KENANG-KENANGAN DI MASA KECIL (BAGIAN V)
Suatu hal yang agak aneh, siaran Radio Malaysia yang menggunakan Bahasa Melayu dari Kuala Lumpur dan Serawak terdengar lebih jelas. Namun di zaman itu, rakyat tidak sembarangan boleh menyetel Radio Malaysia. Hubungan kita dengan negara tetangga itu dari hari ke hari makin memburuk. Ketika tahun 1963, Presiden Sukarno mengumumkan konfrontasi, maka mendengar siaran radio Malaysia dilarang aparat keamanan. Rakyat hanya disuruh mendengar pidato Presiden Sukarno dan Menlu Subandrio yang berapi-api melalui RRI. Isinya tentang Nasakom, Jarek, Tavip, Ganyang Malaysia dan entah apa lagi. Pidato-pidato itu hanya memusingkan kepala. Kami anak-anak tidak tertarik mendengarnya. Ayah saya, mantan aktivis Masyumi, juga nampak tak begitu senang mendengar pidato Sukarno. Isinya propaganda saja, kata beliau. Beliau nampak kesal, setelah tokoh-tokoh Masyumi, Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara dan Burhanuddin Harahap ditangkap Sukarno dan dijebloskan ke dalam penjara. Natsir dan Sjafruddin pernah datang ke Belitung menjelang Pemilu 1955. Ayah saya menjadi panitia menyambut mereka. Pidato Natsir di Gedung Nasional Tanjung Pandan, sangat berkesan dalam pikiran ayah saya. Sjafruddin malah datang ke Manggar. Ibu saya menyediakan makanan untuk menjamunya. Waktu itu, ibu saya menjadi Ketua Muslimat Masyumi tingkat kecamatan.
Keberadaan radio di kampung kami benar-benar dirasakan kalau orang kampung ingin mendengar pertandingan badminton. Mereka pendukung fanatik regu Thomas Cup Indonesia. Semua mendukung Ferry Sounoville dan Unang, dua jagoan bulutangkis Indonesia di zaman itu. Tetangga-tetangga datang ke rumah kami ingin mendengar radio yang suaranya sayup-sayup sampai itu. Begitu juga rumah tetangga lain yang memiliki radio. Suatu hari saya mendengar Ferry Sonoville berhasil mengalahkan lawannya, mungkin dari Swedia. Namanya saya sudah lupa. Namun pada set pertama Ferry kalah. Keesokan harinya, ketika saya duduk-duduk di pantai, adik kakek saya, Pak Yakub, bertanya kepada saya, apakah Ferry Sounoville menang dalam pertandingan semalam. Kakek saya itu seorang guru SD merangkap tengkulak ikan, sehingga tiap hari ada di pantai menunggu nelayan pulang melaut. Saya katakan, Ferry menang, walau kalah si set pertama.
Saya tanya apa Kik Kub – demikian saya memanggil Pak Yakub — tidak mendengar radio tadi malam. Beliau bilang mendengar, tapi terhenti setelah satu set tatkala Ferry kalah. Saya agak heran mendengarnya. Siaran radio, kata Pak Yakub, berhenti gara-gara Kik Bulu – panggilan orang kampung kami yang bernama Arsyad — emosi ketika Ferry kalah. Saking kesalnya, loudspeaker radio yang terbuat dari papan tripleks itu ditegam (dipukul menggunakan lengan tangan) oleh Kik Bulu hingga tegerabai (rusak berantakan). Akibatnya radio listrik mereka tak berfungsi lagi. Pak Yakub nampak jengkel dengan kelakuan temannya, Kik Bulu, yang emosional itu. Akibatnya semua pendengar radio bubar pulang ke rumah masing-masing. Namun beliau nampak gembira setelah saya ceritakan Ferry Sounoville menang. Kik Kub mengatakan akan mendengar siaran radio lagi nanti malam di rumah tetangga yang lain, ketika pertandingan Thomas Cup akan dilanjutkan. Kik Bulu memang brengsek, katanya kesal. Gara-gara dia, tetangga tidak dapat mendengar siaran Thomas Cup.
Selain radio dan mesin jahit itu, ayah saya memiliki sebuah sepeda, yangtelah ada sejak kami tinggal di Tanjung Pandan. Sepeda itu setiap hari dipergunakan ayah saya pergi bekerja,berceramah, membonceng ibu saya ke pasar, sampai mengangkut air dan membawa kayu bakar yang kami ambil dari hutan. Semua anak-anak, berjalan kaki saja ke mana-mana. Ketika kami pindah ke Kampung Sekip itu, dua kakak saya, Yusmin dan Yusfi, sudah masuk SMP. Sekolah mereka di dekat Kantot Polisi – kami menyebut kawasan itu Tangsi – yang berjarak kira-kira 3 km dari rumah kami. Mereka pergi ke sekolah berjalan kaki. Karena itu pagi-pagi sekali mereka telah meninggalkan rumah dan pulang ketika telah sore. Kakak saya yang paling tua, Yuslim, pada tahun 1963 melanjutkan pendidikan ke PGA 6 Tahun di Palembang. Anak-anak yang lain masih SD. Saya, Yusron, dan Yuslaini, ketika kami pindah ke Kampung Sekip tahun 1961, belum sekolah.
Dengan satu anak bersekolah di Palembang, dua masuk SMP dan dua masih SD, maka beban keluarga saya terasa sungguh sangat berat. Keadaan ekonomi pada tahun 1961 terasa makin sulit. Ayah saya tidak punya pekerjaan tambahan, selain menjadi pegawai negeri walau jabatannya Kepala KUA. Kantor KUA yang dikepalai ayah saya itu terletak di samping Masjid Kampung Lalang. Kantor itu tidak nampak sebagai kantor pemerintah. Bangunannya mirip rumah sederhana terbuat dari kayu dan beratap seng. Pegawai di kantor itu hanya tiga orang. Ayah saya sendiri sebagai Kepala KUA, Tahir sebagai sekretaris dan Saleh sebagai petugas administrasi merangkap opas pengantar surat di kantor itu. Pekerjaan Kepala KUA itu, nampak sebagai pekerjaan setengah formal, setengah informal.
Formal, karena kantor itu adalah unit birokrasi paling bawah dari Departemen Agama RI yang langsung berurusan dengan masyarakat. Informal, karena jabatan Kepala KUA itu adalah setingkat di atas penghulu. Jadi jabatan itu semacam tokoh masyarakat saja, yang sehari-hari menangani urusan keagamaan, mulai anak lahir, urusan perkawinan sampai menyelenggarakan pemakaman orang yang meninggal. Selain mengurusi Kantor Urusan Agama, ayah saya sibuk berdakwah, membaca khutbah di setiap Jum’at dan menerima tamu orang-orang yang datang meminta nasehat, bimbingan dan petunjuk. Dengan kesibukan sepanjang hari, bahkan hingga larut malam seperti itu, ayah saya tidak banyak waktu untuk mengurusi keluarga. Kadang-kadang beliau mendapat uang tambahan, kalau ada pasangan yang menikah memberikan uang sekedarnya. Namun kegiatan memberi ceramah, kegiatan itu sukarela saja. Orang sudah mau mendengar pengajian saja, bagi beliau sudah sangat bagus.
Ayah saya tidak pernah lagi aktif dalam gerakan politik setelah kami pindah ke Manggar. Partai Masyumi yang beliau menjadi pengurusnya di tingkat cabang, telah dibubarkan Presiden Sukarno pada akhir tahun 1960. Sejak itu, ayah saya tidak pernah mau menjadi anggota partai politik manapun juga. Sekali Masyumi tetap Masyumi, katanya kepada kami suatu ketika. Teman-temannya yang lain, Pak Abubakar Madjid, Salman, Talib Sjarief dan paman saya Arba’ie menggiatkan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) setelah Masyumi bubar. Ayah saya tidak mau menjadi anggota PSII. Beliau hanya ingin berdakwah saja. Paman saya yang lain, Adam yang sehari-hari menjadi penghulu, malah menjadi aktivis PNI melalui Djami’atul Muslimin Indonesia (Djamus). Beliau pengagum berat Sukarno, beda dengan ayah saya yang nampak kurang suka kepada Sukarno. Pada tahun 1960an itu, ayah saya berpendangan bahwa Sukarno sudah dipengaruhi PKI. Negara kita, kata beliau, makin bergerak ke kiri.
Sungguhpun tidak terlibat langsung dalam gerakan politik, ayah saya tetap mengikui perkembangan politik dengan intensif. Beliau mengingatkan tetangga terhadap bahaya Komunis dan menasehati agar mereka jangan menjadi anggota PKI atau organisasi satelitnya. Saya masih ingat, kekhawatiran ayah saya terhadap gerekan Komunis itu, ketika diselenggarakan peringatarn Hari Buruh di tahun 1963. Ada pawai sangat panjang dari kaum buruh yang tidak henti-hentinya meneriakkan yel-yel anti kapitalis dan imperialis, serta dukungan kepada kaum proletar. Saya mengikuti beliau menyaksikan pameran Hari Buruh di MPB (Medan Pertemuan Buruh) perusahaan timah, yang seluruh ruangannya dihiasi kain berwarna merah seperti rumah mau terbakar.
Cetak artikelShort URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=66
ASS WR WBR
Bang Yusril, trimaksih sebelumya atas luncuran lanjutan K2MK V. Cerita dengan gaya tulisan bertutur semacam ini amat langka sehingga kita pikir ini bisa menjadi khasanah baru bagi sastra di negeri ini, terutama sastrawan dari kampung melayu. Karena amat jarang diekspos penulis di indonesia dewasa ini. terlebih lagi bila kita kaitakan dengan kehidupan sosiologis dan antropologis urang kampong kite pulau belitong. BENAR BENAR CERITA YNG MEMBUMI. Sekian, trimakasih sekali lagi sukses slalu.
WASS WR WBR
Di Paragrap lima sampai ada tiga salah ketik, sepertinya lagi kurang konsen ya, Pak :D. Tetapi tidak mengurangi kelezatan susunan katanya yang membuat orang ketagihan membacanya. Tahun 60-an daerah Pak Yusril tinggal sudah bisa menikmati listrik, daerah saya walau di Pulau Jawa baru tahun 1986. Lebih parah lagi, di daerah Bogor yang hanya puluhan Kilo meter dari Jakarta masih ribuan ada ribuan warga yang belum menikmati penerangan listrik.
#Endoy, terima kasih atas koreksi anda. Saya telah perbaiki bagian-bagian yang salah, sambil mengedit kembali beberapa kalimat agar lebih baik. Seluruh tulisan ini saya buat di Philipina. Saya harus pergi ke warung kopi untuk mendapatkan sambungan internet. Mohon maaf kalau masih ada kesalahan ketik dalam tulisan ini.
Salam hormat saya.
Wah hebat, menulis yang seperti ini di warung kopi ?
sebanyak ini juga?
he he he
makanya ndak salah kalo saya harus baca semuanya
:)
Terima Kasih Pak Yusril, atas ilmunya. Hanya dari sini saja, saya bisa belajar banyak. Apalagi kalau ada kesempatan lain.
:)
Pak Yusril, next posting mestinya tips-tips agar bisa tahan menulis panjang pak. Saya sedang berusaha mengumpulkan tenaga untuk bisa bikin novel soalnya :)
Salam
Bang YUSRIL
jadi diphiliphina warkopnya ada internet. di manggar banyak warung kopi nyebar sepasar pasaran bahkan kini hingga kekampong kampong seperti bira, kelubi, pancor,jangkar asam namun tak ada internet macam diphiliphina.
o ye bang, menurut abang bgaimana ini fenomena sehingga banyak warkop yang luar biasa banyak di manggar dan sekitarnya, karena rakyat kita kebun kopi tak ada bahkan biji kopi datang dari luar pulau belitung.
Bgaimana rase kopi di manggar dgn philiphina, nyamanan mane?
cerite sekilas tentang kik bulu yang mencai loudspekernya buat kita tertawa namun keprihatinan juga menyergap hati dan kalbu saat mengikuti alur cerita diKKMK5 yang lainya. Salam dari urang dikampong sekip.
Pengalaman K’ Yusril keluar masuk hutan, menjadi salah satu segmen cerita yang menarik bagi saya,
karena K’ Yusril ternyata seorang petualang juga.
Dan K’ Yusril telah berhasil menerapkan ILMU SURVIVAL di tengah hutan.
Saya juga mempunyai hobby yang sama. Tapi saya belum begitu faham mengenai ciri – ciri pohon,
dedaunan, buah, akar, mana yang dapat dimakan dan mana yang berbahaya atau beracun.
Gimana cara membedakannya secara visual, agar saya tidak salah menggunakannya atau memakannya.
terima kasih atas penjelasannya.
Saya pernah baca di blognya si penulis novel bestseller “laskar pelangi”, Andreas Harefa, dia itu penulis dari babel (bangka-belitung) yang bercerita tentang masa lalunya di kampung halamnnya, di sana saya temukan kata-kata intinya seperti ini: melayu itu adalah bangsa pujangga, jadi jangan menulis kalau akan mempermalukan asal budayamu. Saya kira memang demikian adanya, dulu bumi melayu subur dengan penulis cangggih, sebut saja Hamka. Dan bakat melayu itu mungkin mesti terus digali. Mungkin pak Yusril setelah main film dan menulis di blog ada rencana menulis novel?
Pak Yusril atau abang ke bagus nye manggil ikam, soalnya kate sedare nok di burong mandi, ikam lebih senang di panggil abang katenya, konon kate belau tue bini, beliau agik ade juak hubungan kan ikam dari sebelah nek Sandon, belau aslinya urang gantong, katenye kakik ikam dari sebelah ibu itu kan kakek beliau itu kakak adek, tapi nok aku tahu seh datuk aku itu namenya Udin dan setelah aku bace tulisan ikam seh aku ndak nemu name itu…tapi itu seh ndak penting nok pasti dari pertame ikam muncul di kancah perpolitikan aku lah kagum kan ikam..Walaupun sekarang ikam lah di luar pemerintahan tapi ndak ape2, aku terus dukung lah..sekarang orang-orang ribut gara-gara isu ikam nak jadi ketua MK..Ndak ngerti juak takut amat urang-urang itu kan ikam, sampai2 ade pengamat politik nok nyuro agar ramai-ramai nolak ikam..Bang aku nak sebenarnye belajar politik kan ikam, tapi seh sekarang aku agik kerje di perusahaan Jepang di Cibitung dan ade juak ngerintis usahe di Bandung..cita-cita aku seh sederhane aja Bang nak jadi pengusahe sukses baru kelak balik ke belitong untuk ngabdi di sana…kalo belau tue laki sekarang jadi ketua partai PAN di Belitong..ndak tau ikam kenal ape dak..urang seh biasenye manggil Pak Namo/Muchtar Rasyid…
Bace tulisan ikam aku jadi senang sekali, jadi hiburan sambil kerja..Bang kalo ade peluang bisnis kuang juak..
Makaseh bang…semoga sukses selalu…
Pak Yusril. saya telah membaca tulisan anda dari yg I sampai V. Ketika membaca tulisan anda tsb. saya juga teringat akan kenangan masa kecil saya di bangka, terutama tulisan bagian IV itu. Sampai saat ini kalau saya lihat polisi , saya masih takut. Pak Yusril tahukan kalau motor besar masuk kampung, pak Yusril ngintip dari celah dinding papan rumah. Kata kata seperti bulgur, sabun cap tangan, masih dalam ingatan saya. Saya sangat senang sekali dapat membaca tulisan seperti ini yang belum pernah saya baca sebelumnya dari tokoh tokoh yg berasal dari babel. Saya sangat bangga bahwa pak Yusril dapat menulis secara detail tentang masa kecil. Saya bangga dan hormat pada orangtuanya pak Yusril yg telah berhasil membesarkan dan mendidik 11 orang anak mereka dalam kondisi kemiskinan. Kedua orangtua pak Yusril miskin secara materi, tetapi mereka sangat kaya dalam iman, cinta, kesetiaan, perjuangan, pengorbanan, untuk keluarga mereka. Saya sangat salut kepada orangtuanya pak Yusril. Saya tunggu bagian selanjutnya dari pak Yusril. Doaku agar Pak Yusril tetap dapat memperjuangkan keadilan bagi rakyat Indonesia yg masih hidup dalam kemiskinan baik pendidikan, iman maupun ekonomi mereka. Salam dari wong kito serumpun sebalai di California.
“Luar Biasa!”, ini bagian dari rangkaian paling indah menurut saya, lebih orisinil pak YIM setelah I,II,III,IV. episod ini benar-benar terasa kelezatannya seperti kata pak endoy, walau pun masih terdapat sedikit kesalahan kecil (“kantor-tertulis kantot”), bagus-bagus lanjut pak YIM. Kita tunggu lanjutan diepisod VI-nya mudah2an makin seru ya. Salam-post by@RC.
#9 Marwan Effendi. Mungkin datuk anda itu, yang sering kami panggil Pak Udak atau Kik Udak. Rumahnya tidak jauh dari mesjid Gantung. Istrinya pandai meramu akar kayu untuk obat. Kalau beliau itu, memang benar masih kerabat kakek saya Jama Sandon. Saya akan tanya ibu saya pertalian keluarganya. Tetapi yang jelas beliau bukan saudara kandung kakek saya, tetapi masih keluarga.
Untuk rekan-rekan yang lain, terima kasih juga atas tanggapannya. Tulisan Bagian V ini saya tulis selama tiga hari di Provinsi Quezon, Philipina. Saya ketik dulu di komputer, baru saya posting di warung kopi.
Soal Ketua MK, biar saja orang ramai-ramai berkomentar. Apalagi Pak Buyung Nasution, anggota Wantimpres, biarkan saja beliau ngomong apa saja, tidak perlu ditanggapi serius. Saya hanya ketawa-ketawa saja membaca komentar Pak Buyung yang menolak saya yang disebut-sebut dicalonkan SBY menjadi Ketua MK.
Saya pikir, Muhammad saja ketika diangkat Allah Taala menjadi Nabi dan Rasul, ditentang habis-habisan serta difitnah habis sama Abu Jahal dan Abu Lahab. Apalagi cuma orang seperti saya, jika benar nanti saya dilantik SBY jadi Ketua MK, ha ha ha… Manusia diangkat Tuhan saja ditentang manusia. Apalagi manusia diangkat manusia.. Jadi, lebih baik kubilang saja: Horas Pak Nasution!
Ass ww,
Salut buat bang Yusril atas kisah-kisah yang abang tuliskan di blog ini. Semoga di MK nanti (Insya Allah) abang bisa berbuat lebih baik lagi tuk bangsa ini. Tks.
Wass ww.
Salam
Bang, cerita soal kik kub vs kik bulu jadi mengingatkan saya akan kegarangan kik bulu. Soalnya aku dulu pernah di kejar-kejar beliau pakai parang di kulong IB 5/alor gara-gara mencuri kelapa beliau. Membaca tulisan-tulisan abang seakan-akan membangkitkan memori-memori masa lalu waktu di Belitong dan kerinduan tersendiri akan belitong. Aku dengar shooting terakhir laksamana cheng-ho akan mengambil tempat di vihara burung mandi,benar ndak bang?Trima kasih bang, semoga sukses selalu.
Assalamu’alaikum
Waah, makin padat aja isi ceritanya dan makin enak dan seruu dibacanya. Teruskan tampilkan kisah-kisah Abang yang enak dibacanya dan tidak membosankan ini. Tapi, saya usul agar blog ini lebih bervariasi, tolong tuliskan tanggapan abang tentang persimpangan jalan Abang dengan Ketua KPK, untuk meluruskan “benang kusut’ yang sudah terlanjur menjadi opini di masyarakat.
Ma’af, semoga tidak mengganggu kosnsentrasi abang untuk melanjutkan ceritanya yang mungkin lagi asyik meneruskan cerita2nya.
Terima kasih. Semoga Sukses selalu di bawah lindungan Allah SWT. Amin
Assalamualaikum bung.
Hahaha,cerite itu pas benar,termasok aktivitas “meletik”, sampai2 abis cabang jambu nek Kunong “debantai” untuk muat “pelempange”. jadi ingat masa lalu,haru,rindu dan terasa manis sekarang ini.
Wassalam
tetangga sebelah
#16 Ridwan Said,
Terima kasih banyak atas tanggapannya. Cerita sekarang ini baru di Kampung Sekep. Insya Allah, nanti akan di lanjutkan juga cerita tentang Baro dan Kampung Lalang. Saya ingin tanya Anda, dulu di depan rumah Kik Jakman ada rumah panggung, di sebelah baro. Apakah itu rumah Kik Taha, kakek Anda? Tapi saya ingat-ingat Kik Taha tinggal di sebelah rumah Pak Sukardi (ayah Pak Yudono) di depan kulong arah ke Kp. Terang Bulan. Tolong anda ingatkan saya, karena saya agak “confuse” tentang hal ini. Seingat saya, saya sering melihat orang tua pakai songkok resaman di depan rumah Kik Jakman itu. Apa itu Kik Taha?
Terima kasih banyak.
#Zakaria. Insya Allah suatu saat nanti, masalah AFIS dan “ketegangan” saya dengan Ketua KPK itu akan saya jelaskan. Banyak sekali salah paham pemberitaan mengenai masalah ini. Tetapi saya tahu betul Presiden SBY mengerti seluk-beluk masalahnya. Juga Wapres JK. Masalah itu lebih banyak politiknya daripada hukumnya.
Terima kasih atas perhatian Anda dan juga rekan-rekan yang lain.
Pak yusril, saya mengelola blog khusus informasi mengenai keluarga besar bulan bintang, dan maaf sebelumnya sebab saya telah memuat tentang bang yusril dalam blog tersebut dengan judul “Yusril “chengho” ihza mahendra dan komunitas blogger bulan bintang”, semoga bang yusril berkenan sebab banyak juga rekan – rekan seperjuangan di PBB yang meminta info mutakhir tentang bang yusril seusai menjabat menteri di KIB, dan bagi mereka saya juga sudah me-link-kan blog bang yusril ini di halaman muka blog Bulan Bintang Media tersebut.
Maju terus bang dan sekali waktu ditunggu tulisan abang di BBM alias Bulan Bintang Media
Wassalam…
menarik, bang. jadi teringat masa kecil papap (orangtua saya) di babel, meski bukan asli sana. tapi, nuansanya sama seperti itu (berhubung papap besar di Babel). kakek saya gubernur timah di pulau bangka dan lama di singkep.
#18 Yusril Ihza Mahendra
tambahan, saat ini bangsa Indonesia terlalu dicekcoki berita instan. memang sejak jaman pak harto begitu. mengingat saat ini pers sudah memiliki kebebasan (yang tak jarang kebablasan), bukan berarti tidak ditumpangi kepentingan politik tertentu juga.
tanggapan saya, sekaligus usulan. bagaimana jika bapa memberikan “wawasan” lebih bagi kami melalui blog ini yang mencakup ranah bapak. baik itu bidang politik, hukum dan ham. karena itu akan membantu kawan2 muda untuk lebih bisa memahami situasi negeri ini. khususnya bagian “menara gading” pemerintah RI saat ini. demi perbaikan ke depan.
salamhangat
~dari Belanda yg dingin
REFLEKSI DIRI AKHIR TAHUN BUAT YUSRIL IHZA MAHENDRA
Review Pemberantasan Korupsi Tahun 2007
Jakarta, Padek—Pemberantasan korupsi 2007 masih mengobok-obok level pemerintah daerah, belum menyentuh level pejabat di pusat pemerintahan. Buktinya? Menurut pantauan Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM mencatat dari 143 kasus korupsi yang terjadi tahun ini, …..
….kepala daerah adalah aktor terbanyak baik dalam status diambil keterangan, sebagai saksi, tersangka, terdakwa, maupun terpidana. Sebanyak 69 kepala daerah tercatat terkait dengan kasus korupsi.
Menyusul, pejabat daerah sebagai aktor terbanyak yang bersinggungan dengan kasus korupsi yakni sebanyak 31 orang, lantas anggota DPR/DPRD sebanyak 27 orang, swasta 23 orang, BUMN 17 orang, pejabat pemerintah 16 orang menteri dan mantan menteri 10 orang, dan perbankan 10 orang. ”Mayoritas korupsi kepala daerah ada dua modus yakni mark up (penggelembungan) dan penyalahgunaan APBD terutama dalam hal pengadaan barang dan jasa serta pengerjaan proyek APBD,” ujar Direktur Pukat Denny Indrayana dalam keterangan persnya di Ruang Asean Hotel Sultan kemarin (28/12).
Ditambahkannya, daerah memang jadi ”favorit” penegak hukum dalam upaya pemberantasan korupsi. ”Itu karena nilai politisnya rendah. Kalau masalah yang berkaitan dengan kalangan atas lebih banyak diselesaikan secara adat,” tambahnya. Setidaknya ada tiga kasus yang tak jelas selama 2007 yakni kasus pengadaan automatic fingerprint identification system (AFIS) terkait mantan Mensesneg Yusril Ihza Mahendra dan tuduhan Yusril soal pengadaan alat sadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tanpa tender.
Selain itu ada kasus SBY dan Amien Rais yang mengaburkan perkara aliran dana Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Masalah biaya audit biaya perkara Mahkamah Agung juga menggantung sampai saat ini. ”Penyelesaian macam ini bakal jadi trend di tahun 2008 nanti. Dan SBY ikut mempopulerkan penyelesaian seperti itu,” tambahnya. Pola penyelesaian seperti itu bertolak belakang dengan janjinya SBY-JK saat kampanye yakni supremasi hukum dan pemberantasan KKN. Itu baru aktor, sektor penanganan kasus korupsi juga masih berkutat di daerah. Dari 143 kasus, 66 diantaranya ada di daerah.
Menurut Denny, padahal masih banyak sektor lain, terutama pusat, yang belum terungkap. Dari segi pengembalian aset negara juga masih rendah. Penegak hukum baru menangani perkara korupsi yang nilai kerugian negaranya dari 10 miliar sampai 50 miliar. Pakar Hukum Universitas Andalas Saldi Isra mengungkapkan kondisi 2007 tak boleh terulang lagi tahun depan. Kalau perhitungannya politis, pemberantasan korupsi bisa dijadikan isu dalam pemilu. ”Tak perlu kampanye besar-besar. Kalau presiden mau genjot pemberantasan korupsi artinya dia memenuhi komitmennya. Justru berpeluang besar rakyat akan memilihnya lagi,” ujarnya. (*)
Sumber : Padek/Sabtu, 29-Desember-2007
Ditunggu Pak catatan keprihatinan dan pemikiran jernihnya buat solusi terbaik bagi nasib anak bangsa yang haus akan penegakkan supremasi hukum dan meretas jalan untuk keadilan dan kesejahteraan.
Salam
#17
Pak.. kok diikuti terus pemberitaannya kok malah jadi pusing yah?
apa memang kebenaran itu hal yang tabu buat dibicarakan?
atau bakal ada kerugian buat pihak tertentu kalo kebenaran tersebut dibuka?
Saya mengikuti pemberitaan pak YIM dari media massa, plus saya juga baca-baca di blog ini..jadinya malahan saya tambah pusing.. logika saya tidak mampu sepertinya, hal-hal yang jelas benar dibilang salah, begitu juga sebaliknya..
saya sekarang masih kuliah, dan setelah mengikuti sepak terjang elite nampaknya saya harus menghindari pekerjaan yang ‘berbau’ pemerintahan sepertinya…
mudah2an pak YIM diberi ketabahan atas segala cobaan yang dihadapi..
salah ketik pak.. maksudnya komentar #12
maaf :)
Ass. Pak Yusril,
saya ucapkan terimakasih banyak atas kisahnya, tantangan tantangan hidup selalu mengasah kemampuan mental dan fisik individu individu terpilih di muka bumi ini..semoga sukses selalu dan saya dengan sabar menanti kelanjutan kisah berikutnya..wassalam , Sufyan Atstsaury
sedikit data yang membuat”confused” sudah dikirimkan via jalur “kontak “,mudah2an menjadi masukan.
Wass
RidwanSaid
Yth: Bang Yusril Ihza Mahendra…
Ass…Wr.Wb…
Saya membaca tulisan Anda, juga komentar. Sampai pada Isyu untuk jadi Ketua Mahkamah konstitusi (MK), juga membaca tentang ada “tentangan Bang Buyung Nasution”, pada tanggapan Anda ke Marwan Effendi. Saya mencoba mencari sumber “Tentangan itu”, tapi tak ketemu. Maklum di Swiss, tidak ada koran Indonesia! Jadi sudilah Anda memberikan informasi pemberitaan itu berasal!
Dan mengenai keputusan Anda, untuk menerima tawaran itu atau tidak. Tidak menjadi masalah bagi saya, saya kan hanya penikmat tulisan Anda. Yang jauh dari Kampoeng Halaman…
Hormat Saya: Iwan Asnawi, Swiss
Paman Y.I.M
Happy New Year
Semoga di tahun ini paman menjadi lebih baik……….dan terus semangat untuk menulis kenang-kenangan masa kecilnya.
assalamu’alaikum suhu YIM, gak pernah belajar langsung langsung ya virtual jg okeh, tulisan2nya sarat makna begitu, lama2 pantas jg masuk jajaran pujangga melayu he he ..
Pak benar datuk saya itu memang biasa dipanggil kek Udak dan istrinya (asli orang suka laut) suka buat obat-obat dari akar kayu, waktu saya kecil sering ikut beliau cari akar kayu dihutan, kalo sama kek udak nya sendiri sih saya ingatnya beliau sudah tak bisa bangun dari tempat tidur waktu itu, tapi masih suka cerita dan beliau meninggal ketika saya masih kecil..kalo istrinya meninggal dengan umur yang relatif sangat panjang, lebih dari 110 tahun ketika meninggal, karena saya sendiri waktu itu sudah selesai kuliah dan sudah bekerja waktu beliau meninggal..
Masalah MK itu saya sebenarnya nggak sukanya dengan komentar pengamat politik dari UGM , namanya Deny Indrayana yah (kalo nggak salah dan semalam waktu nonton acara di metro TV saya baru tahu orangnya kayak itu), dia bilang kalo sampai ikam jadi ketua MK, akan menyerukan ke yang lain untuk beramai-ramai menentang itu..aneh pengamat politik samapai kayak gitu..kalo bang Buyung yang kebakaran jenggot saya ngeliatnye wajar, karena memang dia sekarang sebagai penasehat presiden dan pastinya dia ngerasa kelangkahan sama bapak kalo sampai memang kejadiannya begitu..terus dikoran Suara Merdeka saya juga baca Aulia Rahman juga akan menentang itu..saya nggak tahu kalo baca berita itu jadi miris juga..Tapi Pak, ikam maju terus yeh..dan benar juak kate ikam ndak usah gilak ditanggapek…Makaseh dan sukses terus..
Assalamualaikum bang Yusril,
Kisah kenang2an masa kecik itu , aku bace dari bagian I s/d V, same dak jao beda dengan aku gik kecik duluk,
karena aku adik kelas waktu SMP di pasar Manggar,diatas Yusron.Tapi aku tela’ah lum ade cerite waktu di SMP
waktu ikam adu argumentasi dengan guru kewarganegaraan ( civic ) atau sekarang disebut PMP,waktu itu bu
Shinta ria Purba, segitu sengitnya.Waktu menyambut Kemerdekaan atau 17 Agustus,ikam selalu baris masuk Team
Khusus ( Team inti ) yang di bentuk pa’ Basyari.Gimana dengan anak pa’ Muhani ( Ninin ) waktu masa remaja, ape
kan ditulis juak?.Waktu beberapa tahun yang lalu sebelum terbentuk BELTIM,ikam menteri Kehakiman dan Ham,aku
diundang dalam acara Halal bi Halal,sempat waktu kite ngelakar. Ikam duluk takut kan motor gandeng ( Harley ).
Sebelum lebaran tgl 12 Oktober 2007,ikam sholat Jum’at di Mesjid Assalam Lipat kajang Manggar,aku kan adik aku
agak heran juak ade mutor gede ( Harley ),kamek bedua sape makai motor gede,pas dibuka helm, beh ikam rupe e,langsung kamek nyalam e dan ngelakar nanyak shoting film panglima ceng ho.Udah sholat jum’at kite ngelakar agik sampai ikam masok sepatu ka ingking.Aku liat ikam makin muda kimacam “rennegade”.Aku merase sebagai urang belitong dak nyaman juak waktu resuffle kabinet,Ngeliat di Metro TV ikam direncanakan sebagai “MK”,aku merase bangga juak ……..semoga succes dan terbukti dari SBY …amiiiin. Makaseh dan semoga selalu dilindungi Allah swt.
Wassalam,
urang Manggar.
#12 Yusril Ihza Mahendra menulis:
“Apalagi Pak Buyung Nasution, anggota Wantimpres, biarkan saja beliau ngomong apa saja, tidak perlu ditanggapi serius. Saya hanya ketawa-ketawa saja membaca komentar Pak Buyung yang menolak saya yang disebut-sebut dicalonkan SBY menjadi Ketua MK”.
Pak yusril, komentar seperti diatas, tidak sepantasnya anda tulis di blog dan menganggap bang Butung Nasution “menolak anda menjadi anggota MK”. Bang Buyung tidak mengatakan “menolak” pak yusril kok. Hanya mengatakan bahwa dirinya sebagai Majelis pertimbangan presiden tidak mengetahui berita pak yusril di Cekeas. namun kok tiba-tiba media massa mengetahui keberadaan anda di cikeas, dan berita ttg PakYusril di media massa mengeruak.Yg jadi pertanyaan kok media massa dan wartawan mengetahui keberadaan anda di cikeas? dan mengapa media mengekspos berita ttg Yusril dan MK? saya tidak begitu ambil pusing apakah kepentingan ini mengarah pada pemilu 2009. namun yg ingin saya katakan sesama ahli hukum tidak boleh mendahului bung..:)
Bang buyung sdh terlalu lama berpengalaman soal “hukum” , jadi mohon dihargai…
salam hangat dan dashyat
ahmad akbar Nasution
Ass. Wr. Wb
Bang Yusril, saya sangat bangga dan haru membaca pengalaman hidup abang. Kadangkala punya keinginan menulis seperti yang abang tuturkan. Oya, Bang kapan berkunjung ke Pulau Bangka, memberikan ide2 cemerlang supaya pembangunan di Provinsi kite cepat berkembang. Selamat buat Abang, semoga abang dapat terus berkarya dan dapat diikuti oleh kami2 yang sedang berjuang ini di rantau ini dan semoga saya juga cepat menyelesaikan studi saya di ITB. Aoklah, salam buat keluarga semoga sehat selalu Amin……..
[…] saya mulai tertarik dengan laut ketika memasuki usia tujuh tahun. Seperti telah saya singgung pada Bagian V, saya sesekali ikut pergi ke tepi pantai bersama kakak saya Yusfi. Tapi karena dia makin sibuk […]
#31 Ahmad Akbar Nasution
Pak/Mas Akbar, di Metro TV disampaikan bahwa Adnan Buyung Nasution menyampaikan bahwa Yusril tidak pantas menjadi ketua MK.
Itulah hebatnya wartawan. Saya masih ingat salah seorang wartawan Kompas (Persada Network tepatnya), Domuarita Ambarita menyinggung pertemuan ini dalam salah satu komentarnya, bahkan mungkin sebelum beritanya dimuat di media massa… Soal mengapa media mengulas tentang Pak Yusril dan MK, karena posisi MK sangat strategis dan punya nilai jual berita. Jika menjadi wartawan, berita pertemuan pak Yusril dengan SBY setelah hiruk pikuk reshuffle kabinet tentu pantas dijadikan berita.
Yang mendahului justru pak Buyung. Lha dia malah sudah menyatakan menolak pak Yusril menjadi ketua MK padahal diusulkanpun belum. Saya melihatnya sebagai bentuk rasa terlangkahinya pak Adnan Buyung sebagai Wantimpres bidang hukum.
Soal terlalu lama berpengalaman, tentu dengan segudang pengalaman itu pak Adnan Buyung semestinya bisa lebih bijak dalam mengeluarkan komentar pada sesuatu yang bahkan masih sumir kabar kebenarannya. Justru respon pak Adnan Buyung yang terlalu cepat ini malah jadi menimbulkan praduga-praduga.
Oh ya, saya masih ingat pak Adnan Buyung sempat ditulis dalam posting pak Yusril soal Uang Tommy di Bank Paribas. Silakan dibaca satu baris kalimat terkait pak Adnan Buyung yang mungkin terlewarkan.
Seputar issue Pak Yusril hendak diangkat menjadi Ketua MK menjadi ramai baik oleh komentar politisi, pakar atau juga fihak lainnya akan menjadi menarik lagi apabila Pak Yusril menanggapi secara jernih dari aspek hukumnya maupun dari segi etika termasuk didalammnya keseponanan politik.Saya orang awam dalam bidang hukum dan tidak pernah terjun kedunia politik tetapi mengikuti perkembangan politik bahkan sejak pemilu pertama. (Jadi saya jauh lebih tua dari Pak Yusril, seharusnya saya panggil dik Yusril ,tetapi karena ilmu beliau lebih tinggi saya harus memangilnya Pak Yusril .)
Kembali kepada pokok persoalan , menurut pengetahuan saya Ketua MK dipilih oleh para anggautanya dan bukan diangkat (lebih tegasnya ditunjuk) oleh Presiden.Jadi orang apapun gelarnya apalagi oleh anggauta DPR atau Pakar ataupun seorang Sarjana Hukum yang menyerang Pak Yusril ataupun SBY dengan alasan “mengangkat” pak Yusril sebagai Ketua MK . Ini kan aneh menanggapai sesuatu yang tidak mungkin atau mereka memang tidak mengetahui ketentuan yang berlaku, kalau ini yang berlaku mau menuju kemana bangsa ini kalau para elits pola fikirnya seperti itu. Issue alat penyididik jari Dephumkan dan pencairan “uangtomy” dijadikan alasan komentar mereka.Kalau ini alasannya dimana azas praduga tak bersalah harus diletakkan padahal semua elits berteriak mengenai supremasi hukum.Kalau dalam hukum Islam ini namanya sikap suudzon yang sangat dilarang oleh agama.Kalau memang mereka yang berkomentar tersebut merupakan pendekar anti korupsi dan penegakkan supremasi hukum ajukan laporan kepada fihak yang berwenang dengan bukti-2 yang kuat. Saya berpendapat issue negatif terhadap Pak Yusril akan terus bergulir sampai pemilu 2009 dan kemudian akan gencar kembali tahun 2010 menghadap pemilu berikutnya.Latar belakang perkiraan ini-tentu sebagai orang awam – karena pada pemilu 2009 pemimpin masa kini akan lenyap dari peredaran dan akan timbul tokoh-2 muda. Diantara tokoh muda yang ada sekarang ini harus diakui suka atau tidak suka Pak Yusril berada dalam urutan pertama dalam hal kemampuannya dan kemungkinan terpilih menjadi Presiden 2014 akan terbuka lebar ,ini yang mereka takuti karena Pak Yusril akan menegakkan supremasi hukum ,etika dan tentu saja pelaksanaan hukum Islam dimana memungkinkan.(Insya Allah)
Karena itu yang harus dilakukan oleh Pak Yusril adalah mengclearkan issue negatif terhadap dirinya ,blog ini merupakan salah satunya, atau cara lain sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain menyebar luaskan ide-2 segar untuk kepentingan bangsa ini. Terakhir perkuat barisan , perjuangkan secara konsisten demokrasi dan supremasi hukum sesuai dengan karakter tokoh-2 Masyumi dan jangan lupa selalu berdoa kepada Allah dan meminta petujuNya
Dugaan saya mengenai akan terus bergulirnya issue negatif terhadap Pak Yusril akan terus bergulir mendekati kenyataan. Dalam berita kemarin dilansir mengenai lenyapnya uang BHS pada zaman Pak Yusril jadi Menteri. Dalam berita tersebut tidak dijelaskan lenyapnya uang tersebut digunakan oleh siapa dan untuk apa dan apakah melanggar peraturan,berita ini tentu menyesatkan. Baca pula tajuk rencana Media Indonesia hari ini 8/12008 yang menyatakan bahwa kredibilitas MK akan terganggu apabila pAK Pak Yusril menjadi anggauta HAKIM mk. Walaupun dinytakan bahwa Pak Yusril tidak tersangkut dalam issue negatif tersebut tetapi pendapat masyarakat yang menyebabkan kredibilitas MK akan terganggu bila Pak Yusril yang katanya mempunyai track record yang jelek.tERUS TERANG SAYA TIDAK MENGERTI LOGIKA BERFIKIR KORAN INI,. Untuk itu dengan segala hormat sudah waktunya Pak Yusril lebih offensip untuk mengcounternya. Kalau dibiarkan terus terus seperti kata ahli propaganda suatu kebohongan yang terus menerus ditiupkan akhirnya dianggap menjadi kebenaran.
Bang, ada apa sih sebenarnya Abang dengan Adnan Buyung Nasution (ABN)? Dia kok begitu berlebihan menyikapi berbagai perilaku Abang. Semuanya disikapi ‘salah’ dan seolah-olah Abang nggak ada benarnya. Bilang saja ke ABN bahwa, nggak ada untungnya Abang jadi ketua MK. Kalau ABN mau, suruh ambil saja jabatan ketua MK. Biasanya orang yang banyak menentang itu, jangan-jangan malah….. Ya, ada udang di balik batu lah. Bung ABN, Ente itu mestinya berterima kasih sama Bang Yusril. Ente diangkat oleh SBY itu berkat dukungan PBB, partai yang didirikan dan dibesarkan Yusril. Sedangkan sumbangan Ente apa terhadap naiknya SBY jadi presiden? Toh saat Bung ABN diangkat menjadi Wantimpres oleh SBY, Bang Yusril juga tidak menghalangi. Padahal, kalau Yusril mau, tidak sulit bagi beliau untuk menghalangi Ente jadi Wantimpres. Kalaupun Bang Yusril legawa diberhentikan SBY sebagai Mensesneg, menurut hemat saya, itu merupakan sikap kenegarawanan Bang Yusril meski dikecewakan SBY. Jadi, saya pesan, Bung ABN yang realistis saja menyikapi segala sesuatu dari YIM. Toh kebenaran itu bisa datang dari siapa saja, termasuk dari seorang Yusril sekalipun.
Buat Bang Yusril. Nggak usah ditanggapi sikap berlebihan ABN itu. Buang-buang energi. Toh tidak ada untungnya berdebat dengan ABN yang sekarang tidak banyak bersuara untuk rakyat itu. Masih banyak pekerjaan yang harus Abang selesaikan untuk bangsa dan negara ini. Negara ini butuh orang-orang yang mau berbuat, bukan orang yang hanya bisa berdebat dan ‘menghambat’. Indonesia butuh pemimpin yang tegas dan tidak butuh pemimpin yang membuat rakyat selalu was-was. Akibat kenaikan BBM, rawan pangan, dan sebagainya.
Kalau nggak keberatan, saya mohon Abang kasih komentar…..
Terima kasih atas saran dan pandangannya. Saya sebenarnya memang enggan meladeni Pak Buyung. Biarlah beliau bicara apa saja yang diinginkannya. Saya tidak ingin mengungkapkan keburukan orang lain, walau saya mengetahuinya. Pak Buyung sendiri tidak mungkin menjadi hakim dan ketua Mahkamah Konstitusi karena faktor usia. Usia beliau sekarang sudah di atas 70 tahun, sedangkan hakim MK otomatis pensiun di usia 67 tahun.
Seperti telah saya katakan kepada media, saya hampir 100 persen akan menolak menjadi hakim MK. Untuk menjadi hakim MK, tidak diperlukan dukungan politik, karena jabatan itu adalah jabatan keahlian di bidang hukum, khususnya hukum tatanegara. Saya ingin memperkuat dan medongkrat suara PBB dalam pemilun 2009, sehingga memungkinkan saya maju dalam pemilu Presiden nanti.
Demikian tanggapan saya (YIM)
Wah,ternyata Pak Yusril yang saya sering liat di TV necis yang saya pikir anak kota itu punya pengalaman masa kecil yang luar biasa.Mungkin itu yang menempa anda sehingga menjadi seperti sekarang.Sukses pak and kapan2 diceritaiin juga kenangan pas pacaran :)
Ternyata aturan umur 7 tahun untuk kelas 1 SD, betul-betul diberlakukan di masa lalu. Tapi nampaknya makin kesini, aturan ini makin kabur dan makin diinterpretasi sendiri di tingkat sekolah. Sekarang banyak sekolah (swasta biasanya) yang tidak lagi memperhatikan umur, tapi memberlakukan tes baca, tulis, hitung untuk kelas 1 SD. Jadi anak TK jaman sekarang pun sudah ikut bimbingan belajar untuk bisa lolos test calistung tersebut. Padahal aturan 7 tahun itu sangat diberlakukan dengan ketat misalnya oleh Jepang hingga saat ini. Beda beberapa hari pun dari deadline tanggal pendaftaran sekolah, anak bisa ditolak dan harus menunggu tahun depan, tentunya dengan konsekuensi umur yang lebih dari 7 tahun. Juga cuma ada di Indonesia saja, aturan test calistung untuk masuk SD. Saya termasuk orang tua yang
mendukung aturan 7 tahun. Jepang, Canada, Inggris, dan negara lainnya saya kira punya alasan yang lebih rasional kenapa memberlakukan aturan umur yang ketat untuk masuk Sekolah Dasar. Saya kira beban belajar akademis yang terlalu dini akan menurunkan masa produktif anak tersebut di kemudian hari. Jadi bukan berarti makin muda masuk SD, maka makin pintar lah anak kita. Tidak semua orang adalah genius. 1 in a million or much more maybe. Yang terpenting adalah mereka bisa menjadi manusia yang produktif dan kreatif di masanya nanti.
saya senang membaca tulisan anda pak ysril …
saya akan tetap update di blog anda ini … :-)