|

CERAMAH BULAN RAMADHAN 1431 HIJRAH

Seperti telah saya katakan kemarin, akhirnya saya jadi juga ceramah di rumah Marzuki Ali di Jalan Widya Chandra III, Kuningan. Hujan baru saja reda ketika satu demi satu undangan hadir di rumah Marzuki. Beberapa senior KAHMI hadir dalam kesempatan itu seperti Dr Ir Akbar Tandjung, Harun Kamil, SH dan juga Ibu Dahlan Ranumihardjo dan Ibu Achmad Tirtosoediro. Habis buka puasa, tarawih dan witir, saya dipersilahkan oleh pembawa acara, Martimbang, untuk naik ke podium menyampaikan ceramah remadhan.

Saya mengajak hadirin untuk memperhatikan firman Allah SWT di dalam al-Qur’an “syahruramadhanalldzi unzilafihil Qur’anu hudan linnasi wabayyinatin minal huda wal Furqan”. yang artinya “pada bulan Ramadhan itulah Kami menurunkan Al-Qur’an untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan atas petunjuk itu serta sesuatu yang membedakan”. Ayat ini menyusul perintah untuk menunaikan ibadah puasa, yang ditujukan kepada orang-orang beriman, mudah-mudahan dengan menjalankan puasa itu, mereka akan menjadi orang yang bertakwa.

Al-Qur’an adalah kumpulan wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad S.a.w yang turun secara kronologis setahap-demi setahap, selama lebih dari 22 tahun lamanya. Wahyu di dalam keyakinan Islam ialah “kata-kata” Allah yang dituangkan ke dalam bahasa Arab klassik dalam bentuk gabungan puisi dan prosa yang tersusun dalam rangkaian kata-kata yang indah, yang menarik untuk dihafal, dan kemudian dibukukan ke dalam sebuah naskah atau mushaf, yang dinamakan al-Qur’an. Karena wahyu itu diyakini merupakan kata-kata yang kemudian dituliskan dan bersifat sakral, maka wahyu itu demikian dihormati dan dijaga, sehingga tidak satu kata dan satu hurufpun dari teks wahyu itu yang boleh berubah, sampai akhir zaman. Dalam Islam, karena wahyu itu berwujud kata-kata, maka apa yang dianggap wahyu adalah teks kata-katanya yang asli, yakni dalam bahasa Arab fusha (klassik) seperti diterima oleh Nabi Muhammad S.a.w. Terjemahan dari teks itu, baik ke dalam bahasa Arab modern sekarang ini, maupun ke dalam bahasa lain, tidaklah dianggap sebagai wahyu. Terjemahan hanyalah terjemahan saja.

Teks terjemahan memang berguna untuk memahami al-Qur’an, namun terjemahan itu bukanlah wahyu dan tidak mempunyai kesetaraan kedudukan dengan teks asli yang diyakini sebagai wahyu itu. Oleh karena wahyu itu dituangkan dalam bentuk kata-kata yang dituliskan, maka Allah SWT sengaja memilih seorang Nabi yang Ummi atau yang butahuruf. Butahurufnya Nabi Muhammad itu, dianggap sebagai simbol bahwa memang beliau menerima wahyu, yang berwujud kata-kata dan kemudian dituliskan itu. Kalau beliau pandai membaca, mungkin saja beliau akan dituduh telah melakukan studi yang mendalam terhadap teks-teks keagamaan zaman dahulu, baik teks-teks Yahudi dan Nasrani, maupun teks-teks pagan dari Yunani serta literatur agama lain dan filsafat yang berkembang di masa itu. Karena beliau butahuruf, maka wahyu yang kini dapat kita simak dan telaah di dalam al-Qur’an itu, membuat manusia yakin, atau paling tidak tercengang membaca kandungan al-Qur’an yang bukan saja mempunyai kekuatan dari sudut kesusasteraan, namun juga corak pengajaran yang ada di dalamnya, serta kesesuaiannya dengan berbagai penelitian sains yang paling mutakhir sekalipun, akan mendorong manusia sukar untuk percaya, kalau sekiranya ada yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu adalah karangan atau hasil pemikiran Nabi Muhammad.

Pemahaman wahyu sebagaimana diyakini di dalam Islam adalah berbeda jauh dengan pengertian wahyu di dalam keyakinan umat Kristen dewasa ini. Walaupun orang Islam menurut ajaran agamanya yakin bahwa Nabi Isa A.s adalah Nabi Allah dan beliau mendapat wahyu, yang tertuang dalam naskah kitab yang disebut Injil, keyakinan seperti itu tidak dikenal di dalam agama Kristen. Dalam keyakinan Kristen, yang wahyu itu bukanlah Kitab Injil, melainkan Jesus Kristus itulah yang wahyu. Jadi seluruh diri Jjesus itulah, rohani maupun jasmani adalah wahyu itu.  Kelahiran Jesus yang unik, terlahir dari seorang perempuan perawan dan suci tanpa ayah, adalah simbol untuk meyakinkan bahwa Jesus memang wahyu. Beliau tidak lahir melalui caran yang normal sebagaimana dikenal manusia. Jadi jika di dalam Islam, wahyu adalah kata-kata yang tertulis dan dibawa oleh seorang yang buta huruf sebagai simbol penyaluran wahyunya, maka di dalam Kristen, karena wahyu adalah Jesus itu sendiri, maka simbol penyaluran wahyu itu ialah Maria (Siti Maryam dalam Islam) seorang gadis suci dan perawan. Sebab itu, menolak bahwa Nabi Muhammad bukan butahuruf, semestinya secara logis juga harus menolak bahwa Maria bukanlah  seorang perawan. Mudah-mudahan tidak ada yang berpikir seperti itu.

Karena di dalam Kristen, wahyu bukanlah apa yang termaktub di dalam Injil, maka Kitab Injil yang ditulis dalam bahasa apapun, sama saja nilainya. Di dalam Islam, hal seumpama itu tidak mungkin. Umat Islam mendirikan shalat dan ketika shalat mereka membaca wahyu, dalam bentuk teks aslinya di dalam bahasa Arab klasik, sama seperti ketika wahyu itu diturunkan kepada Nabi Muhammad.  Karena itu tidak mungkin orang Islam shalat dalam bahasa lain, dengan membaca terjemahan al-Quran ke dalam bahasa mereka. Shalat mereka batal dengan sendirinya karena mereka tidak membaca wahyu dalam solatnya itu. Orang Kristen dapat menyelenggarakan misa dalam bahasa apa saja. Sepengetahuan saya,  di zaman sekarang tak ada umat Kristen yang menggunakan bahasa di zaman Jesus untuk menjalankan misa. Penganut agama Kristen Orthodoks Syria, yang mengklaim diri mereka sebagai kelompok Kristen yang paling zawal, tokh tidak juga menggunakan misa dalam bahasa Aramic, bahasa yang kini sudah tidak ada lagi penuturnya di muka bumi ini.

Umat Islam begitu ketak menjaga al-Qur’an. Teks yang disebut mushaf Usmani, adalah teks original al-Qur’an yang dijadikan standar oleh Khalifah Usman bin Affan, berdasarkan naskah tulisan wahyu yang ditulis di zaman Nabi dan hafalan ribuan orang terhadap keseluruhan teks Al-Quran. Seperti telah saya katakan, bahasa wahyu adalah bahasa puisi-prosa, maka menghafal al-Qur’an dilakukan oleh umat Islam sebagaimana layaknya orang menghafalkan syair-syair yang panjang. Semua al-Qur’an yang dicetak di manapun di dunia ini, akan merujuk kepada teks standar yang dinamakan Mushaf Usmani itu, yangn disimpan di Turki dan Saudi Arabia.

Berbeda dengan al-Qur’an yang tetap terpelihara keasliannya, sampai hari ini, teks Injil yang ditulis di zaman Nabi Isa atau Jesus hidup belum pernah ditemukan. Naskah kitab injil paling tua yang disimpan di Gereja Santo Petrus di Roma, adalah naskah dalam bahasa Greek atau bahasa Yunani Kuno, bahasa yang samasekali tidak dipahami Jesus sepanjang hidupnya, karena beliau berbahasa Aramic, yakni campuran antara bahasa Syria Kuno dengan Bahasa Ibrani. Naskah-naskah yang disebut sebagai Dead Sea Scrolls yang ditemukan di sekitar wilayah Laut Mati, memang ditulis dalam bahasa Syria Kono dan diduga ditulis pada abad pertama Masehi oleh pengikut-pengikut Jesus, namun isinya berbeda amat jauh dengan teks yang kanonik (teks resmi) Kitab Injil yang diakui oleh umat Kristen sekarang ini. Apalagi, sebuah naskah yang menggunakan ditemukan di Mesir dan ditulis dari zaman yang sangat dekat dengan kewafatan Jesus, dan diduga digunakan oleh kelompok Kristen Koptik generasi awal,  yang dinamakan The Gospels of Judas, yakni Injil Judas Iskariot, isinya sungguh mencengangkan dan sungguh-sungguh mengandung doktrin yang jauh berbeda dengan apa yang kita pahami dengan agama Kristen sekarang ini. Disitu tidak ada doktrin penyaliban, dosa asal dan penebusan dosa, apalagi tentang Trinitas. Jesus digambarkan sebagai seorang asketis, yang membawa pembaharuan semangat dan doktrin di dalam agama Yahudi, ketika umat Yahudi hidup dalam tekanan  Kerajaan Romawi dan kebanyakan mereka mulai meninggalkan dasar-dasar keyakinan agama Yahudi.

Saya tidak ingin berpanjang kalam dengan membandingkan pengertian wahyu di dalam Islam dan Kristen, melainkan saya ingin menjelaskan mengapa alQur’an itu disebut sebagai Hudallinnas, yakni petunjuk bagi manusia. Umat Islam meyakini bahwa petunjuk di dalam al-Qur’an itu adalah abadi dan berlaku universal, sepanjang zaman. Mengapa dapat abadi dan sepanjang zaman? Al-Quran adalah kitab yang memberi pelajaran dan mengandung hikmah. Ketika dia berbicara tentang sesuatu, walaupun dia membicarakan hal yang spesifik, namun dibalik kespesifikannya itu, terpancar sesuatu yang universal, yang dapat menjadi bahan pelajaran bagi umat manusia sepanjang zaman. Surat-surat Makkiyah misalnya, diturunkan dengan latar belakang kota Mekkah sebelum Nabi Hijrah. Sebagai tempat yang mengandung sejarah, kedudukan Mekkah tentu penting. Namun dilihat dari universalitas ajaran, Mekkah tidak lebih daripada prototype sebuah masyarakat kota, yang digambarkan al-Qur’an sebagai pusat perdagangan dan pengendali kekuasaan, yang ditandai oleh ketimpangan-ketimpangan sosial dan ekonomi, penindasan antara yang kuat terhadap yang lemah, dan perbuatan sewenang-wenang oleh kelompok tyran kepada kelompok-kelompok kecil yang tak berdaya. Dari segi keagamaan, Mekkah adalah pusat segala kemusyrikan, kerusakan moral dan aneke perbuatan maksiat lainnya.

Itulah Mekkah yang menjadi latar belakang turunnya ayat-ayat Makkiyah. Nabi datang disuruh megubah wajah masyarakat Mekkah itu. Kemusyrikan harus digantikan dengan ketauhidan. Moral yang bejat harus diganti dengan landasan etika yang kuat yang berlandaskan keimanan. Kezaliman harus diakhiri, dan ketimpangan sosial ekonomi yang menjadi akarnya, harus dibasmi dengan membangun sebuah tatanan sosial berdasarkan keadilan dan penghormatan kepada kaum yang lemah. Kalau begitu, bandingkankah Mekkah di zaman Nabi dengan Jakarta di zaman SBY. Kita akan menemukan tema yang sama, dan kita disuruh berbuat yang sama di kota ini dalam arti yang sempit dan dis eluruh Indonesia dalam arti yang luas. Itulah artinya, al-Qur’an itu petunjuk yang universal, karena zaman akan terus berubah dan berganti, namun problema-problema umat manusia sepanjang zaman, pada hakikatnya sama seja dengan masyarakat Mekkah di zaman nabi itu. Demikian pula, jika Al-Qur’an berbicara tentang sejarah. Jangan ada di antara kita mengatakan Qur’an itu adalah sebuah textbooks tentang sejarah, sebagaimana jangan ada yang mengira al-Qur;an itu adalah sebuah kitab hukum. Memang benar Qur’an mengandung kisah sejarah, tetapi yang ditonjolkannya bukanlah detil-detil dari sebuah episode sejarah masa lalu, melainkan makna dan nilai atau hikmah universal yang dapat dijadikan pelajaran oleh umat manusia sepanjang zaman. AlQuran mengisahkan seorang yang bernama Luqman, tanpa pernah menyinggung di mana dan kapan dia lahir. Demikian pula al-Quran mengisahkan tentang  vFir’aun, tentang Zulqarnain tanpa banyak rincian. Yang peting adalah hikmah dan pelajaran dari kisah Lukman dan Zulkarnain yang dapat dijadikan pelajaran baik maupun buruknya. (Bersambung)

Cetak artikel Cetak artikel

Short URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=341

Posted by on Aug 28 2010. Filed under Personal. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

18 Comments for “CERAMAH BULAN RAMADHAN 1431 HIJRAH”

  1. mantap bos… lanjut.

  2. Terimakasih bung, saya tunggu ceramah perikutnya.
    Ceramah yang mutu, ….lanjut…!!!!!

  3. jangan kelamaan pa sambungannya…hehehe…

  4. luput: “..wabayyinaatin MINAL HUDA wal furqon..”

    Terima kasih koreksinya. Memang ada yang terlewatkan teksnya. Sudah saya perbaiki.

  5. joss.joss.joss………….

  6. pingin rasanya membaca tulisan pak yusril tentang ” tauhid “

  7. M.Sholahul Mu'min, SHI

    benar-benar luar biasa bisa menggetarkan hati dan terheran-heran dg bg yusril yg pandai disegala bidang terutama masalah hukum dan dakwah, mg terus memberikan pencerahan 2 kpd kami terhadap pengetahuan agama islam. yakin usaha sampai….

  8. maju terus transfomasikan al qur’an karena banyak problem tidak jelas penyelesaiannya….. farudduuhu ilallahi waraulli

  9. Cukuplah bang YIM menimba pengalaman sebagai politikus yang malang melintang sampai puncak tertinggi dalam kabinet serta hiruk pikuknya genderang reformasi sehingga membawa telinga yang mendengar jadi pekak bahkan budeg… sekarang saatnya bang YIM kembali ke habitatnya yang asli ,, insya Allah dgn cara ini akan mengantarkan bang YIM ke pucak yang lebih tinggi … amin ..

  10. Mau tanya, apakah ceramah ramadlan bang YIM di konsep dulu ?

  11. cerdas, berkelas, jadi ustad aja prof ….biar ceramah yang kita dengar di TV lebih menarik lagi

  12. Bang YIM, saya menyimak tulisan abang, menurut saya uraian diatas baru Hudallinnas, diuruaikan latar belakang pewahyuannya adalah Makkah sebagai kota perdagangan dan pengendali kekuasaan yang mengalami ketimpangan sosial ekonomi. Uraian itu cukup bernilai ilmiah sosiologis. Kemudian diharapkan uraian lebih lanjut: dari Al-Qur’an itu mana yang merupakan hudallinnas, mana bayyinatinn minal huda dan mana al-furqan nya. Selanjutnya bagaimana metode penerapan nilai-nilai hudallinnas, nilai-nilai bayyianatin minnal huda dan nilai-nilai al-furqan dari al-Qur’an itu dalam konteks Indonesia. Saya tunggu penjelasan abang..Terimakasih.

  13. Ini memang ceramah Rhomodhom yang sangat bermutu dari Bang YIM ilmiyah dan mudah dipahami. Bang YIM mengatakan,:”Kalau begitu, bandingkankah Mekkah di zaman Nabi dengan Jakarta di zaman SBY. Kita akan menemukan tema yang sama, dan kita disuruh berbuat yang sama di kota ini dalam arti yang sempit dan dis eluruh Indonesia dalam arti yang luas. Itulah artinya, al-Qur’an itu petunjuk yang universal, karena zaman akan terus berubah dan berganti, namun problema-problema umat manusia sepanjang zaman, pada hakikatnya sama seja dengan masyarakat Mekkah di zaman nabi itu”.Maksudanya kita berbuat yang sama seperti yang nabi lakukan di makah yaitu merubah masyarakat jahilitah agar menjadi masyarakat yang berwahyukan bang? yaitu masyarakat yang menjadikan Al-qur’an sebagai Huda?. Saya yakin bahwa bang YIM sebenarnya adalah seorang Ulama Islam tapi sayangnya Istri abang gak pakai jilbab, abang masih mau berjabat tangan dengan wanita yang bukan muhrim. Padahal umat Islam bangsa Indonesia mengharapkan abang untuk benar2 berpihak dibarisan umat Islam dan membela Islam dan umatnya.

  14. assalamu’alaikum wr. wb.

    bang, saya cari2 lanjutan ceramahnya kok gak ada yah…
    kayaknya belum selesai dech. dan abang juga janji mau “bersambung”.
    santai saja bang, kapan2 kalau ada waktu. tapi tetap saya tunggu…. he2
    semoga abang dan keluarga sehat selalu dan diberkahi Allah…

  15. ulasan yang menarik pak Yusril…, sambungannya mana, apa saya bisa copy?

    Hehe sambungannya udah lupa. Mau dicopy silahkan saja (YIM)

  16. BAng Yuzril, mohon ijin tulisannya aya copy untuh bahan khotib Jumat ya, terima kaish…

  17. salm,

    senang sekali bisa membaca tulisan abang.

    salam

    HD

Leave a Reply