KENANG-KENANGAN DI MASA KECIL (BAGIAN II)
Kakek saya membangun rumahnya sendiri, tidak jauh dari Mesjid Kampung Lalang. Saya sering bermain-main ke rumah itu. Rumahnya berbentuk panggung, terbuat dari kayu bulian yang kokoh, tetapi alas rumah itu terbuat dari bahan semen setinggi kira-kira satu setengah meter. Saya memperkirakan ukuran itu, karena ketika saya masih sekolah dasar, saya dapat berdiri di bawah rumah itu tanpa kepala saya terantuk lantainya. Rumah itu khas arsitektur Melayu, namun tidak banyak ukirannya, seperti halnya rumah Melayu klasik. Rumah itu memiliki ruang tamu dengan kursi-kursi antik terbuat dari kayu dengan daun meja yang terbuat dari marmer berwarna putih. Ada sepasang kursi goyang yang terbuat dari kayu jati dan diukir. Nampaknya kursi itu berasal dari Jawa. Ketika kecil, saya suka sekali duduk di kursi goyang itu, yang diletakkan di beranda rumah di bagian samping.
Di samping kursi-kursi yang nampak antik, di rumah kakek saya itu juga terdapat tiga lampu gantung yang terbuat dari besi cor. Tempat minyaknya serta kap lampu itu terbuat dari batu juga marmer berwarna putih. Di masa sekarang orang menamakan lampu minyak itu “lampu Betawi”. Di samping lampu gantung, juga terdapat lampu-lampu minyak untuk diletakkan di atas meja, yang dibuat dari kuningan. Semprong lampunya terbuat dari kaca bentuknya bulat dan panjang. Kakek saya mengisi lampu minyak itu denganminyak kelapa yang dibuatnya sendiri. Beliau tidak mau menggunakan minyak tanah karena menimbulkan asap, lagi pula mudah terbakar. Satu hal yang agak aneh dalam pemandangan saya di waktu kecil ialah, di rumah kakek saya itu tidak tersedia sambungan listrik. Padahal listrik di kota Manggar di zaman itu boleh dibilang melimpah ruah. Belanda telah membangun pembangkit listrik tenaga diesel di Manggar pada tahun 1912, dan ketika dibangun PLTD itu konon adalah pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara.
Belanda sengaja membangun PLTD itu untuk penambangan timah, dan industri serta perbengkelan yang mereka bangun secara integratif. Rumah-rumah orang Belanda, masjid dan rumah-rumah orang di kampung Lalang, diberi listrik gratis sama Belanda. Tetapi kakek saya tidak mau. Kata beberapa orang, kakek saya berpendapat listrik itu haram dan bid’ah. Saya tidak berani bertanya kepada kakek saya, apa betul beliau berpandangan demikian. Sebab di mesjid Kampung Lalang, yang beliau menjadi imamnya, telah ada penerangan listrik sejak tahun 1916. Ayah saya hanya mengatakan bahwa hal itu adalah bagian dari sikap non-kooperatifnya dengan Belanda. Namun anehnya, ketika Indonesia sudah merdeka, di rumah itu tetap saja tidak ada lampu listriknya. Saya hanya berpikir, mungkin kakek saya ingin suasana rumahnya tradisional. Lampu minyak kelapa yang dinyalakan di malam hari, memang menciptakan aroma tersendiri di dalam rumah itu.
Di rumah kakek saya itu tidak banyak hiasan dinding. Hanya ada gambar bouraq yang dilukis di atas kaca dan diberi bingkai kayu. Oleh masyarakat tradisional, bouraq dengan gambar seperti itu dipercayasebagai kendaraan yang digunakan Nabi Muhammad s.a.w ketika melakukan perjalanan Isra’ dan Mi’raj. Dalam lukisan itu, bouraq digambarkan sebagai sejenis binatang mirip kuda namun berwajah seorang wanita dan mempunyai dua sayap sehingga bisa terbang di angkasa. Di bawah bouraq itu tergambar masjid al-Haram di Mekkah dan masjid al-Aqsha di Jerusalem. Sebuah gambar berwarna hitam putih yang juga ditempelkan di dinding, adalah gambar orang asing yang berkumis dan memakai topi tarbus yang ukurannya panjang. Saya bertanya kepada paman saya gambar siapa gerangan orang itu. Paman menjelaskan, itu adalah gambar Sultan Turki. Kakek saya menegaskan pendiriannya bahwa Sultan Turki itulah “khalifah ikutan kita”. Beliau mengatakan haram hukumnya memasang gambar Ratu Wihelmina, Ratu Belanda di zaman kolonial dahulu. Sampai zaman sudah merdeka, kakek saya tetap tidak mau mengganti gambar Sultan Turki itu dengan foto Presiden Sukarno. Padahal, Sultan Turki pun sudah lama pula dikudeta Kemal Attaturk tahun 1924.
Di halaman samping rumah kakek saya itu, ada pula bangunan rumah panggung yang ukurannya lebih kecil. Rumah kecil itu berfungsi untuk menyimpan barang-barang, yang tersusun dengan rapi. Ada seperangkat gong khas Melayu dan beberapa meriam kuno dari kuningan, serta berbagai jenis pedang kuno dan tombak. Juga tersimpan rebana berbagai ukuran serta gendang yang terbuat dari pohon kelapa dan kulit sapi. Di salah satu ruangan rumah kecil itu saya menyaksikan banyak buku-buku tua menggunakan huruf Arab. Saya pernah membuka gulungan-gulungan kertas berisi hikayat dan syair Melayu yang ditulis dengan tulisan tangan. Saya tidak tahu siapa penulisnya. Mungkin sebagian ditulis oleh kakek saya sendiri. Sebagian konon berasal dari Johor, Lingga dan Riau. Saya masih ingat ada Hikayat Hang Tuah yang juga ditulis dengan huruf Arab Melayu. Ketika kecil, beberapa kali saya membaca hikayat Hang Tuah itu. Ceritanya bagi saya, sangatlah menarik. Di ruang itu, tersimpan pula buku-buku pelajaran dan bahkan buku tulis anak-anak kakek saya ketika mereka bersekolah di zaman Belanda.
Cetak artikelShort URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=45
Alhamdulillah, akhirnya bersambung.
Pakai foto klasik lagi.
Jujur, Abang punya garis keturunan berbakat orang beragama.
PENCERAHAN JILID II
…Berbeda pula dengan orang Minangkabau yang menganut sistem kekeluargaan matrilineal, yakni hanya menarik garis keturunan kepadagaris ibu, tetapi tidak ke garis ayah. Hukum Adat Minangkabau melarang dua saudara sepupu untuk menikah, jika kedua ibu mereka bersaudara kandung….”
pertanyaannya, bagaimana pendirian islam terhadap penerapan hukum matrilineal? Ini pertanyaan serius, Prof. Ceritanya begini. Saya berasal dari keturunan Minang. Tetapi saya berpendapat bahwa penerapan hukum matrilineal itu bertentangan dengan hukum Islam. Misalnya dalam soal waris. Anak lelaki dari Minang tidak memperoleh warisan sedikitpun. Atau larangan menikah dengan sepupu dari garis ibu (atau larangan enikah dengan sepupu dar garis ayah – utk orang Batak)
Bukankah penerapan hukum adat yang bertenangan denagn hukum Islam itu menyalahi syariat, dan orang yang melakujkannya berdosa? Mohon pendapat hukum-nya.
Terimakasih
Maaf, pertanyaan saya di atas banyak salah ketik. Saya perbaiki u/ menghindari kesalahan
bagaimana pendirian Islam terhadap penerapan hukum matrilineal? Ini pertanyaan serius, Prof. Ceritanya begini. Saya berasal dari keturunan Minang. Tetapi saya berpendapat bahwa penerapan hukum matrilineal itu bertentangan dengan hukum Islam. Misalnya dalam soal waris. Anak lelaki dari Minang tidak memperoleh warisan sedikitpun. Atau larangan menikah dengan sepupu dari garis ibu (atau larangan menikah dengan sepupu dari garis ayah – utk orang Batak)
Bukankah penerapan hukum adat yang bertentangan denagn hukum Islam itu menyalahi syariat, dan orang yang melakukannya berdosa? Mohon pendapat hukum-nya.
Terimakasih
Alhamdulillah, terimaksih Prof atas tulisan tulisannya, enak dibaca dan nambah pengetahuan:-)
mohon maaf pak YIM sekali lagi mohon maaf
postingan puannjaaaang seperti ini membuat saya pusing mbacanya
akan lebih baik kalo “KENANG-KENANGAN DI MASA KECIL” dipecah pecah (kalo tulisan ini masih berlanjut) hingga mencapai BAGIAN ke 30 jg gpp asal ya itu tadi … jangan panjang – panjang, minimal 1 lembar kertas folio lah ( kok jadi kayak prin prinan sih) trus disimpan dalam folder sendiri (misalnya : masa kecil)
terima kasih
Assalamualaikum Wr.Wb.
….Sedikit koreksi bang, dulu ketika kakek saya (H. Abdullah) masih hidup beliau pernah bercerita bahwa datuk kita ( H. Ahmad/ Kek Alim/ Kek Pincang ) itu pergi hajinya naik kapal KPM, saya tidak bertanya lebih lanjut apa itu kepanjangan KPM, namun diakhir hayatnya memang H. Abdullah lebih banyak di rumah kami, jadi saya sering bertanya tentang masa lalu beliau. Saya akui kakek saya adalah seorang administratur yang baik dan cermat, karena setiap bulan beliau selalu mencatat pemakaian listriknya. Beliau lebih banyak bercerita tentang kesaktian H. Ahmad sehingga disegani masyarakat manggar, waktu kecil memang saya tertarik dengan cerita itu karena masih terilhami cerita-cerita pendekar, he..heh. Yang lain, mungkin tidak jauh berbeda dengan cerita yang abang buat. Kalo punya fotonya H.Ahmad tolong diposting bang, untuk koleksi
Terima kasih, dan salam buat keluarga
Wah, mantap sekali ceritanya pak. Membacanya pas mati lampu habis hujan pula :-D
Saya membayangkan pada saat bapak menulis catatan ini tentu pikiran mengembara kemasa lalu. Mudah-mudahan benefit yang dirasakan tidak hanya mewarnai pembaca tapi juga untuk bapak dan keluarga.
Salam dari keluarga di rumah.
Alur critanya bagus, terstruktur dan inspiratif… Ngomong2 gimana rahasianya nih pak Yusril bisa hebat gitu mengingat kisah masa lalu yang sudah amat jauh di lewati… padahal sudah begitu banyak peristiwa dan kejadian baru setelahnya yang berkontribusi mengubur ingatan2 dimasa lalu itu-kan…. Good..good..good…
Salut deh… saya sendiri tidak bisa mengingat masa kecil saya sampai sebegitu detailnya.
Abang, trima kaseh? Akhirnya lanjutan cerite kenang-kenangan di masa kecik (KKMK) jilid 2 la diposting. Jadi sebenare cerite lanjutan ini la kutunggu tunggu dari mulai rabu kemarik sesuai janji tapi tak juak-juak muncul ketika pagi pagi jam 6.30 ku la buka blog YIM ternyata ketika ku dalam perjalan menuju manggar dari tg pandan kamis malam ada kabar (Boss, bagian ke dua sudah saya posting. Silakan mbaca) terus terang bang ku sampai ndak gitu konsen nyeter mubel ketika kabar masuk la diposting cerita KKMK. Karena yang terbayang dalam pikiren ku tentu di dalam e juak memuat cerita kejayaan kampong halaman manggar di masa lalu khususnya bukit samak.
Saat sampai ndak timpo ku buka blog dan ternyata benar adanya cerita manggar jaman dulu e dan duplikat manggar tergambar dan tertutur dari cerita KKMK, namun kini cerite itu agik tinggal cerite karena kini vandalisme gerogoti masa peninggalan kejayaan itu yang gik tersissa kini adalah sekulah STM duluk e ST atau AC dan sekulah SD yang dulu SMU Pergib lama. Sedangkan nok lain la rate kan tanah macam EC PLTD, Rumah Tuan Belanda di Puncak Bukit A1 yang juak la rate bahkan kini la dijadikan cafe atau pondok2, seinggat ku dulu Abang YIM pernah berrencana mengembalikan bentuk asal rumah A1 niru macam di belanda. Kamek tunggu realisasi. Bang, kire-kire ngape ye dan ape sebenar e yang terjadi sehingga pasca UPT Bel PT timah jaman itu peninggalan2 rumah yang berarsitek belande tersebut rate tanah bahkan juak di A.Padahal bangunan2 tersebut ade yang dibuat 1923 peninggalan belande? SALAM
tuh kan, bener pak. saya rasa ini harus di pecahkan (emang masalah?) yah iya lah masalahnya terlalu panjang kurang cocok dengan kultur blog, … kritik membangun
Rapi, runtut, detail dan enak dibaca. Top pokoknya !!! Sebelum terbit menjadi buku kita-kita termasuk yang membaca lebih dulu, jadi tidak perlu beli, hehehe…. ngirit kan ? Menurut saya sudah cukup bagus dan setuju di buat perhalaman. Walaupun panjang tapi bisa dibaca sebagian-sebagian, terutama buat orang seperti abahoryza.
hhhmm….. baru tau sy ternyata Belitung merupakan daerah favorit untuk jajahan asing….. sampai2 banyak sejarah tertoreh disana…. please jaga penginggalan sejarahnya… jangan sampai tetelan modernisasi…..
#5 Adipati Kademangan & Abah Oryza,
Usulannya dipenuhi kok. Hal ini sudah terpikirkan sejak awal blog ini diluncurkan namun perlu ujicoba dulu baru bisa direalisasikan.
Thanks buat Thomas yang sudah meresponnya langsung.
WOW!!!
kok bisa ya, abang sedetil itu? sampe2 inget perangkap tikusnya seperti apa….
Ternyata benar kata orang, YIM memang memperhatikan detil. Bahkan sampai cerita leluhur yang naik haji, mata pencahariannya dan pemandangan sekitar pun dilukiskan sangat detil. Dan ternyata abang keturunan ulama2 besar Belitung….
Bang, ada 3 hal yang berkaitan dengan belitung yang singgah dalam hidup saya, pertama saat SMA saya sekolah di jalan belitung, Bandung . Kedua, berkenalan dengan belitung lewat tetralogi laskar pelangi–andrea hirata, ketiga, mengenal belitung dari abang. Khusus untuk yang kedua dan ketiga, saya menangkap suatu kesan, bahwa di Belitung PT Timah yang abang sebut (PN Timah dalam bukunya Andre Hirata) ternyata sepertinya sangat menjaga jarak terhadap masyarakat belitung. Benarkah begitu? Konon, kehidupan sosial para pegawai staf PT TImah sangat berbeda jauh dengan lingkungan masyarakat penduduk asli belitung.
Membaca tentang arogansi dari PT Timah terhadap masyarakat Belitung, saya bersyukur tidak lolos seleksi bekerja disana. O,ya…benarkah Belitung sempat mengalami Chaos saat terjadi PHK besar2an terhadap pegawainya karena harga timah dunia yang merosot? Di Bandung, ada beberapa wisma Timah yang sering dipakai untuk berlibur pegawainya, tapi dijual pada akhir 80an lalu. Katanya untuk membayar pensiun dini para pegawai.
Eh..maaf, kok jadi bicara soal timah. Tapi memang timah kan ada disekeliling abang saat masih di Belitung…
Salam dari suami saya…
wah, saya sepertinya “akan” kesulitan menceritakan asal-usul keluarga sedetail yang Pak Yusril tulis
Salut pak :D
cerita yang menarik dan menyentuh, sangat manusiawi dan berbeda nuansanya dengan hiruk pikuk dunia politik dan hukum yang saat ini prof geluti. saya selalu tertarik membaca kisah kehidupan orang-orang dari kecil hingga bisa sukses dan menjadi ‘orang’, selalu ada hikmah dan pembelajaran dari semuanya, salam hangat
maaf bukan maksud ngejunk,
saya nulis koment supaya bisa subscribe kemontar ke email saya
maklum fakir bandwith…
salam takzim
acing
Bang Yusril,
Semalam saya hadir disebuah acara atas undangan Pak JW Junardi, acara Indonesian Marketing Association sekaligus merayakan ulang tahun 2 tokohnya : JW Junardi dan Hermawan Kertajaya.
Dalam acara itu, Pak Hermawan bercerita tentang keberuntungan Indonesia terkait kebangkitan Islam dan China (lebih dalam saya mengulasnya di blog saya disini). beliau menyatakan bahwa Indonesia seharusnya bisa maju karena 2 parameter kebangkitan terkini : Islam (Indonesia negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia) dan China (menurut pak Hermawan, di Indonesia-lah komunitas keturunan tionghoa terbesar di dunia selain di negara asalnya, tentunya).
Sebelum saya menuliskan komentar saya tentang ini, saya sebenarnya tengah menyiapkan tulisan tentang “Kebangkitan Melayu : kapan?”, namun belum selesai. Saya ingin menulis tentang melayu awalnya terinspirasi setelah baca buku Andrea Hirata, dan memulai menulis ketika membaca blog Bang Yusril tentang kenangan masa kecil bagian 1. Juga karena didasari oleh sejarah saya sendiri, sebagai orang Minang Kabau.
Membaca tulisan bang yusril kali ini, saya tiba2 berharap, semoga suatu saat, bang yusril bisa menulis tentang kebangkitan melayu. saya yakin bang Yusril akan lebih mampu memberikan data yang clear tentang ini, dari pada saya yang hanya bermodalkan pikiran pribadi yang terbatas.
Bukan ingin sara Bang Yusril. Tapi saya melihat ada penurunan luar biasa dari suku Melayu, yang notabene sebenarnya termasuk salah satu suku terbesar di Indonesia. Siapa tau, analisa bang yusril tentang ini, bisa membangkitkan semangat, yang ujung2nya menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang besar
maaf untuk kelancangannya.
bang YIM….
setelah membaca seluruh halaman KKMK-II ini dikepala saya terbayang sebuah pohon keluarga yg runut dan jelas. Abang bisa memanfaatkan layanan online gratis utk membuat family tree online yang dapat di isi/edit oleh 15 member secara gratis. Layanan genealogy ini bisa didapatkan dari situs http://www.myheritage.com/. Silahkan Abang berselancar disitus ini utk mengetahui lebih lanjut layanan mereka.
Paman Y.I.M
akhirnya……………….nyertain juga foto-foto. Jadi makin semangat baca artikel masa kecilnya.
Aku tunggu kelanjutannya……………
jadi ga bisa koment nih.
ajib..abis.
Pak yusril, ternyata cerita bapak adalah cerita mayoritas rakyat Belitung, seperti misalnya daun iding iding yang pernah bapak konsumsi, adalah makanan gratis orang jaman dulu, padahal, entah benar apa salah, saya pernah melihat di Jawa, tentang iding iding itu, dibiarkan liar dan rata rata orang menganggapnya sebagai bagian dari rumput rumput semak, di benak saya, padahal di belitung, itu makanan faforit kami sekeluarga. Jujur, saya jadi kangen dengarnya, ingin makan lagi. lain lagi penilaian saya tentang cerita bapak yang memancing dengan cacing. saya pernah hendak memancing dengan cacing, tapi dilarang sama nenek dan ibu saya, katanya lebih baik mamancing dengan selipik (hewan sejenis kecoak tapi dengan ukuran yang lebih kecil) karena menurut ibu dan orang tua, memancing dengan cacing bikin hasil pancingan kita pahit. he he he, sampai sekarang, saya belum membuktikannya baik secara ilmiah maupun tidak ilmiah, tapi saya nurut saja lah, pikir pikir ambil pahala nurut kata orang tua. Dan saya tidak menyangka kalau seorang Yusril Ihza Mahendra mampu dan masih mau bikin sapu sendiri, itu hal yang cukup berkesan bagi saya.
Kelihatannya, pak yusril senang dengan berbagai artefak maupun bermacam barang barang yang bernilai historis, termasuk foto foto yang bapak simpan dengan baik. Sekedar usul pak, bagaimana jika foto foto tersebut bapak scan saja, dan yang aslinya benar benar disimpan diganti dengan yang berbentuk digital, sehingga mudah dilihat berulang kali tanpa merusak yang asli dan mudah dishare di situs ini misalnya.
Dan sekedar menerka sih, di antara buah hutan yang bapak sukai, kayaknya bapak juga tahu buah keremuntingan. Kalau bapak tahu mungkin pengalaman mancari buah keremuntingan bisa diposting juga. ini usul aja loh pak.
Pak yusril kenal dengan Kek Sadi ngak? Yang tinggal di Kampong Arab, di gang Buntu. kakek saya juga pernah ikut latihan militer Jepang (Heiho)
Sudah beberapa hari gak buka blognya pak yusril, eh….tahunya sudah ada 2 posting terbaru. such a long story, so detail and so ‘cool’ …….sampe2 gue bingung mo kasih comment apa.
Kali ini gue numpang absen aja dech…….he he.
Sukses slalu ya pak…..
Salam,
Terima-Kasih, saya tdk tahu harus panggil apa anda. Tapi dgn adanya tulisan ini saya setidak tahu sejarah keluarga ini. Banyak pertanyaan yg ingin saya ajukan sayang ayah Rasyid anak datok baharum ayah dari ibu saya Ramiah Rasyid yg sekarang tinggal dikelapa-kampit sudah meninggal dunia saat saya masih berkuliah di bandung. Saya sempat bertanya dengan beberapa keturunan haji zainal, termasuk kakek Bahtiar Baharum (Kek Yan) & Fatdemi (nek fat), tapi mereka tak dapat menceritakan dengan rinci setiap bagian cerita dari silsilah Keluarga ini.
Tapi alhamdulillaah janji anda untuk membuat ini telah ter_realisasikan, cukup lama saya mengikuti perkembangan apapun tentang anda (12 tahun semenjak saya masih mahasiswa), walaupun tdk berperan secara aktif karena memang bukan bidang saya. Anda mungkin tahu secara persis bagaimana lingkungan hidup di keluarga Baharum, kami besar dengan didikan ilmu eksak sehingga wajar hampir semua dari kami lebih faham tentang dunia hitung-hitungan,dibandingkan dunia politik.Tapi bukan berarti kami tdk faham dunia yg sekarang anda geluti, karena kita sama-sama berasal dari keluarga yg menyukai adu argumen (maksud saya menyukai dunia politik),bukan begitu??.,dan anda harus tahu saat saya msh mahasiswa saat ini saya ikut berdemontrasi di lapangan Gasibu hingga sampai Jakarta, untuk membantu pegang tangga agar pak harto bisa turun,dan pulangnya dapat hadiah istimewa dari keluarga besar di Pasar Baru. Ada satu kalimat dari sebuah cerita tentang anda saat msh kuliah di UI pd kala itu,yg msh saya ingat : “KAO JGN MUDEL YUSRIL, SUAT-SUAT LA DICARIK PELISI MELITER,BALIK URUS SEKULA KAO!!”.Saat itu saya hanya bisa nunduk tersenyum & geleng-geleng kepala kalau ingin masa-masa itu, ternyata perilaku serta pikiran-pikiran yg saya miliki bukan saya dapatkan begitu saja, tapi karena warisan hakiki dari keluarga ini. Semenjak itulah saya tertarik mempelajari kultur keluarga ini, seperti buku dari hasil tesis anda selama belajar di Malaysia yg pernah anda tunjukkan kepada saya dirumah pinggir sungai. Saat itu dengan bluejean belel anda jumput kami dengan mobil milik negara berwarna hitam sebagai uang muka jabatan staf sekretaris menteri paling nyentrik kala itu. Masakan yg anda sajikan pun sangat lezat karena anda olah sendiri dgn tangan anda, ayah Rasyid msh ada saat itu, kami duduk diluar dekat bonsai milik anda, sambil menikmati rorok Malbhoro putih yg anda bawa dari malaysia, padahal anda sendiri tdk suka rokok spt itu. Mudah2an saja kenangan ini bisa jadi penyemangat buat saya khususnya untuk terus menggali sejarah yg hilang dari keluarga ini hingga buku yg saya buat selesai. Terima-Kasih atas bantuannya, Lain waktu kita bisa berbincang soal pemikiran-pemikiran anda. Wassallam . . . (Salam Hormat).
Salam,
Setelah membaca seluruh tulisan anda, saya sepertinya mulai tertarik dgn cerita anda mengenai seni & sastra yg pernah dilakoni datok idris(maaf jika saya salah memanggil silsilah keluarga). Kesenian Tunel(di tulis tonil) sepertinya saya sangat akrap dengan istilah itu, Ibu pernah bercerita bahwa ayah rasyid suka bermain kesenian ini. Dengan segala hormat bisa kah anda ceritakan masa-masa saat itu siapa saja yg suka dari anggota keluarga yg menggemari kesenian ini. Selain itu anda sebutkan ada salah satu anggota keluarga anda yg menetap dibandung, & dia seorang insinyur…??,yg bisanya anda kunjungi bila anda ke Bandung. Bila mungkin saya ingin juga bertemu dgn beliau krn sepertinya beliau cukup tahu banyak mengenai anda & tulisan anda. Cukup unik jg keluarga ini, ternyata disamping ilmu agama, ilmu hitungan darah kesenian juga ada. Apakah ini jg yg melatar belakangi anda bermain Film??, he..he.., saya kira cerita yg saya peroleh setelah pulang kemarin (1 minggu yg lalu), ibu bilang anda berperan sebagai seorang jendral ???,adalah obrolan sambil lewat/kelakar mungkin istilahnya. Mungkinkah ada yg ingin anda sampaikan melalui film ini??, atau hanya sebuah kebetulan saja??…mudah2an analisa saya salah karena memang kalau saya perhatikan setiap kalimat dlm tulisan anda, pengaruh keluarga dlm diri anda sangat menonjol, multitalenta yg anda miliki sepertinya berimbas dari masa-masa yg anda lalui bersama keluarga jg lingkungan?. Saya dpt fahami unsur misi yg ada dalam setiap cerita anda, tergambar dgn jelas dari setiap penekanan kalimatnya. Intinya anda berhasil!!, forum ini menurut saya bukan hanya sekedar forum anjang sama bersama keluarga atau rekan sejawat, lebih jauh dari ini. Tidak ada salahnya setelah semua cerita masa lalu & sejarah keluarga usai, anda harus lebih memfokuskan pada hal yg lebih detail tentang tujuan & cita-cita anda semula. Jgn pernah kubur hal itu, & saya menyakini ada cita-cita besar dibalik ini semua!!, buktikan jika kalimat yg pernah terucap oleh kakek anda untuk menjadi orang besar dapat terwujud & bukan berarti itu sebuah ramalan seseorang yg kita tahu sangat kental dgn dunia mistik/gaib, waktu kita sempit krn ini saat yg paling baik untuk menyusun kembali agenda-agenda yg tertunda. Berdirilah paling depan buang keragu-raguan dalam diri anda seperti pendahulu-pendahulu anda yg begitu teguh dalam bersikap dgn keragaman warisan paling hakiki dari keluarga ini,insyaallah ada dapat mejalankan semuanya. Saya akan tetap menjaga warisan tersebut, sebagai salah satu wujud penghargaan saya kepada keluarga, anda & negara. (Salam Hormat ..Post by@ RChandra, Date:17/12/2007-).
Assalamu’alaikum wr wb.
Senang sekali baca sambungan KKdMK II abang. Meski harus tekun-tunak mengikuti alur kisah abang yang mengalir ibarat kisah dalam hikayat-hikayat Melayu. Sungguh, saya merasa abang memiliki bakat kuat dalam penulisan genre sastra (andaikata diteruskan).
Semasa menuntut ilmu di Pesantren Bangil (Jawa Timur), saya pernah jumpa abang di aula Pesantren Putri Bangil, semasa ustadz saya, Ustadz Ghozi Abdul Qadir Hassan masih hidup. Saya terkenang dengan gaya parlente abang yang dikerubungi orang banyak.
Pengenangan saya mendalam pada retorika abang dalam peresmian PBB Jawa Timur di Islamic Centre, Surabaya. Abang memiliki kekuatan daya retorika yang dahsyat. Sampai sekarang, kaset pidato abang dalam helat itu masih saya simpan.
Ada salah-seorang Ustadz saya, Ustadz Wildan Shalihi (Madiun) pernah bertamu ke rumah abang di Jakarta. Saya mendapat juga cerita tentang abang dari beliau. Ketika itu, saya berpikir bagaimana bisa jumpa dengan sosok yang banyak berguru dengan tokoh-tokoh umat Islam tanah-air? Mau dengar kisah abang lebih dalam lagi.
Tentang kecintaan abang pada kesusatraan dan (juga sejarah ) Melayu, sungguh sangat merawan hati saya. Bagaimana seorang mesti mengetahui masa lampaunya, agar tak terlupakan. Masa lampau harus dikisahkan dan dituliskan agar jejak sejarah tak lesap pada anak-cucu. Mungkin, dengan resa semacam ini pulak, yang mengiringi kaum Melayu menulis semacam Hikayat.
Tentu yang menarik minat saya, ketika abang dimasa kanak-kanak sudah membaca hikayat Abdullah serta menyalin Tsamaratul Muhimmah Raja Ahmad. Agaknya, jangan-jangan abang masih memiliki pertalian dengan kerabat bangsawan Riau Lingga?
Dalam sebuah berita TV dulu, saya lihat dengan bangga, ketika abang mengenakan baju teluk belanga dalam sebuah acara partai di Bengkulu.
Yang tak terlupa dari abang, adalah mengingat dengan teliti serta detail setiap peristiwa dalam laman kehidupan abang. Tentu saya akan terus memasang mata-telinga untuk menyimak kisah kehidupan abang sejak kecil hingga jadi ‘orang besar’ tanah-air.
Oh ya, tentang kecintaan saya pada Melayu, agaknya didorong rasa pendidikan yang menjauh dari alam Melayu. Pengalaman masa kecil yang susah dikampung dulu, mendorong saya menanam ‘azam bahwa saya harus berjuang. Dalam artian, saya tak pernah mengalami pendidikan semacam maktab perguruan Melayu seperti di Malaysia. Saya belajar menulis/mengarang secara otodidak lewat bahan bacaan.
Justru kecintaan saya pada kebudayaan Melayu tersemai sejak kecil. Dan semakin mekar tatkala merantau ke negeri ‘Seribu Menara’ (Mesir). Agaknya lewat mengaji Madrasah dikampung dulu dan cerita yang rajin dikisahkan orang tua dan datuk memupuk saya, bahwa sejarah harus dikisahkan agar tak lesap dimakan zaman.
Tentu saya mau belajar sama abang!
Wassalam,
Salam hangat dari Negeri Para Nabi
Ahmad David Kholilurrahman
Prof. kalau minyak sinyong-nyong di kelompok angkringan saya untuk penyedab rokok kayak mentol dioleskan dibatang rokoknya nikmatnya luar biasa Prof. maaf ini kita perokok berat, juga bisa untuk menyembuhkan sakit perut dan pusing kepala. Habis mau komentar apa wong susah dikomentari
Pak, sebagai org sumatera (Aceh) saya bener2 senang bisa membaca kisah bapak ini dan saya setuju dengan pendapat bapak yg jengkel sama org2 perda yg menghancurkan historical artifacts. Kalo bisa, foto2 nya ditambah dong Pak. A picture can say a thousand words.
Bp YIM terima kasih atas cerita seru ini, boleh gak saya di email kan silsilah keluarga bp.
rencananya seh mau saya cocokkan dengan punya saya disini.
terima kasih, saya tunggu jawabannya.
klu cocok akan saya kirimkan pula penggalan silsilah di atas h.Taib.
sabda
Pontianak, December 24th 2007
Saya ingin mengomentari petanyaan Uda Dedi aditiawarman ttg adat minangkabau yang bertentangan dengan Agama Islam seperti masalah warisan antara laki laki dan perempuan.
Sebelum menjawabnya mungkin perlu di ketahui adat di Minangkabau tersebut bermacam macam, seperti adat nan sabana adat, adat nan diadatkan, adat istiadat.
Adat nan sabana adat itulah yang bersandi kitabullah. Makanya kalau kita lihat orang Minangkabau pastilah beragama Islam. Masalah harta warisan itu adalah adat nan diadatkan. Jadi suatu kebiasaan yang di jadikan adat.
Masalah kita mau mengamalkan pada zaman sekarang mungkin sudah tidak seperti zaman kakek kita dulu lagi. Artinya kita bisa mengikuti apa yang disebutkan dalam Al quran karena wajib hukumnya kita bersandar ke hukum Allah. Kalau bersandar ke hukum manusia berarti kita sudah membuat tandingan dengan Allah dan itu jatuhnya ke musyrik. Allahuwalam
#31 Sabda. Terima kasih atas perhatiannya. Silahkan saja, siapa tahu saya dapat menemukan sambungannya.
[…] kami lintasi, hanya dihuni tiga keluarga. Pertama keluarga Bajeri, yang pernah saya ceritakan di Bagian II sebagai pemain biola yang handal. Kedua, keluara Baharu. Beliau ini pegawai PU yang kerjanya […]
mikirin yang lain lah hidup sudah susah.
Pa YUsril PBB bagaimana? dukung terus biar semakin berkibar dong?jangan cuma diam aja.bantu ms kaban