selalu menjadi kambing hitam.
Jangan serta merta setiap ada kekerasan yg dilakukan oleh oknum selalu dikaitkan dengan kelompok masa tertentu, itu namanya diPolitiser dan diDramatiser, dan hendaknya setiap proses menegakan keadilan diNegeri ini berjalan berdasarkan fakta kebenaran pada subtansi kasus atau pelanggaran yg sedang terjadi dengan meng abaikan dari kelompok atau intitusi mana asal oknum tersebut,sehingga dapatlah kita mengeliminer dampak syara dari kasus atau pelanggaran tersebut. Demikian dan tanks for all
Bung Yusril, tapi saya tidak melihat/membaca tokoh agama non Muslim ajakan menghindari kekerasan saat kerusuhan di Sampit dan Ambon 1999. Dan pelaku2nya di Sampit hingga saat ini tidak di tangkap, padahal di kedua tempat tadi ummat Islam yang jadi korban.
bung yusril mudah-mudahan kehidupan sekarang ini kita sebagai umat islam bisa lebih perdemon hidup sepertinya baginda rasul dengan petunjuk yang tinggalkan Yitu: 1 sunah 2 al’quran.memang benar kenyataan hidup ini manusia sudah terlepas dari kontrol ya kita do,akan bisa damai kembali amin
Pak Prof. Yusril kenapa perkara bapak belum di putuskan untuk ditutup, saya takutkan nanti berganti kepemimpinan perkara bapak belum selesai, ya kalau ketemu pemimpin seperti Pak Ketua MK Mahpud yang bersih, kalau sebaliknya…? bukankah bang YIM akan menjadi bulan2nan, jadi sebelum bapak di adili sebaiknya bapak, susun program seandainya2 begini atau begitu, bapak siap2 mengadu kedewan HAM, bukankah itu melanggar Hak Asasi Manusia yang kata guru saya SD dulu “hak dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh manusia sejak lahir” saya takutnya seperti Jendral Pol Susno, semua tuduhan tidak terbukti tetapi hakim menelan mentah2 keterangan Pak Syahril J. bahkan Pak Susno dihukum 7 tahun penjara, terhenyak saya mendengar beritanya, apalagi saya rakyat kecil yang tidak mengerti hukum, misalnya mau mengadukan kepala sekolah jual asbes bekas atap sekolah misalnya, saya takut kena saya sendiri, orang setingkat Jendral Susno saja seperti itu.
Hati-hati pa yusril jgn sampai seperti pak amin rais yg menyebut siluman sama yang menuntut pembubaran Ahmadiyah.
Pak Yusril, saya kagum dgn kepintaran Bpk dlm mengolah logika, hingga yg tadinya tampak Bpk tersudut lalu keadaan menjadi berbalik. Walaupun dlm posisi yg benar kalau otaknya tdk jalan seperti Bpk, saya yakin Bpk sdh dipenjara sejak awal.
Pak, sy mengharapkan logika Bpk juga digunakan utk membalikkan pernyataan para pembela Ahmadiyah.
Hati ini sdh gereget Pak, masa penyimpangan dlm akidah seperti itu msh dibela juga?
Tlg pak, sy susah mengungkapkannya? Besar harapan saya kepada tokoh Islam spt Bpk…
Silahkan anda baca tulisan saya tentang Ahmadiyah di arsip. Di situ pandangan saya tentang Ahmadiyah jelas dan dijadikan referensi oleh banyak pihak (YIM)
Saya sangat setuju dengan pandangan Bang Yusril. Kita sbg umat Islam harus belajar dari perilaku Nabi Muhammad SAW. Pada zaman Beliau pernah dicaci maki dan dilempari dgn kotoran setiap hari dari seorang kaum yahudi. Dan satu ketika Beliau tidak mendapatkan lemparan dan caci maki dari org tersebut. Kemudian Beliau tanyakan pada sahabatnya, kemana perginya yahudi tersebut ? dan ternyata informasi yang Beliau dapat bahwa Yahudi itu sakit. Kemudian Beliau pergi ke rumahnya dan memberikan doa supaya yahudi ini cepat sembuh. Luar biasa, sikap dan tindakan Nabi Muhammad SAW, patut untuk kita tiru. Kita sebagai manusia tidak patut dan pantas untuk menghukum manusia lain yang berlainan keyakinan, yang berhak cuma ALLAH SWT. Karena sdh jelas dalam Al-Qur’an dinyatakan, “…agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah agamaku. Kekarasan dalam bentuk apapun tetap salah di mata Allah SWT dan biarkan Allah SWT yang memberi hukumannya. Tks