|

KEWIBAWAAN NEGARA YANG KIAN MEROSOT

Kalau kita membaca Pembukaan UUD 1945, kita akan menemukan kata-kata yang penuh makna, yakni negara yang kita bangun ini bertujuan untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kerangka itulah, kita membentuk pemerintahan untuk menjalankan kekuasaan atas nama negara. Kini, Pemerintahan SBY-Boediono baru menjalankan kekuasaan pemerintahan negara melalui Pemilu yang buruk di tahun 2009, setahun saja, sejak dilantik 20 Oktober 2009. Sejak awal, Pemilu yang buruk dengan manipulasi daftar pemilih, IT KPU yang amburadul, dan dugaan  penggunaan dana bill out Bank Century untuk membiayai kampanye Pilpres SBY Boediono, sejak awal telah menyebabkan Pemerintah baru ini mengalami krisis kewibawaan.

Memang,  apa yang dikemukakan ini baru bersifat dugaan. Namun sikap defensif pemerintah dan kekuatan-kekuatan politik pendukungnya terhadap semua permasalahan diatas, secara politik justru semakin mempreteli kewiwabaan Pemerintah. Soal manipulasi data pemilih misalnya pernah menjadi angket di DPR yang lama. Namun DPR baru hasil Pemilu 2009 tidak meneruskan penyelidikannya, padahal menurut UU Angket, DPR baru berkewajiban meneruskan angket itu. Negosiasi politik antar partai dalam penyusunan KIB II, nampaknya telah menenggelamkan kewajiban DPR baru untuk meneruskan hak angket itu. Penyelidikan terhadap amburadulnya IT KPU yang diduga kuat memainkan peranan besar dalam manipulasi Pemilu dan Pilpres, telah menelan korban dengan dijebloskannya Antasari Azhar ke dalam penjara dengan tuduhan yang mencengangkan, yang hingga kini tetap misteri. Antasari tahu seluk beluk IT KPU dengan yang dibangun dengan biaya besar, termasuk tahu siapa rekanan yang memenangkan pengadaan peralatan IT itu. Dia baru saja berniat menyelidiki, belum apa-apa, tapi nasibnya keburu mengenaskan. Akhirnya rencana menyelidiki IT KPU kandas bersamaan dengan dijebloskannya Antasari ke dalam tahanan.

Bibit Slamet Riyanto dan Chandra Hamzah lain lagi ceritanya, niat mereka untuk menelusuri bill out Century menjadi kandas dengan isyu yang sengaja ditimpakan kepada mereka: penyuapan. Sampai sekarang status Bibit dan Chandra masih tersangka. Surat Penghentian Penyidikan terhadap mereka telah ditolak pengadilan.  Kini kabarnya sedang diuapayakan kasasi ke Mahkamah Agung.  KPK menjadi lumpuh dengan kasus yang menimpa tiga pimpinannya. Sementara Susno Duadji yang mulai buka mulut hal-hal terkait dengan Century, dijebloskan ke dalam tahanan dengan tuduhan korupsi ketika menjadi Kapolda Jawa Barat. Sejak itu, tiga institusi penegak hukum, KPK, Kepolisian dan Kejaksaan seolah menjadi berhadap-hadapan satu sama lain. Padahal, Presiden berkewajiban menjaga harmonisasi antara lembaga penegak hukum. Konflik terbuka tiga lembaga ini akan berakibat merosotnya kewibaan aparatur penegak hukum. Kalau kewibawaan aparatur penegak hukum rusak, maka krisis kewibawaan akan makin melebar. Rakyat tak percaya penegakan hukum dilakukan dengan niat yang tulus demi tegaknya hukum. Penegakan hukum hanyalah alat permainan untuk menutupi dan membela kepentingan. Negara akhirnya akan terjerumus kepada krisis kewibawaan yang kian dalam.

Dalam suasana krisis seperti itu, Pemerintah masih berupaya untuk membangun citra memberantas korupsi. Namun upaya ini tak berhasil memulihkan citra itu, kendatipun bagi SBY, citra adalah Panglima! Sejumlah kasus lama dibongkar-bongkar seperti kasus penyuapan sejumlah anggota DPR dalam pemilihan Miranda Gultom sebagai Deputi Senior Guberbur BI. Kasus Sisminbakum diangkat kembali, walau sejak awal awampun tahu ada rekayasa dibalik semua itu. Namun, kalau menyinggung bill out Century, segala upaya dilakukan agar mega skandal ini tidak terkuak, karena akan menohok substansi legalitas Pemilu 2009 dengan komposisi anggota DPR seperti sekarang, dan Pilpres 2009 yang dimenangkan SBY-Boediono. IT KPU kini sudah hilang dari ingatan publik. Padahal, kalau ini terkuat, akan ketahuan juga bagaimana sesungguhnya rekayasa Pemilu 2009 dilakukan.

Apa yang dikemukakan di atas hanya dipahami oleh masyarakat kelas menengah  dan kelas atas. Masyarakat kelas bawah, walaupun mendengar berita, mungkin kurang mampu mencerna dan kurang menaruh perhatian tentang hal-hal yang tidak secara langsung mengenai kehidupan mereka. Namun ketidak-adilan tetap mereka rasakan, ketika Pemerintah yang tengah mengalami krisis kewibawaan sibuk membela dan mempertahankan diri dengan membangun citra diri yang bagus dan aduhai, telah lalai mengantisipasi dan menyelesaikan hal-hal yang berpotensi menjadi konflik di kalangan masyarakat kelas bawah. Pemerintah SBY tetap saja tak kunjung mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat yang terus terpinggirkan dalam kemiskinan yang makin dalam. Lapangan kerja dan lapangan berusaha begitu sulit dalam setahun terakhir ini, yang semakin mendorong meningkatnya kejahatan. Rasa aman rakyat hilang, seiring dengan merosotnya kewibawaan Pemerintah. Konflik antar kelompok dalam masyarakat terjadi di mana-mana dengan aneka latar belakang isyu, etnik, agama, premanisme dan terorisme. Rakyat yang jengkel mulai menyerbu kantor polisi yang menjadi simbol negara dalam melindungi bangsanya. Namun apa yang terjadi, polisi justru melipatgandakan kewaspadaan untuk melindungi diri sendiri dari ancaman teroris dan penjahat. Kalau aparat keamanan sibuk melindungi diri sendiri, bagaimana mungkin akan mampu  melindungi rakyat?

Ketika ketidak-adilan makin meluas, negara seperti tidak hadir. Padahal negara berkewajiban melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Ketika wilayah negara diterobos oleh petugas negara lain, negara juga tidak menunjukkan ketegasan sikap. Negara seakan tak hadir melindungi tumpah darah Indonesia dan membiarkan harga dirinya terinjak-injak. Sungguh tragis nasib bangsa dan negara yang dipimpin Presiden SBY-Boediono ini.

Cetak artikel Cetak artikel

Short URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=419

Posted by on Oct 4 2010. Filed under Politik. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

12 Comments for “KEWIBAWAAN NEGARA YANG KIAN MEROSOT”

  1. Kalau demikian, jika mereka para penguasa ini td segera kembali ke jalan yang benar, kewibawaan itu bukan hanya sekedar merosot. tapi tidak ADA. Naudzubillah.

  2. tsumma naudhubillah…

  3. mari kita intifada.

    hehehe, kalau kata SBY “Lanjutkan!” (YIM)

  4. Ass.wr.wb
    Bang YIM, saya agak bingung ketika berusaha menyambungkan antara tulisan abang yg satu dengan yg lain, terutama tentang KPK.
    Di tulisan ini abang menulis bahwa pimpinan KPK (Antasari Azhar, Bibit SR dan Chandar MH) adalah korban penguasa karena berusaha membuka masalah yg akan berhulu di penguasa itu sendiri.
    Tapi di tulisan yang lain, abang meng analogikan KPK seperti Kopkamtib di era Soeharto yg sangat dzolim dan merupakan alat penguasa.
    Mohon konfirmasi nya bang, maklum saya sangat awam tentang hukum dan politik tetapi sangat tertarik.
    Wassalam

    Ada persamaan ada pula perbedaan antara Kopkamtib dengan KPK tentunya. Kopkamtib adalah lembaga yang bisa bertindak apa saja dengan dalih menangkal subversi dan bahaya laten PKI, ekstrim kanan dsb. KPK adalah lembaga penegak hukum yang memiliki kewenangan ekstra dalam memberantas korupsi. Kopkamtib sepenuhnya berada di bawah kendali Pemeritah Orba, sementara KPK tidak. Sampai dibatas tertentu, mereka tetap independen. Namun kalau menyentuh kepentingan rezim, benturan antara KPK dengan Pemerintah bisa saja terjadi seperti yang saya kemukakan dalam tulisan di atas (YIM)

  5. Innalillahi wainna ilaihi roji’un.
    Mungkinkah 2014 sebagai babak baru? Ataukah syahwat kekuasaan masih berlanjut seperti yang disampaikan Ruhut Situmpul itu SBY 3 Periode. Hancurlah Indonesia!

  6. Tulisan yang bagus.
    Betul… tidak semua orang mengerti akan kondisi seperti yang bapak uraikan diatas.
    Bagi yang sudah tahu jangan berkecil hati. Mungkin ini semua sudah kehendak Allah untuk menghancukan Negeri yang penuh kebatilan dan menggantikan dengan negeri dengan umat-umat yang Allah kehendaki tentunya yang mau taat menyembah kepada Allah semata. kurang lebih begitu

  7. Adakalanya saya merasa berdosa ketika 1998 ikut berteriak-teriak di jalan, kalau hasilnya ternyata seperti ini….. Jadi harus gimana Pak? (nada kalimat putus asa….)

    Begitulah perjalanan hidup sebuah bangsa. Ada pasang surutnya. Terkadang terasa perih di hati. Namun sepanjang hayat dikandung badan, dan masih ada tenaga dan pikiran yang dapat disumbangkan, wajiblah kita memperbaiki nasib bangsa dan negara kita (YIM)

  8. kami hanya selemah-lemahnya iman. Tulisan di atas menyegarkan kembali artikel2 yg pernah kami baca tentang seputar kasus Pilpres 2009. Oleh karenanya, kasus pak Antasari Azhar, Bibit, Chandra, dan Susno kita lupakan dulu sejenak. Mari Rapatkan barisan, fokus dan konsentrasi dalam kasus sisminbakum ini agar tidak mengalami nasib serupa dengan 4 tokoh yg teraniaya di atas. mereka para otoriter dan diktator selalu berlindung dari hukum. Bahkan Prof. Sudjito Ketua Program S2 dan S3 Fakultas Hukum UGM mengatakan: “Kebanyakan Undang-Undang sekarang cacat hukum krn dibuat oleh para DPR yg tidak Kompoten di Bidang hukum”. oleh karena itu, jangan lengah, memberi peluang, dan mentolirir kepada pemerintah karena dia akan berlindung dari Undang-undang yg mereka bikin utk melindungi kekuasaan. padahal Prof. YIM saat ini berpeluang emas utk membuka kebobrokan dan dosa2 para elit politik dan pemegang kekuasaan di negeri ini.
    Sekalipun Prof. YIM di SP3 kan kami berharap Prof. YIM tetap berhasrat membongkar kebobrokan tersebut, biar priode 2014 antek-anteknya tdk bisa bersemi.

  9. Nanang Subakti Karsowirono

    Hanya Satu Kata : LAWAN !!!…REZIM PRO NEOLIBERAL yang ZALIM Penindas Rakyat…

    Kapan TNI & POLRI ===>BASMI VIRUS para TERORIS = PENGKHIANAT NKRI ?

    TERORIS HUKUM = TERORIS teriak TERORIS, KORUPTOR teriak KORUPTOR
    http://www.tribunnews.com/2010/08/12/sby-bertanggungjawab-rusaknya-hukum-di-indonesia

    TERORIS EKONOMI
    http://www.susnoduadji.com/berita/inilah-penjelasan-utuh-yusril-tentang-konsultasi-sby-bila-boediono-ditangkap

    TERORIS SARA
    http://www.facebook.com/note.php?note_id=439639762361&id=100000451537064&ref=mf

    Bang YIM…MAJU TERUS PANTANG MUNDUR…
    Berjuang demi KEBENARAN SEJATI…(SI)solusi untuk SELAMATKAN NKRI

    Bang YIM & Rakyat kecil sudah dizalimi oleh pemimpin yang hanya memikirkan “citra” diri sendiri…

  10. Memang demikianlah bila sebuah negara mengusung idiologi sekuler dengan sistim demokrasinya akan terus merosot dan akhirnya jatuh ketangan Penjajah,sebab itulah target yang di tetapkan oleh para penjajah Asing kepada negara-negara berkembang yang nota bene sebagai kacungnya Negara Penjajah,asal tau aja kalao Demokrasi itu sampai kapanpun tidak akan berpihak kepad rakyat lemah,tapi berpihak kepada para penguasa,pejabat,aparat dan wakil rakyat yang dapat didikte oleh para pengusaha penjajah ini.Oleh karena itu saatnya kita sebagai rakyat membuang Idiologi para penjajah dan beralih kepada Idiologi yang akan berpihak kepada rakyat dan mendaatkan Berkah Allah SWT,itulah Idiologi Islam.

    Tapi jangan salah paham Islam bukan Idiologi para Teroris,sebab Islam di turunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam,justru sebaliknya Sekulerisme dengan demokrasinya lah yang sebenarnya Idiologi teroris yang di emban oleh negara,terutama mereka para penjajah seperti Amerika dan para koloninya.Hal ini sangat dirasakan dan faktanya saat ini memang demikian nyata.

    Mudah-mudahan kaum muslimin semua mulai menyadari hal ini,bila tidak kita akan merugi dunia akhirat,sebab penngusung Idiologi Sekuler alias Idiologi teroris ini tidak akan menemui kebahagiaan di dunia apalagi Akhirat,kecuali pengusung Idiologi Islamlah yang akan mendapat kemenangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat,Insya-allah,amin.(mari kita sama-sama buktikan nanti di akhirat di hadapan Allah SWT Yang Maha Adil).

  11. Terimakasih bang atas tanggapannya, walaupun pertanyaan saya sangat mendasar tapi tetap ditanggapi dengan bijak tanpa ada kata dan bahasa yg merendahkan wawasan dan pengetahuan saya, SALUT !!
    Harapan saya blog ini akan terus berlanjut dengan tanggapan2 abang yang secara langsung MEMBERIKAN PENDIDIKAN KEPADA SESAMA, Insya Allah …

  12. @Tin Cok Wi: Setuju sekali dengan argumentasi antum, itulah sebabnya Allah mengajarkan kita untuk tetap membaca Al-Qur’an yg berbahasa Arab, Shalat dgn bahasa Arab (bhs Arab Fusha yg sesuai Kaidah Al-Qur’an) dst adalah tidak lain dalam rangka menjaga jatidiri dan kemurnian ke-Islaman kita sehingga tdk terkontaminasi dgn budaya, pemikiran dan ajaran yang bukan dari Islam seperti Demokrasi (bang YIM sptnya masih setuju dgn demokrasi ini, yg mane ikam masih menggunakan kaidah “adanya manfaat” dalam demokrasi). Padahal kalau kita gunakan kaidah “Dar ul mafaasid muqoddamu ‘ala jaldil mashaalih” maka manfaat yg ada dlm demokrasi tidaklah sebanding dgn mafsadatnya. bukankah kita tahu bhw turunan dari demokrasi adalah adanya demonstrasi (yg ruginya lebih byk drpd untungnya) juga kebebasan mengeluarkan pendapat “yg berakibat menyebarnya ghibah dan caci maki” dst…???

    Wahai pejuang Islam, siapapun antum, bersabarlah dalam dalam berdakwah, perdalamlah pengetahuan Islam antum dari sumber-sumbernya yg original yaitu Al-Qur’an dan Sunnah yg dipahami dan diamalkan oleh generasi pertama ummat ini, jgn dirimu mengambil uswah dari pribadi atau generasi yg tdk ma’sum yg mereka hanya paham Islam secara parsial dan sepotong-sepotong…

    Ikutilah mereka (Shahabat), yg Allah dan RasulNya telah jamin dgn Syurga, dalam memahami dan mengaplikasikan Islam, jgn mengambil dari selain mereka (apalagi penjajah atau kaum kuffar yang sudah jelas nerakanya bila mereka mati dalam kekafiran) karena kalau tidak demikian maka pemahaman dan aplikasi ke-Islaman kita pasti lebih banyak salahnya daripada benarnya…

    Wallaahul musta’an

Leave a Reply