HEADLINE THE AGE (AUSTRALIA): ‘YUDHOYONO ABUSED POWER’
Yudhoyono ‘abused power’
Author: By PHILIP DORLING
Date: 11/03/2011
Words: 626
Source: AGE Publication: The Age
Section: News
Page: 1
SECRET US diplomatic cables have implicated Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono in substantial corruption and abuse of power, puncturing his reputation as a political cleanskin and reformer.
The cables say Mr Yudhoyono has personally intervened to influence prosecutors and judges to protect corrupt political figures and pressure his adversaries, while using the Indonesian intelligence service to spy on political rivals and, at least once, a senior minister in his own government.
They also detail how Mr Yudhoyono’s former vice-president reportedly paid millions of dollars to buy control of Indonesia’s largest political party, and accuse the President’s wife and her family of seeking to enrich themselves through their political connections.
The revelations come as Indonesian Vice-President Boediono visits Canberra today for talks with acting Prime Minister Wayne Swan and discussions with officials on administrative change to reform Indonesia’s corrupt bureaucracy.
The US diplomatic reports obtained by WikiLeaks and provided exclusively to The Age say that soon after becoming President in 2004, Mr Yudhoyono intervened in the case of Taufik Kiemas, the husband of former president Megawati Sukarnoputri.
Mr Taufik reportedly had used his continuing control of his wife’s Indonesian Democratic Party, then the second largest party in Indonesia’s Parliament, to broker protection from prosecution for what the US diplomats described as “legendary corruption during his wife’s tenure”.
In December 2004, the US embassy in Jakarta reported that one of its most valued political informants, senior presidential adviser T.B. Silalahi, had advised that then assistant attorney-general Hendarman Supandji, who was leading the new government’s anti-corruption campaign, had gathered “sufficient evidence of the corruption of former first gentleman Taufik Kiemas to warrant Taufik’s arrest”.
But Mr Silalhi, one of Mr Yudhoyono’s closest political confidants, told the US embassy the President “had personally instructed Hendarman not to pursue a case against Taufik”.
No legal proceedings were brought against Mr Taufik, an influential political figure who now serves as speaker of the People’s Consultative Assembly, a largely ceremonial body representing members of parliament.
The US embassy also reported that then vice-president Jusuf Kalla allegedly paid “enormous bribes” to win the chairmanship of Golkar, Indonesia’s largest party, during a December 2004 party congress.
The President’s wife and relatives feature prominently in the US embassy’s political reporting, with American diplomats highlighting efforts of the President’s family “particularly first lady Kristiani Herawati . . . to profit financially from its political position”. As early as 2006 the embassy commented to Washington that “first lady Kristiani Herawati is increasingly seeking to profit personally by acting as a broker or facilitator for business ventures . . . Numerous contacts also tell us that Kristiani’s family members have begun establishing companies in order to commercialise their family’s influence.”
Highlighting the first lady’s behind-the-scenes-influence, the embassy described her as “a cabinet of one” and “the President’s undisputed top adviser”.
Other leaked cables indicate Mr Yudhoyono has used the Indonesian State Intelligence Agency (BIN) to spy on his political allies and opponents.
According to a senior Indonesian intelligence officer, Mr Yudhoyono directed BIN chief Syamsir Siregar to instruct his officers to conduct surveillance on one of the most senior cabinet ministers, State Secretary Yusril Mahendra, while he made a secret trip to Singapore to meet Chinese businessmen.
The President also reportedly tasked BIN to spy on rival presidential candidates. Mr Silalah told US diplomats Mr Yudhoyono “shared the most sensitive BIN reporting on political matters only with himself and Cabinet Secretary Sudi Silalahi”.
Although Mr Yudhoyono won a big victory in the 2009 election, US envoys quickly concluded he was running out of political puff. After political controversies through late 2009 and into last year led to his popularity taking a sharp fall, the embassy said the President was increasingly “paralysed”. “Unwilling to risk alienating segments of the Parliament, media, bureaucracy and civil society, Yudhoyono has slowed reforms,” it said.
Short URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=577
OOOO walah … sampeyan to sing dimata-matai SBY kuwi. Eee … ajar wae Kang Yusril. Mengko yen SBY wis mudun, obrak abrek wae kasus korupsi iki. Seperti laporan diatas, pertama dia memerintahkan Supandji supaya tidak meneruskan kasus korupsi dilakukan Taufik Kiemas. Ini bisa masuk dalil pidana tah.
Kedua, Ibu Ani … yang disebut sebagai DPA-nya Presiden, itu coba ditelusuri kasus korupsinya. Dia kan disebut sebagai broker dari perusahaan2 itu.
Tapi ngomong2 kok sampeyan ke Singapore menemui Pebisnis Cino itu urusannya apa kok sampai2 SBY tidak tau kepergian sampeyan ha? Jangan2 sampeyan yo disogok karo Pebisnis Cino kuwi. Klarifikasi lah Kang Yusril.
Ora bener Ndoro. Wong saya gak pernah ketemu pebisnis Cino, kok (YIM)
kira2 apakah berita itu benar ya? atau hanya bagian dari upaya blck-campaign dari para saingan politiknya?
yang jelas ketika menyangkut nama besar NKRI, bangsa lebih besar maknanya ketimbang presiden>>>\
pisahkan antara simbol negara dengan bangsa itu sendiri…
bangsa yang besar harus juga dipimpin oleh orang berjiwa besar… tanpa itu, bangsa hanya akan berjalan ditempat
Assalaamu’alaikum,,
Bang, menurut Bang YIM secara pribadi apakah berita ini ada mengandung kebenarannya apa tidak?
lalu, mengenai kepergian Abang di china untuk bertemu dengan pengusaha cina apa memang betul? boleh diceritakan secara singkat kepada kami mengenai kepergian Abang ke china tersebut ?? terimakasih Bang YIM, semoga Allah meridhoi Abang dan sekeluarga, Aamiin..
indonesian’s water gate ? hehehe….
The President also reportedly tasked BIN to spy on rival presidential candidates. Mr Silalah told US diplomats Mr Yudhoyono “shared the most sensitive BIN reporting on political matters only with himself and Cabinet Secretary Sudi Silalahi”. << hahaha :) mr yusril, OMG.
Pak Yusril,
This means, you will be free from all your legal problems very soon. You should thank the Americans!
Kalo dilihat dari kejadian2, berita2 dan isue2 ke belakang mungkin bisa ditarik benang merah koneksi antara berita2 tersebut dan tambahan lagi yusuf kalla secara terus terang sudah mengakui melakukan apa yang dianggap beliau sudah lazim.
so silahkan tarik benang merah
This is the next chapter of George Aditjondro’s book “Gurita Cikeas”.
Let’s see how the final chapter will look like…
[…] Short URL: https://yusril.ihzamahendra.com/?p=577 […]
saya sudah lama dengar ini di salah satu forum, akhirnya kebongkar juga. Wow, dahsyatnya media massa..
Wibawa SBY semkakin menurun. Walupun hal ini telah dibantah oleh Dube s AS dan Menlu RI, hal ini patut jadi perhatian publik. Tak akan ada asap kalau tak ada api. Mwmang SBY penuh misteri, belum lagi msakah Bank Century yang selalu coba ditutup-tutupi.
Maju terus pak Ysuril. Indonesia memerlukan orang-orang yang baik seperti bapak. Yakinlah bahwa Allah Maha Tahu. Dia tidak pernah mengantuk dan tak pernah tidur.
Yang batil akan lenyap. Yang benar akan memang.
Salam
Di mata jenengan wikileak iku lak kafir to mas Yusril? kok kelihatannya jenengan percaya banget sampai begitu semangat menayangkan berita ini di web jenengan. kalo di mata saya sih wikileak oke oke saja sehingga bisa jadi bahan hiburan, hehehe……
Tanpa Wikileakspun saya sudah lama tahu bahwa saya menjadi target oprerasi intelejens. Keliru kalau mengartikan kerja intelejen hanya memata-matai, seperti diberitakan Wikileaks yang konon mengutip kawat rahasia Kedubes AS di Jakarta. Pembusukan karakter, pembangunan opini publik yang menyesatkan, adu domba dsb adalah bagian dari operasi intelejens. Sampeyan keliru kalau mengira bahwa saya seolah-olah baru tahu dan dengan demikian menjadi begitu percaya kepada pemberitaan yang mengutip sumber Wilileaks. (YIM)
mungkin memang sudah saatnya Anda buka-bukaan Bung Yusril mengenai semua kasus yang menjerumuskan bangsa ini ke titik nadir seperti saat ini dengan Presiden & Menteri2nya yang tidak memiliki wibawa & keahlian sama sekali, agar Indonesia menatap dan bergerak lebih baik, tanpa ada kebohongan lagi. Jadikan Indonesia Bersih dari Pejabat KORUP!
Setelah menyimak pemberitaan The Age itu, yang kemudian muncul bukannya opini publik tentang mas Yusril, tapi justru berupa “kekaguman” terhadap “grand-design” yg disusun oleh clan Istana. Dan terlepas benar atau tidaknya pemberitaan tsb, saya rasa hal yang lumrah aja bila “big-boss” seperti mengidap paranoid thd orang² disekelilingnya.
yo pancen ngono kuwi
banyaknya saingan politik curang akan membuat suatu kehancuran bagi bangsa indonesia …apakah rakyat pantas menerima semua ini ?? apakah yang diatas mengerti kan hal ini ?? atau memperkaya diri agar kelak bisa “sukses” ?? apabila pemberitaan the age benr ?? harus dibawa kemana negara kita ?? alah tu yang diateh caliak bagay nah kabawah…..
HEBAT….Begitu cepat tanggapnya Istana membantah berita tsb. Bertolak belakang dengan reaksi terhadap harga2 yg naik. Aku jadi ingat Buku Gurita Cikeas dan Pak BEYE dan istananya. Benar tidaknya berita wikileaks tsb. yang pasti banyak negara yang kebakaran jenggot. Artinya……….?? kita simpulkan sendiri.Tapi gak perlu reaktif begitu. semakin lantang membantah, masyarakat semakin yakin akan berita tsb. Apalagi tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan sekarang lagi turun. Santai aja gan….
ass wr wb.
paling ini cuma fitnah yahudi yang ingin menjadikan indonesia seperti “LIBIA” namanya juga amerika tukang adu domba…………..
Sebagian menyatakan berita The Age. Yudhoyono,’Abused Power’ adalah tak berdata dan sampah. Seandainya memang betul, maka tantang headline tersebut dengan data juga, bukan tersinggung lalu disudutkan dgn caci dan emosional, (justru itu tak berdata smaskali)
Andai-pun benar maka tunjukan fakta juga.
Pers, dalam hal ini The Age, berani mempublikasikan suatu berita pastilah melalui proses yg cermat, tidak ngawur. Andai-pun The Age, salah. Maka bukan 100% juga. Begitu sebaliknya.
Ada dua berita yang membuat saya tidak percaya laoran The Age itu yaitu soal penelitian kejagung terhadap dugaan korupsi TK dan cerita lugu TB Silalahi kepada Duta Besar US. Sangat tidak mungkin Hendarman Supanji membongkar dugaan korupsi yang dilakukan oleh ‘orang kuat’ seperti TK, kecuali mau memeras. Selama ini Kejagung malah membiarkan korupsi merajalela makanya KPK dibentuk. Kemudian TB. Silalahi tidaklah setolol itu sehingga dia dengan polos menceritakan kepadada duta besar US apa yang diperintahkan oleh SBY kepada HS apalagi perintah itu dalam rangka mengintervensi secara negatif kewenangan kejagung. Soal yang lain fifty fiftylah.
Menyimak pemberitaan The Age, sebenarnya tidak terlepas dari makna “kekuasaan” yang cenderung paranoid bila orang yang memegangnya takut tersaingi dan kehilangan sehingga mencurigai “kawan dekat”. Hal ini sungguh “TERLALU”. Tanggapan Bang YIM????
Terlepas dari Wikileaks atau cuman perasaan, sakjane salah sampeyan kuwi opo tho YIM, kok sampe perlu diintelin gitu? Opo goro-goro Sisminbakum atau emang potensi untuk jadi “lawan politik” yang sangar?
* priatin
Yang bernilai disisi Allah bukan kuantitas tp kualitas pengabdian hamba, kebenaran pasti jaya,..
Istilah “Pepesan Kosong” yang dilontarkan SBY kepada para kepala pemerintah daerah sebenarnya mengarah ke dirinya sendiri. SBY benar-benar merupakan cerminan “Pepesan Kosong” dari pembangunan bangsa ini yang tidak pernah maju, . Sukanya nongol di depan TV demi pencitraan diri yg jelas-jelas merupakan pepesan kosong, klo saya sih sudah muak dan sudah hapal apa yang menjadi perilakunya, paling-paing gitu-gitu doang tidak ada perkembangan. Terbukti dari kasus lapindo, kasus Century, Gayus, KPK, TKI, minta naik gaji, hingga isu reshufle kabinet semua hanya pepesan kosong yang terlontar dari mulutnya. Mereka (Demokrat) hanya membawa aib bagi bangsa dan negara ini.
media memang kadang menjadi preman atau tukang rumpi yg sulit dihambat. bagaimanapun juga orang diberitakan itu tidak enak. dengan dalih kebebasan pers seenaknya saja mengumbar berita meskipun kebenarannya lebih sedikit dari pada kesalahannya. orang yg blm pernah diberitakan pasti ok2 saja tapi bagi yg sdh pernah pasti anti terhadap tukang gunjing. bagi yg simpati pasti sakit hati bagi yg kontra terbahak-bahak. bad news is a good news. mungkin jika dunia semua sejahtera, tidak ada lagi bad news, mungkin waktu itu pula kiamat bagi pekerja pers. artinya silahkan pro atau kontra tapi lihat dulu dari berbagai sisi. baik dari sisi penerbit berita maupun orang/instansi/bangsa/negara yg menjadi bahan berita. jangan kita terperangkap pada berita yg tdk benar sehingga sama saja kita menebar fitnah di muka bumi ini. ingat gosip/gunjingan/berita tak berdasar hukumnya sama dengan memakan daging saudaranya yg telah mati…
Pak Yusril,
Waaah, ternyata dugaan saya benar, selama ini Bapak mungkin “sengaja” dikerjain.
Selamat pak, berita ini jadi konfirmasinya, mudah2an dalam waktu dekat segala problema yang Bapak hadapi saat ini bisa teratasi, minimal titik terangnya sudah diketahui publik.
Selamat berjuang untuk demokrasi Pak Yusril..
[…] Yudhoyono ‘abused power’ Author: By PHILIP DORLING Date: 11/03/2011 Words: 626 Source: AGE Publication: The Age Section: News Page: 1 […]